Perbandingan Produksi Usahatani Kopi Lahan Milik Sendiri Dengan Lahan Sakap Di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
Produksi usahatani kopi lahan milik sendiri dengan produksi usahatani lahan
sakap di Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah.
Metode pengambilan data dalam penelitian ini
mengunakan metode random sampling (metode acak sederhana), dan teknik
pengumpulan data mengunakan metode wawancara langsung dengan mengunakan
Quisioner. Hasil pengumpulan data / sampel dengan jumlah responden / petani
sampel yaitu 62 petani pelaku usahatani
Kopi dimana populasi di jadikan sampel (sampel jenuh) dari ketiga kampung yang di
ambil yang berusahatani Kopi yaitu kampung Buntul Gayo, kampung Peteri Pitu Wih
Resap dan Amor di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
Kopi adalah salah satu tanaman perkebunan
yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kopi banyak di tanam di kampung Buntul
Gayo kampung Peteri Pitu Wih Resap dan
di kampung Amor di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah dan banyak petani
yang memiliki lahan sendiri dan sakap untuk memperoleh pendapatan petani yang
tinggi maka petani menggeluarkan biaya seminim mungkin untuk usahataninya.
Hasil penelitian dari tiga Kampung di
Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah memperlihatkan dimana rata-rata jumlah
produksi Lahan Milik Sendiri sebesar Rp. 5.346, Kg
pertahun dengan kepemilikan lahan Sakap Rp. 2.021, Kg
pertahun sedangkan selisih produksi sebesar 1.214 Kg pertahun. Dalam hal ini rata-rata
jumlah produksi antara lahan hak milik dan lahan sakap jauh berbeda. Sehinga terdapat
perbandingan produksi usahatani Kopi lahan milik sendiri dengan lahan sakap di Kecamatan
Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
Hasil pengujian menggunakan uji “Z”
membuktikan bahwa produksi usahatani kopi lahan milik sendiri berbeda dengan
produksi usahatani lahan sakap dimana, Zhitug = 7,7448 sedangkan
Ztabel=.0,0016,
maka H0 dan Ha diidi tolak Ha di terima dengan tingkat keyakinan
sebesar 5% atau α=0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan produksi
antara usahatani kopi lahan milik sendiri lebih tinggi produksinya dari pada
produksi usahatani kopi lahan sakap
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka
mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia secara menyeluruh pemerintah lebih
menitik beratkan pembagunan pada sektor pertanian karena pembagunan sektor
pertanian di harapkan dapat mendorong sektor lainya. Pembagunan pertanian yang
harus di tempuh oleh masyarakat diarahkan pada pegembangan pertanian yang maju
efesien dan tangguh.
Pembagunan
pertanian bertujuan untuk menigkatkan hasil
dan mutu produksi, menigkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta
memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan menunjang kegiatan industeri
juga menigkatkan devisa negara.
Penggembangan
kopi pada awalnya hanya terkosentrasi di Bandar Lampahan dan Berkhgendal.
Setelah tahun 1930 kopi menjadi penting bagi masyarakat karena langsung dapat
menghasilkan uang dan setelah perang dunia II semua kopi hanya dihasilkan oleh
perkebunan rakyat.
Perkebunan
kopi rakyat di Kabupaten Bener Meriah baru mulai berkembang setelah berakhirnya
perang kemerdekaan yaitu pada tahun 1945 dan pada saat ini luas areal tanaman
kopi rakyat telah mencapai 45.316,04 Ha yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten
Bener Meriah dengan komposisi tanaman adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Luas Tanaman Kopi dan Komposisi Tanaman Kopi
di Kabupaten Bener Meriah tahun 2011.
No
|
Kecamatan
|
Luas (Ha)
|
Komposisi
Tanaman (Ha)
|
||
TBM
|
TM
|
TTR
|
|||
1
|
Bukit
|
3.621,77
|
296,00
|
2,776,13
|
549,80
|
2
|
Bandar
|
4.613,80
|
691,32
|
2,714,53
|
1,227,95
|
3
|
Permata
|
9.310,78
|
1.639,10
|
5,496,28
|
2,175,40
|
4
|
Bener kelipah
|
1.514,03
|
78,06
|
982,21
|
453,76
|
5
|
Wih Pesam
|
3.929,30
|
76,42
|
3,293,75
|
559,13
|
6
|
Mesidah
Gajah
|
5.047,72
|
1,028,64
|
3,512,58
|
506,50
|
7
|
Gajah Putih
|
3.931,30
|
753,99
|
2,807,40
|
369,91
|
8
|
Pintu Rime
Gayu
|
8.401,57
|
1,500,98
|
3,658,51
|
3,242,08
|
9
|
Syiah Utama
|
992,72
|
276,65
|
303,50
|
412,58
|
10
|
Mesida
|
3.953,04
|
1,073,90
|
1,418,54
|
1,496,60
|
Jumlah
|
45.316,04
|
7,379,06
|
26,963,43
|
10,973,55
|
Sumber : Data Dias Kehutanan Kabupaten
Bener Meriah 2011.
Dari tabel
diatas dapat dilihat luas tanaman kopi yang paling banyak di Kabupaten Bener
Meriah adalah di kecamatan Permata degan luas lahan sebesar 9.310,78 TBM
mencapai 1.639,10 sedagkan TM 5.496,28 dan TTR 2.175,40 sedagkan di Kecamatan Syiah
Utama adalah area tanaman kopi yang palig sedikit di bandigkan dengan kecamatan-kecamatan
lainya, dengan luasan lahan sebesarar 992,72 Ha. Tanaman TBM mencapai
sebanyak 276,65 sedangkan TM 303,50 dan
TTR 412,58.
Di Kabupaten
Bener Meriah hingga saat ini jenis komoditi kopi yang diusahakan didominasi
kopi jenis Arabika (97,03%). Hal ini berbeda dengan perkopian Indonesia dimana
± 80 % merupakan jenis kopi Robusta.
Pegembangan
kopi selama ini telah menujukan hasil yang turut menentukan dalam percaturan
kopi dunia. Hal ini dicirikan dengan posisi Kabupaten Bener Meriah sebagai
daerah produsen kopi organik pertama di Propinsi Aceh.
Dengan
kontribusi Produk Domstik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Bener Meriah sebesar
25,58%. Disisi lain meskipun kontribusi kopi rakyat dalam perdagangan secara
kuantitatif masih sangat kecil namun secara kualitatif sangat disukai konsumen
dengan keaneka ragaman jenis serta cita rasa yang sesifik.
Perkebunan kopi di Kabupaten Bener Meriah di dominasi
oleh jenis kopi arabika dengan luas areal 43.956,56 Ha (97%) sedangkan sisanya
seluas 1.359,48 Ha (3%) adalah jenis kopi robusta dan seluruhnya merupakan
perkebunan kopi Rakyat.
Luas lahan dan
populasi setiap kampung di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Luas Tanam Kopi Setiap Kampung di Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2011.
No
|
Kampung
|
Luas Lahan
(Ha)
|
Jumlah
Petani
|
1
|
Cemparam
Jaya
|
316
|
257
|
2
|
Jamur Atu
Jaya
|
568
|
323
|
3
|
Gunug Sayang
|
282
|
131
|
4
|
Peteri Pitu
Wih Resap
|
416
|
318
|
5
|
Simpur
|
230
|
89
|
6
|
Amor
|
221
|
87
|
7
|
Buntul Gayo
|
265
|
63
|
8
|
Wer Tingkem
|
208
|
151
|
9
|
Hakim Peteri
Pintu
|
206
|
100
|
10
|
Perumpakan
Benjadi
|
203,02
|
154
|
11
|
Cemparam
Lama
|
195
|
160
|
12
|
Cemparam
Pakat Jeroh
|
247
|
591
|
13
|
Simpang
Renggali
|
238
|
161
|
14
|
Social
|
190
|
376
|
15
|
Pantan Kuli
|
185,02
|
266
|
Mesidah
|
3.953,04
|
3.227
|
Sumber : Badan Statistik Bener Meriah Tahun 2011.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa luas tanaman
kopi di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah yang paling banyak memproduksi
kopi adalah di daerah kampung Jamur Atu Jaya dengan luasan lahan 568 Ha, dan
jumlah petani 323 jiwa, dan di kampung
Cemparam jaya luas lahan 316 dengan jumlah petani sebanyak 257 jiwa.
Sedangkan di daerah social luasal lahan kopi hanya 190 Ha, dan jumlah petani
sebanyak 376 jiwa.
Lahan
merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan
fisik termaksud iklim, topongrafi, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi
alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh
terhadap pengunaan lahan.
Lahan
sewa, sakap dan gadai sebagai bentuk penguasaan lahan dimana terjadi pengalihan
hak garap dari pemilik lahan tersebut pada umumnya mempunyai aturan tertentu
yang disepakati meskipun tampa perjanjian tertulis meskipun tampa mengunakan
jaminan surat-surat berharga yang secara formal disahkan oleh pemerintah.
Lahan sewa adalah harga/nilai jasa yang dihasilkan oleh
tanah selama suatu periode tertentu, misalnya tahun. Oleh karena itu suatu lahan sewa memiliki dua dimensi pengukuran yaitu waktu dan
unit. Sebagai contoh, lahan sewa biasanya diyatakan dalam rupiah
per meter persegi per tahun.
Gadai adalah pinjam-meminjam uang
dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika
telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi
pinjaman.
Kepemilikan
lahan pertanian yang menjadi dampak dari sistem bagi warisan, dan membuka lahan
sendiri sehingga lebih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk perkebunan,
dan usahatani yang lainya yang dapat meningkatkan kebutuhan masyarakat setempat
dan untuk mencapai nilai produksi yang lebih tinggi sehinga dapat
mensejahterakan kehidupan masyarakat.
B. Identifikasi
Masalah
Untuk
mengarahkan pembahasan dan penelitian ini kepada tujuan yang diharapkan, maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada perbedaan produksi usahatani kopi lahan
milik sendiri dengan lahan sakap di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
C. Tujuan Penelitian
“ untuk mengetahui perbandigan produksi
usahatani kopi lahan milik sendiri dengan lahan sakap di Kecamatan Mesidah
Kabupaten Bener Meriah”.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun
kegunaan yang dapat di ambil dari kegiatan penelitian ini adalah :
1. Sebagai
sumbangan informasi bagi masyarakat yang mau mengembangkan usahatani kopi pada
masa ini dan masa mendatang
2. Sebagai
sumbangan informasi bagi masyarakat dalam mengambil suatu keputusan
E. Hipotesa
“Diduga bahwa Produksi
Usahatani Kopi lahan milik sendiri lebih besar dari pada produksi lahan sakap di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep Usahatani
Usahatani adalah sebagian dari
kegiatan dipermukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer
yang digaji bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusahatani
sebagai suatu cara hidup, Melakukan pertanian karena dia seorang petani. apa
yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani
masih meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk
menciptakan keluaran adalah usahatani yang dipandang suatu jenis perusahaan.
(Maxwell L. Brown, 1974 dalam soekartawi, 2002). Pengelolaan usahatani yang
efisien akan mendapatkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usahatani
yang tidak efesien akan mendatangkan suatu kerugian. Usahatani yang efesien
adalah usahatani yang produktifitasnya tinggi. Ini bisa di jangkau jika
manajemen pertaniannya baik.
Ilmu usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani mengkombinasikan dan
megoperasikan berbagai faktor-faktor produksi, seperti lahan, tenaga kerja dan
modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang
usahatani berupa tanaman sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Ilmu
usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang megusahakan dan
mengkoordiir fakto-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai
modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sehingga ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan
seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapat semaksimal
mungkin. Ken suratiyah, (2009:8)
Usahatani
merupakan sektor pertanian yang banyak diusahakan oleh sebagian besar produk indonesia.
Namun pada umumnya petani merupakan golongan yang rendah pendapatan hal ini
disebabkan oleh tidak dapatnya mempergunakan tenaga kerja efektif dan efesien
serta mengunakan tehnologi yang sederhana dengan peralatan terbatas.
Usahatani
adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapa di tempat itu yang
diperlakukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bagunan-bagunan yang didirikan atas tanah dan sebagainya. Mubiyarto, (1989:66)
Dataran tinggi
gayo merupakan kawasan penghasilan kopi Arabika spesialti terpenting di
Indonesia. Areal yang cukup luas, kondisi tanah yang subur, dan iklim tropika
basah di kawasan ini sesuai untuk pengembangan agribisnis kopi Arabika. Faktor
giograpis tersebut berdampak pada kopi
arabika dari kawasan ini yang memiliki citarasa khas Sumatra
Mandheling Coffea Sp yang sangat di kenal oleh konsumen.
Setiap jenis
kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Milsalnya, kopi
robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi beberapa
diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1.000 m dpl.
Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500-1.700 m dpl. Bila arabika
di Tanami di dataran rendah (kurang dari 500 m dpl), biasanya produksi dan
mutunya rendah serta mudah terseang penyakit HV.
Lahan
adalah salah satu faktor produksi utama dalam kegiatan usahatani. Memadukan faktor
produksi lainnya seperti tenaga kerja, dan biaya produksi akan menghasilkan
komoditas yang di usahakan. (M.Hassan su’ud, 2004:33).
(FAO,
1996). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termaksud yang telah di pengaruhi
oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun
disaat sekarang, seperti lahan rawan dan pasang surut yang telah direklamasi
atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.
Tanah
merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya
tanaman, ternak, usahatani keseluruhanya. Tentu saja faktor tanah tidak
terlepas dari pengaruh alam sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan dan angin.
(Ken Suratiyah, 2009:16).
Tanah
adalah salah satu sumber daya alam yang penting bagi produksi. Cirinya adalah
bahwa tanah itu merupakan suatu sumberdaya alam yang tetap, tanah mampu
menghasilkan berbagai macam hasil pertanian dan barang tambang yang digunakan
produksi. Dari sudut pandang ekonomi, pengunaan tanah adalah sewa yaitu uang
hasil pengembalian kepada pemilik yang berasal dari penyerahan tanah adalah
sewa yaitu uang hasil pengembalian kepada pemilik yang berasal dari penyerahan
tanah tersebut untuk penggunaan yang menguntungkan. (John H. Jackson, 1994: 1).
B. Kepemilikan Lahan
Kepemilikan
lahan atau status kepemilikan lahan di
artikan sebagai lahan yang dikuasai atau dimiliki perorangan, sekelompok orang
atau lembaga organisasi. Hak milik ini secara pada umumnya secara pormal di
buktikan dengan sertifikasi terhadap kepemilikan lahan.
Kepemilikan
lahan pertanian adalah petani yang mempunyai lahan sendiri dan petani yang hanya
melakukan usaha itu tapi bukan petani tersebut yang mempunyai lahan kopi
tersebut dan pemilik usahatani kopi tersebut memberikan lahannya kepada petani
yang sangup megerjakanya dengan cara bagi dua hasil oleh petani.
Penguasaan
lahan dalam pertanian pedesaan oleh Darwis (2008) diklasifikasikan sesuatunya
menjadi hak milik, sewa, sakap, (bagi hasil) dan gadai.
1. Lahan
hak milik
Lahan hak
milik merupakan lahan sendiri yang dimiliki keluarga pemanfaatanya dilakukan secara bergilir
diantara anggota keluarga yang memiliki hak waris. Lahan sendiri setausnya
menjadi hak milik pribadi yang dikuasai atau dimiliki prorangan dibuktikan dengan
adanya sertifikasi terhadap pemilik lahan.
Menurut
Prof. Dr. Soekartawi (2002) nilai atau harga lahan dengan setatus milik
seringkali lebih mahal dibandigkan dengan lahan yang bukan milik. Lahan milik
yang biasanya diyatakan dengan bukti setifikat tanah selalu harganya lebih
tinggi. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya kesempatan hukum pemilik
tanah. Tanah atau lahan petanian dengan status hak pakai atau hak guna usaha,
nilainya relative lebih rendah bila dibandigakan dengan harga dengan lahan
status milik.
2. Lahan
sakap
Pakpahan, et.al (1992) dan Darwis (2008)
mendefinisikan sewa sakap dan gadai sebagai bentuk penguasaan lahan dimana
terjadi pengalihan lahan hak garap dari pemilik lahan tersebut pada umumnya
mempunyai aturan tertentu yang disepakati meskipun tampa perjanjian tertulis
maupun tanpa mengunakan jaminan surat-surat berharga secara formal disahkan
oleh pemerintah. (anonymous,2011).
Lahan sakap yaitu pengalihan hak garap dari pemilik
lahan, lahan yang digarap jika tidak sanggup dilakukan oleh suatu keluarga
dapat dialihkan dengan anggota komunitas lain dengan sistem bagi hasil (sakap).
Lahan sakap tidak diperjual belikan dan dalam pengelolaanya menuruti aturan
adat.
3. Lahan Gadai
Gadai adalah hubungan hukum antara seseorang dengan tanah
kepunyaan orang lain, yang telah menerima uang gadai dari padanya. Selama uang
gadai belum dikembalikan, tanah tersebut dikuasai oleh “pemegang gadai”. Selama
itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai. Pengembalian uang gadai
atau yang lazim disebut “penebusan”, tergantung pada kemauan dan kemampuan
pemilik tanah yang menggadaikan.
Gadai dapat
diartikan menyerahkan tanah dari penggadai (pemilik tanah) kepada pemegang
gadai (pemegang gadai) untuk menerima pembayaran sejumlah uang secara tunai
dari pemegang gadai, dengan ketentuan penggadai tetap berhak atas pengembalian
tanahnya dengan jalan menebusnya kembali dari pemegang gadai. Pada dasarnya
besar uang tebusan adalah sama dengan uang yang diserahkan pemegang gadai pada
awal transaksi gadai kepada penjual gadai, tidak ada perbedaan nominal uang.
C. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh
petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk termasuk di dalamnya
barang yang dibeli dan jasa yang di bayar di dalam maupun diluar usaha tani
(Fatholi Hermanto, 1996:179). Biaya Produksi adalah biaya yang bersipat
operasional atau modal kerja yang di bayar tunai maupun tidak tunai selama
produksi berlangsung dan di nilai menurut harga yang berlaku pada saat
penelitian.
Dalam melakukan usaha tani kopi juga mengeluarkan
biaya-biaya produksi, biaya produksi tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan.
Dalam mengelola usaha tani kopi, biaya tersebut dibagi menjadi biaya tetap dan
biaya variabel:
1. . Biaya tetap
Biaya
tetap (fixed costs) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa
produksi atau biaya yang di pergunakan untuk pembiayaan faktor-faktor produksi
yang bersifat tetap tidak berubah walaupun produksi yang dihasilkan
berubah-ubah, seperti penyusutan alat, modal dan tenaga kerja.
Biaya tetap
merupakan biaya yang tidak habis dalam sekali produksi. Termasuk biaya sewa
lahan dan biaya- biaya membeli alat- alat pertanian, yang besar kecilnya tidak
berhubungan langsung dengan besar kecilnya produksi.
Biaya tetap
adalah biaya yang tidak habis dalam satu masa produksi, yang termasuk dalam
biaya ini antara lain : penyusutan alat, sewa lahan. Sedangkan biaya variabel
adalah biaya –biaya yang penggunaannya habis dalam satu masa produksi. Yang
termasuk dalam biaya ini antara lain : bibit, pupuk ,obat- obatan dan tenaga
kerja. (Fadholi Hermanto, 1966 : 179).
Biaya tetap (FC = Fixe Cos +) yaitu biaya yang
digunakan dalam usahatani kopi tidak habis dipakai dalam satu kali proses
produksi.
Rumus : P = Nb-Ns
n
Keteragan:
Nb =
Nilai Baru
Ns =
Nilai Sisa
N = Umur Pemakaian
2. Biaya variabel
Biaya variabel
merupakan biaya- biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi
termasuk di dalamnya biaya- biaya sarana produksi dan berhubungan langsung
dengan besar kecilnya usahatani dan tergantung kepada apa yang diproduksikan.
Biaya variabel
adalah biaya yang meningkat dalam total seiring dengan peningkatan keluaran
kegiatan, (Ancela A Hermawan, 2000 : 85).
Biaya variable
adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya jumlah
produksi yaitu pengeluaran- pengeluaran untuk pembelian bibit, biaya persiapan
dan pengolahan tanah. (Mubyarto, 1985 : 72).
Biaya variabel adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapatat di rubah jumlahnya
seperti pupuk, pembelian benih, obat-obatan, upah tenaga kerja dan lain-lainya.
Biaya variabel (Vc = variabel cost)
yaitu biaya yang digunakan dalam usahatani kopi habis dipakai dalam satu kali
proses produksi.
Biaya Variabel (Variabe cost) biaya yang bersifat
berubah-ubah atau bervariasi tergantung produk apa yang di rencanakan, seperti
biaya pembelian obat-obatan, bensin dan sebagainya yang di gunakan dalam proses
usahatani kopi.
D. Produksi
Produksi merupakan proses dalam menghasilkan jumlah
output dengan mengunakan sejumlah infut, yaitu segala sesuatu yang di
maksudkan kedalam suatu proses produksi
seperti pengunaan tanah, bibit, pupuk, tenaga kerja, manajemen serta
menggunakan bahan pendukung.
Produksi adalah suatu proses perubahan dari kombinasi
berbagai input menjadi output. Setiap produsen dalam melakukan kegiatan
produksi diasumsikan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Masalah pokok yang
dihadapi produsen dalam melakukan kegiatan produksi adalah beberapa output yang
diproduksi dan bagaimanakah mengkombinasikan output secara efesien
(Pracoyo,2006:1470).
Produksi pada
hakikatnya merupakan setiap usaha yang membawa benda kedalam suatu keadaan
sehingga dapat dipengaruhan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik.
Produksi yakni suatu proses perubahan dari masukan-masukan (input), melalui
suatu pengolahan sehingga dapat menghasilkan barang-barag dan jasa (output).
Produksi
merupakan hasil akhir
dari proses produksi atau seluruh hasil panen yang diperoleh dari komoditas
yang di usahakan. Petani sampel dalam satu kali proses produksi (satu kalin
musi tanam).
Menurut Winardi (1984:25) produksi yaitu setiap
kegiatan yang mempertinggi guna ekonomi sesuatu benda lebih lanjut. Sedangkan
menurut Darwin (1988:25) produksi adalah sebagai penciptaan penambahan faedah
antara lain faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat dan kombinasi dari
faedah-faedah tersebut.
Produksi adalah transportasi atau pengubah faktor
produksi menjadi barang produksi, atau suatu proses dimana masukan (input)
diubah menjadi baursan (output). (suparmoko Ma, 1990:57).
Produksi adalah sebagai proses mengeluarkan hasil
penghasilan dan satu barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau
nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi
itu, (Damsar, 2009 : 67).
Produksi adalah suatu proses mentransfer masukan (infut)
dari sumberdaya manusia dan akan menjadi keluaran-keluaran (output) yang
dibutuhkan oleh para konsumen. Keluaran-keluaran ini meliputi empat unsur
pentig yang disebut faktor-faktor produksi yaitu sumberdaya alam, tenaga kerja,
dan modal. (John H. Jackson, 1994: 12).
E. Metode Analisa Data
Untuk megetahui
perbandigan lahan milik sendiri degan
lahan sakap pada usahatani kopi di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah, penelitian
ini mengunakan rumus.
1. Uji
Z
Uji Z beda rata dimana jumlah kasus dalam
sampel-sampel yang di kenai penelitian lebih besar dari 30, rumus yang di
sarankan dalam kasus ini
Z : Koefisien Z
S12 : Varian Sampel Lahan Milik Sendiri
S22 : Varian Sampel Sakap
: Rata-Rata
Sampel Lahan Milik Sendiri
2 :
Rata-Rata Sampel Lahan Sakap
n1 : Jumlah Kasus Pada Sampel Lahan
Milik Sendiri
n2 :Jumlah Kasus Pada Sampel Lahan Saka
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah, penentuan lokasi
dilakukan secara segaja dengan pertimbagan bahwa daerah tersebut merupakan
salah satu lokasi usahatani kopi yang pelaksanaanya telah berjalan dengan baik
hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya usahatani kopi penelitian ini
diakukan pada bulan Agustus 2011 sampai dengan April 2012 di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah
B. Ruang lingkup penelitan
Ruang lingkup
penelitian ini adalah yang dilakukan ini terbatas kepada petani yang mengusahakan
penanaman usahatani kopi. Penelitian ini dilakukan di daerah kampung Buntul
Gayo, Peteri Pitu Wih Resap,dan Amor pada penelitian yang dilakukan dari di Kecamatan
Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,
yaitu penelitian mengambil sampel dengan menggunakan quisioner sebagai alat
pengumpul data. Dalam penentuan populasi penelitian menggunakan Sistematik
Randdom Sampling. ( tehnik acak
sistematik). Berdasarkan sampel yang diambil menggunakan rumus ( Iqbal
Hasan,2002:61)
Kerliger
(1973) mengemukakan bahwa, penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
sosiologis maupun fisiologis.
·
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan dari petani kopi yang ada di Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah atau lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Jumlah Sampel Yang di Ambil Perkampung di Kecamatan Mesidah
Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011.
No
|
Kampung
|
Sampel
|
|
Milik Sendiri
|
Sakap
|
||
1
|
Buntul
Gayo
|
16
|
12
|
2
|
Peteri
Pitu Wih Resap,
|
15
|
10
|
3
|
Amor
|
|
9
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Badan
Statistik Bener Meriah Tahun 2011
Dari tabel di atas sampel lahan milik sendiri dari
kampug Buntul Gayo Sebanyak 16, sedangkan lahan sakap sebanyak 12 sampel. Dan
kampung Peteri Pitu Wih Resap lahan milik sendiri sebanyak 15 orang sedagkan lahan
sakap sebanyak 10 orang, sedangkan pada kampung Amor 9 orag. Sedangkan keseluruhan sampel milik sendiri
sebanyak 31 orag, dan lahan sakap sebanyak 31 orang.
·
Sampel
Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
jenuh maka populasi di jadikan sampel,dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, minsalnya keterbatasan dana tenaga dan waktu
populasi di ambil maka peneliti megambil populasi sebagai sampel, maka penelitian
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulanya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative ( mewakili
).
Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat
dilakukan dalam berbagai cara, yaitu dengan cara interview (wawancara),
kuesioner (angket), observasi (pegamatan).
1. Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandigkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga obyek- obyek alam yang lain.
2. Wawancara
(interview) adalah untuk memperoleh
informasi dan data yang akurat penulis langsung mengadakan wawancara langsung
berupa petani dari pihak terkait kepada obyek yang diteliti.
3. Daftar
pertanyaan Angket (Quesioner),
merupakan satu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memeberii
seperangkat pertanyaan, atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
D. Metode Analisa Data
Data yang dikumpulkan dari lapangan, diteliti dan diolah
dengan mentabulasikan dan seterusnya dipindahkan kedalam bentuk tabulasi sesuai
dengan kebutuhan analisis.
Untuk menganalisa produksi
petani lahan milik sendiri
dan petani lahan sakap, peneliti
menggunakan uji Z.
- Uji Z
Uji Z beda rata dimana jumlah kasus dalam
sampel-sampel yang di kenai penelitian lebih besar dari 30, rumus yang di
sarankan dalam kasus ini
Z : Koepesien Z
S12 : Varian Sampel Lahan Milik Sendiri
S22 : Varian Sampel Sakap
:
Rata-Rata Sampel Lahan Milik Sendiri
2 :
Rata-Rata Sampel Lahan Sakap
n1 : Jumlah Kasus Pada Sampel Lahan
Milik Sendiri
n2 : Jumlah Kasus Pada Sampel Lahan Sakap
H0 =
diduga bahwa produksi lahan milik sendiri lebih besar dari lahan sakap
Ha =
Diduga bahwa produksi lahan sakap lebih besar dari lahan milik sendiri
E.
Konsep dan Batasan Operasional
1. Luas
lahan adalah luasan lahan garapan petani kopi degan luas 0,5 -2 Ha
2. Umur
tanaman kopi yang menjadi ruang lingkup pada umur ³ 12 kopi dalam produksi usahatani baik lahan milik
sendiri maupun lahan sakap.
3. Biaya
produksi adalah biaya yang di keluarkan (Rp/ Tahun)
4. Kepemilikan
lahan yang di teliti dalam penelitian ini lahan milik sendiri dan lahan sakap
(bagi dua hasil).
5. Lahan milik sendiri yaitu lahan yang di
kelola oleh petani pemilik.
6. Lahan
sakap merupakan lahan yang dikerjakan oleh orang lain dengan system bagi dua
hasil, dimana biaya produksi (kecuali biaya panen) dikeluarkan oleh petani
penyakap.
7. Produksi usahatani
milik sendiri adalah hasil yang diperoleh dari
usahatani kopi (Kg/Ha/ Tahun).
8. Produksi
usahatani lahan sakap adalah hasil produksi dalam usahatani kopi di kurangi
biaya panen dan dibagi dua (Kg/Ha/Tahun).
9. Biaya
panen pada usahatani kopi lahan sakap 2 bambu / kaleng (Kg)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Letak dan Luas Daerah Penelitian
Berdasarkan posisinya, Kabupaten Bener
Meriah berada di tengah-tengah wilayah Propinsi Aceh, tepatnya di Dataran
Tinggi Gayo. Keberadaannya di dataran tinggi menyebabkan daerah ini potensial
bagi bidang pertanian sehingga seluruh
produksi pertaniannya dapat didistribusikan keseluruh penjuru Provinsi Aceh.
Kabupaten Bener Meriah menjadi central karena di tengah-tengah, bagi komoditi
pertanian bagi seluruh Propinsi Aceh.
Dilihat dari letak Geografisnya, Kabupaten Bener Meriah
merupakan gabungan bagi Kabupaten Aceh Tengah, ditinjau
dari segi perhubungan darat merupakan lintasan antar Kabupaten Bireuen,
Takengon dan Blang Kejeren. Kabupaten Bener Meriah berada pada ketinggian
rata-rata 100 s/d 2500 meter di atas pemukaan laut (dpl). Letak geografis
berada pada posisi 40 33’50” – 40 54’50” Lintang Utara
(LU) dan 960 40’75” – 970 17’50” Bujur Timur ( BT ), dan
luas daerah Kabupaten Bener Meriah seluas ± 1.888,70 KM2.
Wilayah Kecamatan Mesidah berbatasan sebagai berikut:
- Pada sisi sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara
- Sebelah barat berbatasan dengan Bandar
/ Bandar Selan
- Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Permata
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Syiah Utama
B.
Keadaan Iklim
Iklim merupakan faktor alam yang secara
langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan baik
secara biologis maupun secara ekonomi. Pada suatu tanaman unsur iklim yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah curah hujan, suhu,
angin dan kelembaban udara.
Curah hujan di Kecamatan Mesidah
rata-rata tiap tahun adalah 199 mm dengan jumlah hari hujan 168 hari. Musim
kemarau biasanya jatuh antara bulan Juni sampai September, dan musim hujan
antara Oktober sampai April atau Mei.
C. Tanah dan Topografi
Tanah adalah faktor produksi yang sangat menentukan
tinggi rendahnya produktifitas dibidang pertanian. Jenis-jenis tanah dipengaruhi
oleh iklim, dan topografi yang nantinya akan mempengaruhi terjadiya
proses-proses didalam tanah yang meliputi proses kimia, fisika, dan biologis.
Tanah diwilayah ini pada umumnya banyak mengandung
bahan organik, memiliki kapasitas air tinggi, kesuburan tanah masih alami dan
porositas yang tinggi. Dari sifat-safat tersebut sangat memungkinkan untuk
pembudidayaan tanaman Kopi.
Topografi wilayah Kecamatan Mesidah terdiri dari
datar, perbukitan dan pegunugan. Masing-masing wilayah digunakan sesuai dengan
kemiringannya. Wilayah datar merupakan areal perkebunan kopi, wilayah berbukit
dan bergelombang berupa padang rumput, ladang rakyat, hutan dan alang-alang.
Kecamatan Mesidah berada
pada ketinggian 700-1.400 m dari
permukaan laut (dpl). Terletak pada 0443,505 LU dan 04651,114 BT.
Kecamatan Mesidah
tergolong kedalam iklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau, dimana unsur-unsur yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan mahluk hidup seperti manusia, hewan dan tanaman adalah curah
hujan, suhu, angin dan kelembaban udara.
Berikut ini dapat dilihat luas lahan Kecamatan Mesidah berdasarkan
setatus penggunaan tanahnya pada tabel 5 dibawah ini :
Tabel 4. Luas Lahan Dan Status Penggunaan Tanah Di
Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah
No
|
Status penggunaan Tanah
|
Luas
Lahan (Ha)
|
1.
|
Perkebunan Rakyat
|
3.996
|
2.
|
Tanah Sawah
|
32
|
3.
|
Tegal/Kebun/Ladang/Huma
|
11.493
|
4.
|
Perumahan
Permukiman
|
70,0
|
Jumlah
|
11.598.996
|
Sumber
: Kecamatan Mesidah Dalam Angka 2011.
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan tanah atau lahan di Kecamatan
Mesidah Kabupaten Bener Meriah, dimana untuk Perkebunan
Rakyat 3.996 Ha sedangkan untuk lahan sawah 32 Ha Pada Tegal/Kebun/ Ladang/Huma
mencapai 11.493 Ha, pada tanah Perumahan
Permukiman 70,0 Ha.
D.
Penduduk dan Mata Pencaharian
Kecamatan
Mesidah memiliki jumlah
penduduk sebesar 17.758 jiwa atau 3.062 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 6 di bawah ini:
Tabel 5. Keadaan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelaminnya di Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah.
No.
|
Uraian
|
Jumlah (Jiwa)
|
Keterangan
|
1.
|
Laki-laki
|
1.710
|
|
2.
|
Perempuan
|
1.517
|
|
Jumlah
|
3.227
|
|
Sumber : Data Skunder
Kecamatan Mesidah Dalam Angka, Tahun 2010.
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk di daerah penelitian berdasarkan
jenisnya yang berada di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah, yaitu terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.710
jiwa dan sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.517 jiwa. Mata
pencarian penduduk umumnya di bidang pertanian di samping sebahagian kecil
bekerja dibidang lainnya. Berikut dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :
Tabel 6. Mata
Pencarian Penduduk di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
No.
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah Jiwa (orang)
|
1.
|
Petani
|
3046
|
2.
|
Pedagang
|
53
|
3.
|
PNS
|
128
|
Jumlah
|
3227
|
Sumber : Kecamatan Mesidah Dalam Agka, Tahun 2011.
Berdasarkan
tabel diatas bahwa mata pencaharian yang
berasal dari pertanian sebanyak 3046 jiwa, sedangkan mata pencarian dari
pedagang sebanyak 53 jiwa, mata
pencarian pegawai negeri sipil sebanyak 128 jiwa.
E. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik
petani merupakan
suatu gambaran dan kemampuan petani dalam menjalankan suatu usahataninya.
Karakteristik pemilik di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat
pada tabel 8 di bawah ini :
Tabel
7.
Rata-rata Luas Lahan Petani di Kecamatan Mesidah.
No.
|
Luas
Lahan
|
Lahan
Milik Sendiri
|
Lahan
Sakap
|
1.
|
0,5-1 Ha
|
13
|
8
|
2
|
17-2Ha
|
18
|
23
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Data Primer di Olah,
Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel diatas di daerah
penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata luas
lahan 0,5-1 Ha sebanyak 13 orang. Lahan
Milik Sendiri sedangkan lahan sakap 17-2 Ha sebanyak 8. Sedeangkan Lahan Sakap pada lahan luas lahan 0,5-1Ha
sebanyak 18 orang dan pada lahan sakap luas lahan 17-2Ha sebanyak 23 orang
sedangkan jumlah keseluruhan 31
Tabel
8.
Rata-rata Kepemilikan Lahan Petani
di Kecamatan
Mesidah.
No.
|
Kepemilikan
Lahan
|
Kepemilikan
Lahan
|
1.
2.
|
Lahan
Milik Sendiri
Lahan
Sakap
|
31
31
|
Jumlah
|
62
|
Sumber : Data Primer di Olah,
Tahun 2012.
Berdasarkan
pengamatan yang telah di
lakukan peneliti di daerah penelitian bahwa laman milik
sendiri sebanyak
31 orang sedagkan Lahan sakap sebanyak 31 orang.
Tabel 9. Rata-rata
Tingkat Umur Petani
di Kecamatan Mesidah.
No
|
Umur (Tahun)
|
Lahan Sakap
|
Kepemilik Lahan
|
1
2.
3.
4.
|
21 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
|
11
8
6
6
|
12
8
6
5
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Data Primer di Olah, Tahun
2012.
Dari
tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat umur petan lahan milik sendiri tinggkat umur 21-30 tahun sebanyak 12 orang atau, umur antara 31-40 tahun
sebanyak 8 orang, tingkat umur petani antara 41-50 tahun sebanyak 6 orang,
tingkat umur petani
antara 51-60 tahun sebanyak 5 orang jumlah total petani sample
lahan milik sendiri sebanyak 31 dan sedangkan petani lahan sakap tinggkat umur 21-30 tahun sebanyak 11 orang atau, umur antara 31-40 tahun
sebanyak 8 orang, tingkat umur petani antara 41-50 tahun sebanyak 6 orang,
tingkat umur petani
antara 51-60 tahun sebanyak 6 orang jumlah total petani sample
lahan milik sendiri sebanyak 31.
Tabel
10.
Rata-rata Tingkat Pendidikan Petani di Kecamatan Mesidah.
No.
|
Pendidikan
|
Lahan
Milik Sendiri
|
Lahan
Sakap
|
1.
2.
3.
|
6
9
12
|
10
5
16
|
10
7
14
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Data Primer di Olah,
Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan yang ditempuh oleh petani
lahan milik sendiri yang
tamatan SD berjumlah sebanyak 10
orang, SMP berjumlah sebanyak 5
orang, dan SMA
sebanyak 16
orang. Sedangkan pendidikan petani lahan sakap yang tamatan SD berjumlah sebanyak 10 orang, SMP berjumlah sebanyak 7 orang, dan SMA sebanyak 14 orang.
Tabel 11. Rata-rata
Tingkat Lama Berusaha
Tani Petani di Kecamatan Mesidah.
No.
|
Lama Berusaha Tani
|
Lahan Milik Sendiri
|
Lahan Sakap
|
|
|
||
1.
2.
3.
|
01 – 10
11 – 20
21 – 30
|
15
8
5
|
17
7
7
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Data Primer di Olah,
Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pengalaman petani lahan milik
sendiri berdasarkan
tingkat pengalaman petani antara
01-10 tahun
sebanyak 15 orang,
tingkat pengalaman petani
antara 11-20 tahun sebanyak 8 orang
dan tingkat pengalaman petani lahan sakap antara 21-30 tahun sebanyak 5 orang. tingkat pengalaman petani
antara 01-10 tahun sebanyak 17 orang, tingkat pengalaman petani antara 11-20 tahun sebanyak 7 orang dan tingkat pengalaman petani antara 21-30 tahun sebanyak 7 orang.
Tabel 12. Rata-rata Jumlah Tanggungan Petani di Kecamatan. Mesidah
No.
|
Tanggungan (Jiwa)
|
Lahan
Milik sendiri
|
Lahan
Sakap
|
|
|
||
1.
2.
3.
|
0
1 – 2
3 – 6
|
6
13
12
|
6
14
10
|
Jumlah
|
31
|
31
|
Sumber : Data Primer di Olah, Tahun
20112
Berdasarkan
tabel di atas bahwa rata-rata jumlah tanggungan petani lahan
milik sendiri di daerah
penelitian yang belum mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 6 orang, petani yang mempunyai jumlah
tanggungan 1-2 jiwa sebanyak 13
orang, jumlah tanggungan antara 3-4 jiwa sebanyak 12 orang. Petani lahan
sakap yang belum
mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 6 orang, petani yang mempunyai jumlah tanggungan 1-2 jiwa
sebanyak 14 orang,
jumlah tanggungan antara 3-6
jiwa sebanyak 10
orang.
E. Biaya Produksi
1. Biay Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dalam satu masa
produksi, yang termasuk dalam biaya ini antara lain : penyusutan alat
seperti penyusutan cangkol, parang, gunting, mesenbabat, hanspayer, timba,
karung sedang, karung baret dan
sewa lahan.
Tabel 13.
Penggunaan Biaya Tetap Pada Usahatani Kopi / Tahun di Kecamatan
Mesidah Kabupaten Bener Meriah
No
|
Uraian
|
Milik
Sendiri (Rp)
|
Sakap
(Rp)
|
A
|
Biaya Tetap
|
|
|
|
Parang
|
5.888
|
5.102
|
|
Cangkol
|
5.115
|
8.770
|
|
Hanspayer
|
18.182
|
176.356
|
|
Mesin Babat
|
84603,4
|
118.862
|
|
Karung Sedang
|
532
|
5.481
|
|
Karug Baret
|
552
|
924
|
|
Kantongan
|
7.475
|
4.984
|
|
Timba
|
7.852
|
6.910
|
|
Guntig
|
9.057
|
15.941
|
|
Sewalahan
|
188.579
|
540.664
|
|
Jumlah
|
327.836
|
883.994
|
Sumber : Data Primer di Olah, Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui
bahwa biaya Tetap lahan milik sendiri Parang Rp. 5.888, cangkul Sebesar
Rp. 5.115, hanspayer
sebesar Rp 18.182 mesin babat
sebesar Rp. 84603,4 guntig
sebesar Rp. 9.057. timba sebesar Rp. 7.852, Kantongan
sebesar Rp7.475Karung Sedang Sebesar Rp. 532 karung baret sebesar Rp 552, sewa lahan
sebesar Rp 188.579, dan total biaya tetap sebesar
Rp, 327.836. Sedangkan biaya Tetap
lahan Sakap Parang Rp. 5.102, cangkol Sebesar Rp. 8.770, hanspayer sebesar Rp. 176.356 mesin babat sebesar Rp. 118.862, guntig sebesar
Rp. 6.910. timba sebesar Rp. 6.910 Kantongan sebesar Rp 6.782, Karung Sedang Sebesar Rp. 5.481, karung baret sebesar Rp. 924 sewa lahan sebesar Rp. 540.664. dan total biaya tetap sebesar
Rp, 883.994.
1. Biaya Variabel
Biaya variabel
adalah biaya yang dikeluarkan dalam satukali proses produksi termaksud di
dalamnya biaya saprodi yang terdiri dari Bendi, dan obat-obatan, sedangkan
biaya tenaga kerja adalah biaya penyiangan, pembabatan, pembersihan pemangkasan
cabang kipas, dan pemanenan.
Tabel 14. Penggunaan
Biaya Variabel Pada Usahatani Kopi / Tahun di Kecamatan
Mesidah Kabupaten Bener Meriah
No
|
Uraian
|
Milik
Sendiri (Rp)
|
Lahan
Sakap (Rp)
|
B
|
Biaya Variabel
|
|
|
-
|
Saprodi
|
|
|
|
Bensin
|
158.316
|
162.252
|
|
Obat-obatan
|
117.818
|
129.161
|
|
Jumlah
|
276.135
|
291.413
|
-
|
Biaya Tenaga Kerja
|
|
|
|
Penyiagan (Hkp)
|
727.811
|
625.304
|
|
Pembabatan (Hkp)
|
464.646
|
513.659
|
|
Pembersihan (Hkp)
|
509.495
|
389.523
|
|
Pemagkasan Cabag Kipas (Hkp)
|
1.455.623
|
1.275.733
|
|
Pemanenan
|
569.899
|
619.662
|
|
Jumlah
|
3.727.475
|
3.423.881
|
|
Total
|
4.041.185
|
3.715.295
|
Sumber : Data Primer di Olah, Tahun
2012
Dari tabel diatas dapat dilihat biaya saprodi Obat-obatan
sebesar Rp. 117.818, bensin sebesar Rp. 158.316 tota
tiaya Rp. 276.135. Sedagkan Lahan Sakap biaya variabel Obat-obatan Rp.139.034 bensin sebesar Rp.162.252 dan
total biaya Rp. 291.413
Sedagkan biaya tenaga kerja Penyiangan sebesar Rp. 727.811 Pembabatan
Rp. 464.646, Pembersihan sebesar Rp. 509.495 pemangkasan cabang kipas sebesar Rp. 1.455.623 Pemanenan
Rp. 569.899, tota biaya
tenaga kerja Rp. 3.727.475, biaya variabel Rp. 4.041.185. Sedangkan biaya tenaga kerja pada lahan sakap penyiagan sebesar Rp. 625.304 pembabatan Rp. 513.659, pembersihan cabag kipas sebesar Rp 1.275.733, pembersihan sebesar Rp. 1.275.733, dan pemanaenan Rp. 619.662, sedangkan total biaya tenaga kerja Rp. 3.423.881 sedangkan total biaya variabel Rp.3.715.295.
G.
Biaya Produksi
Biaya
produksi yang digunakan dalam kepemilikan lahan terhadap Usahatani Kopi d
Kecamatan Mesidah meliputi pengadaan sarana produksi mesin Babat, obat-obatan
dan peralatan dan penggunaan tenaga kerja. Adapun besarnya biaya terdiri dari
biaya tetap yaitu biaya penyusutan peralatan, sedangkan biaya tidak tetap atau
biaya variabel yaitu biaya sarana produksi dan tenaga kerja. Untuk lebih
jelasnya, besarnya biaya produksi yang digunakan dalam kepemilikan lahan
terhadap usahatani kopi tertera pada tabel 15
Tabel 15. Biaya
Produksi Kepemilikan Lahan /
Tahun di Kecamatan Mesidah
No.
|
Jenis Biaya Produksi
|
Lahan
Milik Sendiri
(Rp)
|
Lahan
Sakap (Rp)
|
|
Biaya
tetap
|
327.836
|
883.994
|
|
Biaya
variabel
|
4.041.185
|
3.715.295
|
Jumlah
|
4.369.021
|
4.599.289
|
Sumber : Data Primer di Olah, Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah biaya tetap pada petani lahan milik
sendiri di daerah
penelitian adalah Rp. 327.836 per
tahun musim panen kopi biaya variabel sebesar Rp. 4.041.185.
jumlah keseluruhan sebesar Rp. 4.369.021. Sedangkan biaya tetap pada petani lahan
sakap kopi adalah
sebesar Rp 3.677.618 dan biaya
variabel sebesar Rp. 3.715.295 per musim panen
kopi per tahun. Sedagkan jumlah keseluruhan sebesar. Rp. 4.599.289.
H.
Produksi
Produksi yang
dimaksud dalam lahan milik sendiri dengan lahan sakap ini adalah hasil yang diperoleh dari usaha
tani kopi selama musim
panen yang diukur dalam satuan Kg/Tahun.
Tabel 16. Produksi dan Nilai Produksi
Kepemilikan Lahan Terhadap Usahatani Kopi Per Musim Panen di Kecamatan Mesidah.
No.
|
Uraian
|
Produksi (Kg)
|
1.
|
Pemilik
|
5.346
|
2.
|
Sakap
|
2.021
|
Sumber
: Data Primer di Olah, Tahun 2011.
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah produksi kopi pada milik sendiri di daerah penelitian adalah produksi 5.346. Kg, Per tahun Per musim panen kopi.
Sedangkan untuk lahan sakap Produksi sebesar 2.021 Kg per
tahun.
I. Analisa Perbandigan Produksi
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi lahan
milik sendiri sebesar
5.346 Kg per musim panen dan produksi lahan sakap sebesar 2.021 Kg per
Tahun.
Untuk membuktikan
perbedaan perbandigan produksi lahan milik sendiri dan lahan sakap di Kecamataan Mesidah
Kabupaten Kabupaten Bener
Meriah maka dilakukan pengujian atau analisa dengan menggunakan uji “Z” sebagai berikut:
Hasil
penggunakan uji “Z” ragam tidak sama
membuktikan bahwa produksi lahan milik sendiri berbeda dengan lahan sakap
dimana Zhitung =7,7448, sedangkan
Ztabel =0,0016 maka H0 di tolak dan Ha di terima dengan
tingkat keyakinan 5% atau α = 0,05.
Hal
ini bahwa terdapat perbedaan produksi lahan milik sendiri dengan lahan sakap.
Produksi lahan milik sendiri lebuh tinggi dari pada produksi lahan sakap yang
di peroleh dari hasil produksi usahatani kopi di Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah (dapat dilihat pada lampiran 24).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Terdapat
perbandigan lahan milik sendiri dengan lahan sakap terhadap produksi terhadap
usahatani kopi di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah.
2. Berdasarkan
hasil analisis terdapat perbedaan produksi antara lahan milik sendiri dengan
lahan sakap di Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah. Ini dibuktikan dengan
perhitungan statistik “uji Z” tolah H0 dan terima Ha karena Zhitung
=7,7448 > Ztabel=.0,0016.
Hal ini mengartikan terdapat perbedaan produksi antara produksi lahan milik
sendiri dengan lahan sakap, dengan jumlah produksi lahan milik sendiri sebesar 5.346 Kg pertahun, dan produksi lahan sakap sebesar 2.021 Kg per tahun,
sehinga terdapat selisih perbedaan sebesar 3.325 Kg pertahun.
B. Saran
- Disarankan kepada petani agar memperhatikan lahan garapan karna hal ini dapat mempengaguhi tingkat produksi usahatani kopi.
- Kegiatan usahatani juga dapat mengikut sertakan berbagai teknologi yang ada agar dapat menambah volume produksi petani menjadi lebih baik.
- Disarapkan kepada intensi terkait supaya lebih intensif dalam melakukan penyuluhan pertanian agar petani yang memiliki kendala ilmu lebih memahami apa yang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim.
2008. Ekonomi Pertanian. Jakarta
Agung
Ngurah Gusti I 2003. Statistika Penebaran Metode Analisis untuk Tabulasi Sempurna dan Tak Sempurna.
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Angipora,
p. Marius, (2001) Dasar-dasar pemasaran, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Raja
Grapindo Persada, Jakarta.
Damsar
(2009) Sosiologi Ekonomi. kencana Jakarta
Daniel
(2004), Ilmu usahatani, Penebaran
Suwadaya, Jakarta.
Hermanto, fadholi. 1996. Ilmu usahatani. PT penebaran swadaya. Jakarta
Iqbal
Hasan, (2002). Poko-pokok materi statistik 2,edisi kedua
http://www.googel.co.id/search?q=pengertian+sarana+produksi+pertanian/update29/10/2011
Iqbal,
Hasan. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik
1. Bumi Aksara Jakarta
J.
Jackson.j. 1994. Pegantar Ilmu Pertanian. PT glora agkasa Peratama?
Kartasapoetra
A.G 1988 Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. PT. Bina Agkasa. Jakarta
Kotler,
Philip, 1997, Manajemen Pemasaran, Analisis,
Perencanaan, dan Pengendalian, Erlaga Jakarta.
Mubiyarto.1989.
Pegantar
Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Pustaka.
Mubyarto.
1989. Pengantar ekonomi pertanian. PT Pustaka. Jakarta
Sugiyono
1998. Statistik untuk Penelitian. Cv. Alfabeta Bandung.
Sugiyono,1999.
Metode
Penelitian Bisnis. cv Alfabeta Bandung.
Sukirno.
Sandono 2006. Tiori Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Suparmoko.
1990. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE
Surip
Marwati, Retno Hulupi, Aris Wibawa, soekadar Wiryadiputra, Yusianto. 2008 Panduan Budidaya dan Pengolahan
Kopi Arabika Gayo Banda Aceh
Suryatiyah,
K. 2009. Ilmu usahatani. penebaran swadaya. Jakarta
Comments
Post a Comment