ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS DI KAMPUNG RONGKA KECAMATAN TIMANG GAJAH KABUPATEN BENER MERIAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor pertanian. Kampung Rongka adalah sebuah Kampung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh Indonesia. Kampung Rongka mamiliki luas ± 5,7 Km2, dimana Kampung Rongka merupakan Kampung yang memiliki produksi jagung terbesar di Kecamatan Timang Gajah.
Peningkatan produksi jagung manis diakibatkan setiap tahunnya petani jagung manis memiliki minat untuk meningkatkan produksi jagung manis. Produksi jagung manis meningkat 2-3 kali lipat dilihat dari banyaknya petani yang terjun ke budidaya jagung manis di Kampung Rongka lantaran permintaan jagung manis jelas, lahan yang digunakan petani jagung manis ialah lahan sawah setelah penanaman padi, dan dalam usaha tani jagung manis ini tenaga kerja juga masih banyak tersedia.
Adanya permintaan yang meningkat terus menerus mengakibatkan harga jagung manis pun meningkat tiap tahunya. Jagung manis biasanya di gunakan untuk jagung bakar yang dijual di di dalam maupun luar Kabupaten.
Tanaman jagung manis sebagai usahatani yang pengusahanya dilakukan secara intensif oleh petani untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian masih banyak kendala-kendala yang dihadapi petani. Persoalan-persoalan dalam ekonomi pertanian tersebut antara lain : jarak waktu yang lebar karena harus menunggu padi dipanen baru dapat menanam jagung manis. Sehingga mengurangi pendapatan petani jagung manis. tekanan penduduk dan pertanian, dimana pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan jumlah peroduksi jagung manis.
Permasalahan lain dari jagung manis itu sendiri, menyangkut penentuan produktivitas disektor jagung manis, antara lain : faktor eksternal seperti musim kemarau yang menghambat produktivitas jagung manis. Faktor kedua adalah penyusutan luas lahan pertanian yang diakibatkan adanya industrialisasi dan urbanisasi. Selanjutnya pemampaatan teknologi dan rendahnya kualitas SDM juga menjadi penentu produktivitas jagung manis.
Tabel 1. Luas tanam, panen dan produksi jagung manis di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013
Luas Tanam (Ha)
Luas panen (Ha)
Produksi (Ton)
738
325
1.193
       Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2013
Produksi jagung manis di Kampung Rongka pada tahun 2013 yaitu seluas 75 Ha dengan produksi 32 ton. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produksi jagung nasional tahun 2012 mencapai 17,64 juta ton. BPS memperediksi, produksi jagung nasional 2013 diperkirakan sebesar 18,95 juta ton. Peningkatan sebesar 1,30 juta ton dibandingkan tahun 2012. Peningkatan produksi jagung tahun 2013 yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Yogyakarta. Sedangkan penurunan terdapat di Provinsi Aceh, Sulawasi Tengah, Sulawesi Selatan, Banten dan Riau.
Jagung di Provinsi Aceh pada tahun 2013 dengan luas panen 45404.00 Ha, produktivitas 41.13 Ku/Ha menghasilakan Produksi sebesar 186761.00 ton.  

1.2.Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu:
1.    Berapa besar pendapatan usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah
2.    Berapa keuntungan yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio, dan BEP penerimaan, BEP produksi, BEP harga.
 
1.3. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui berapa besar pendapatan bersih usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah
2.      Untuk mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio, dan BEP penerimaan, BEP produksi, BEP harga.

 
1.4. Kegunaan  Penelitian
                   Adapun Kegunaan penelitian adalah:
1.   Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dan pemerintah dalam mengembangkan usahatani jagung manis  di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
2.   Sebagai reperensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian Analisa Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peroduksi di Kampung Rongka



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Perkembangan Jagung

Pemerintah Indonesia dituntut mampu meningkatkan produksi jagung nasional hingga 9 persen pertahun untuk dapat menurunkan atau mengurangi laju impor komoditas pangan tersebut. (Subagyo, 2013)
Country lend PT Monsanto Indonesia, Chris J. Peterson di Jakarta, Jum’at mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung setiap tahun rata-rata 8 persen sementara itu angka peningkatan produksi hanya 6 persen pertahun. (subagyo, 2013) “ secara keseluruhan pada tahun 2013 produksi diperkirakan turun dibanding tahun sebelumnya akibat berkurangnya luas panen” ( IK Sartika, 2013)
Jakarta -Berada dalam kawasan tropis, menjadikan Indonesia tepat sebagai negara agraris. Tidak sulit bagi Indonesia menanam jagung. Apalagi ini merupakan salah satu makanan pokok pengganti beras. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Senin (4/11/2013) ada 111 ribu ton jagung yang masuk dalam bulan September, atau senilai US$ 33,94 juta atau Rp 385,6 miliar. Bulan sebelumnya, impor jagung bahkan mencapai 182 ribu ton atau US$ 53,7 juta. Selama Januari-September, total impor tercatat sebesar 2 juta ton atau US$ 578,1 juta. Asal dari jagung impor tersebut berbeda-beda. Brasil merupakan negara terbesar dalam memasok jagung. Tercatat di bulan September volume impor mencapai 40.080 ton atau US$ 11,6 juta. Kemudian adalah Argentina dengan 34.039 ton atau US$ 10,7 juta, India 36.470 ton atau US$ 11,2 juta, Thailand 82 ton atau US$ 171 ribu dan negara lainnya sebesar 229 ton atau US$ 163 ribu. (Indonesia Impor Jagung Rp 385 Miliar Dalam Sebulan.htm.2013)

2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Pananda Pasaribu (2007). tentang Analisa Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten tegal dengan tujuan menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani wortel, dengan Kesimpulan Dari hasil analisis pendapatan usahatani didapat bahwa analisi R/C rasio didapat bahwa nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 4,26 dan R/C rasio atas biaya total sebesar 2,45, dengan menggunakan analisa R/C ratio, Sehingga dapat disimpulkan bahwa cabang usahatani wortel di Desa Rembul masih menguntungkan walaupun produktivitas wortel menurun.
Penelitian dilakukan Ria Aswita Pohan (2008) yang berjudul Analisa Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel di Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dengan tujuan untuk mengetahui apakah usahatani wortel menguntungkan di daerah penelitian dan untuk mengetahui pengaruh antara produksi luas lahan, pupuk, tenaga kerja, biaya prouksi terhadap pendapatn usahatani wortel di daerah penelitian, menggunakan metode analisa R/C ratio. Kesimpulannya adalah usahatani wortel secara ekonomis di daerah penelitian menguntungkan yaitu rata-rata R/C Ratio per petani dan per hektar adalah sebesar 258 dan produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja,biaya produksi secara parsial yang berpengruh nyata adalah biaya produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja di daerah penelitian.
Penelitian yang dilakukan Christofel D Nababan (2009) yang berjudul Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Bianaga Kabupaten Karo dengan tujuan (1). Untuk mengukur seberapa besar pengaruh biaya prouksi terhadap pendpatan petani jagung. (2). Untuk mengukur seberapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani jagung. (3). Untuk mengukur seberapa besar pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani jagung. Dengan kesimpulan (1). Biaya pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini di tunjukkan oleh koefesien regresi biaya pupuk yaitu sebesar 0.058327. artinya setiap kenaikan biaya pupuk 1 persen, maka pendapatan petani jagung berkurang sebesar 0.06 persen. Dalam makna ekonomis semakin banya pupuk maka semakin besar pula hasil produksinya, namun tetap ada batasan maksimal penggunaan pupuk, jika tetap digunakan melewati batas tersebut akan menjadi mengurangi hasil produksi, hal ini dapat dilihat dalam teori The Low Of Diminishing Return. (2). Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefesien regresi tenaga kerja yaitu sebesar 0.31949. artinya setiap kenaikan tenaga kerja 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0.31 persen. (3). Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh koefesien regresi luas lahan yaitu sebesar 0.898634. artinya setiap kenaikan luas lahan 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0.60 persen.
Penelitian yang dilakukan Ade Candra Prabandari Made Sudarma (2013) yang berjudul Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah pada Daerah Tengah dan Hilir Aliran Sugai Ayung dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi. Mengunakan regresi dengan kesimpulan hasil analisa regresi simultan menunjukkan bahwa secara bersama-sama peubah bebas yaitu: luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-obatan dan air berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tak bebas produksi padi sawah. Berdasarkan analisis regresi lebih lanjut bahwa hanya ada dua peubah bebas yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi sawah yaitu : luas lahan dan air, sedangkan peubah yang lainnya tidak berpengaruh.

2.3. Landasan Teori
2.3.1. Jagung
Jagung Merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasukki siklus calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasai surya tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi, curah hujan yang rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu yang tinggi, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. (Sri Riski. 2013)


2.3.2.  Klasifikasi dan Morpoligi
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays . secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (berbiji tertutup)
Subdivisi         : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : monocotyledone (berkeping satu)
Ordo                : Graminae (rumput-rumjputan)
Famili              : Graminaceae
Gebus              : Zea
Spesies             : Zea mays L.  
( Ir. Purwono, M.S. dam Rudi Hartono, S. P. 2008).

2.3.3.  Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tempat tumbuh atau tanah, air dan iklim. Oleh karena itu, agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan tongkol dan biji yang banyak, diperlukan tempat penananaman dan iklim sesuai syarat tumbuh tanaman jagung (Ir. Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008).
a.       Jenis Tanah
Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman berkembang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Meskupin ada tanaman yang diusahakan dengan media air, tetapi belum banyak berarti dibandingkan dengan usaha pertanian yang dilakukan diatas tanah pertanian.
b.      Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol (berasal dari gunung berapi), Latosol, dan Grumosol. Pada tanah berstruktur berat ( grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang bail. Tanah bersetruktur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus.
c.       Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagug antara 5,6-7,5. Pada tanah yang memiliki Ph kurang dari 5,5, tanaman jagung tidak bisa tumbuh maksimal karena keracunan ion aluminium.
d.      Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
e.       Kemiringan tanah yang optimum untuk tanaman jagung maksimum 8%. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Pada daerah dengan kemiringan 5-8% sebaiknya dilakukan pembentukan teras. Tanah dengan kemiringan lebih dari 8% kurang sesuai untuk penanaman jagung (Ir. Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008).
f.       Iklim yang Sesuai
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jagung dapat tumbuh diberbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering.  Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar dari jagung yaitu daerah yang beriklim sedang hingga daerah yang beriklim subtropics/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering.  Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar dari jagung yaitu daerah yang beriklim sedang hingga daerah yang beriklim subtropics/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 500LU-400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa pertumbuhan (Ir. Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008).
g.      Kebutuhan Air
Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji. Kekurang air pada stadium tersebut akan menyebabkan hasil yang menurun. Kebutuhan air pada setiap parietas sangat beragam. Namun demikian, secara umum tanaman jagung membutuhkan 2 liter air per tanaman per hari saat kondisi panas dan berangin (Ir. Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008).

2.3.4. Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan mamfaat yang sebaik-baiknya. Sebagian ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Ken Suratiah. 2009).

2.3.5. Faktor-Faktor Peroduksi
Faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani adalah faktor alam, tenaga dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam. namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya (Ken Suratiah. 2009).
Dalam proses produksi pertanian, maka Y dapat berupa pendapatan pertanian dan X dapat berupa luas lahan pertanian, tenaga kerja, produksi, sarana produksi. Namun dalam prakteknya faktor tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. faktor-faktor sosial ekonomi lainnya seperti tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat pendapatan (Soekartawi. 1994)
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manjemen (pengolahan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli hanya mencantumkan hanya tiga faktor produksi, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Perbedaan masalah ini tidak pelu dipermasalahkan yang penting bagain mana kita mengartikan dan mendefinisikan masing-masing faktor da funsinya pada setiap usaha pertanian (Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004).

2.3.6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat bergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produksi. (Ken Suratiah. 2009).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. (Ken Suratiah. 2009).

2.3.7. Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara  bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm). (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)
Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan manusia) dapat  tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan. Manusia selalu menuntut lebih terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetik dan lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik.  Dengan bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah masuk ke dalam tubuh manusia. (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)
Pupuk TSP adalah nutrient anorganik yang digunakan untuk memperbaiki hara tanah untuk pertanian. TSP artinya triple super phosphate. Rumus kimianya Ca(H2PO4). Kadar P2O5 pupuk ini sekitar 44-46%, namun di lapangan bisa mencapai 56 %. TSP dibuat dengan sistem proses. Pada pembuatannya, batuan alam (rockphosphate) fluor apatit diasamkam dengan asam fosfat hasil proses sebelumnya. (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)
Pupuk Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu. (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)
Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan pupu yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46 Kg Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta berbentuk Prill. (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)


2.3.8. Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Namun ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran cie (pembasmi). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, beracun. Dalam bahasa sehari-hari pestisida sering kali disebut sebagai “racun”. (Ir La Ode Arief M. Rur.SC. 2005)

2.3.9. Biaya Produksi
(Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004) Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam peroses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Didalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai denga tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut :
1.      Biaya uang dan biaya in natura. Biaya-biaya yang berupa uang tunai. Mialnya upah kerja untuk persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan mungkin pajak-pajak ibayar dalam bentuk natural.
2.      Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, dan sebagainya.
3.      Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu.

2.3.10. Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, Secara matematis pendapatan bersih usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd =   TR  – TC ………..Soekartawi (1995 ; 58)
Dimana :
 Pd    = pendapatan usahatani jagung manis
TR     = total penerimaan
TC     = total biaya

2.3.11. Teori R/C Ratio
Return/ Cost (R/C) ratio adalah merupkan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut. (Soekartawi, 1995) secara matematis hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :
a = R/C
R = Py . Y
C = FC + VC
A = {( Py . Y) / (FC  +VC)
Dimana :
R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga Output
Y = Output
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variabel Cost)
Indikatornya adalah sebagai berikut :
-          Bila R/C = 1 maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
-          Bila R/C < 1 maka usaha tersebut rugi
-          Bila R/C > 1 maka usaha tersebut beruntung
Soekartawi, (1995). Dalam (Ria Aswita Pohan, 2008)

2.3.12. Teori BEP
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.
BEP Penerimaan =
BEP Produk    =  X 1 Kg
BEP harga       =
P                      = harga per Kg jagung
AVC               = biaya varibel per Kg
FC                   = biaya tetap
TC                   = total cos
Y                     = produksi
( Ken Suratiyah. 2009)

2.3.13. Teori Regresi Linier Berganda
M. Iqbal Hasan (2009) menulis dalam bukunya bahwa regresi linier berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan seterusnya variabel bebas (X1,X2,X3,......Xn) namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linier.
Bentuk umum dari persamaan regresi linier berganda dapat ditulis sebagai berikut :
Y                                 = variabel terkait
A, b1,b2,b3,...bk            = koefesien regresi
X1, X2 X3,...XK                = variabel bebas
e                                  = kesalahan pengganggu


1. Uji Koefisien Regresi Secara Serempak (uji F)
1. Rumusan Hipotesis
H0:b1=b2=b3=...=bn=0 (variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
H1:b1≠b2≠b3≠...≠bn≠0 (variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
1.    Rumus Uji F
Dimana: JKreg    : jumlah kuadrat terkecil
               JKres     : jumlah kuadrat residual
               K         : jumlah variabel bebas
               n          : ukuran sampel
Jika Fhitung≥Ftabel                        : maka tolak H0
Jika Fhitung≤Ftabel                                : maka terima H0

2. Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (uji t)
1. Rumusan Hipotesis
H0:b1=0 (variabel bebas X tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
H1:b1≠0 (variabel bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y)
2. Rumus Uji t
                atau
Dimana : bi        = koefesien regresi yang dicari
                Sbi      =standar eror
3. Kriteria Keputusan
Jika thitung≥ttabel maka tolak H0
Jika thitung≤ttabel maka terima H0 (J. Supranto : 2005)
Asumsi Klasik dalam Model Regresi Berganda
Ada empat uji asumsi yang harus diuji dalam model regresi yaitu:
1.    Normalitas (Variabel  berdistribusi normal)
Variabel (residual) berdistribusi normal. Artinya nilai u (untuk setiap nilai ) berdistribusi simetris.
·      Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
·      Karena uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
·      Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.
·      Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas:
a.       Analisis grafik (normal P-P Plot)
b.      Uji one sample Kolmogorov-Smirnov
Kriteria pengambilan keputusan:
Ø Jika signifikansi > α0,05 maka H0 diterima      residual berdistribusi normal.
Ø Jika signifikansi < α0,05 maka H1 diterima      residual tidak berdistribusi normal.
2.    Multikolinieritas (Variabel bebas tidak berkorelasi secara sempurna)
·      Uji multikolieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen).
·      Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka hasil estimasi akan bias.
·      Gejala multikolieritas dapat dilihat apabila secara serempak variabel berpengaruh nyata tetapi secara parsial lebih banyak variabel yang tidak nyata.
·      Untuk menguji apakah terjadi multikolineritas dapat digunakan Part and Partial Correlation dan Collinearity Diagnostics.
·      Nilai koefisien korelasi antara variabel bebas ≥ 0,8. Jika nilai toleransi < 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10.
3.    Autokorelasi (antara  dengan  saling bebas pada setiap pengamatan)
Artinya, covarians antara  dengan  yang lain sama dengan nol. Nilai variabel acak diasumsikan berbeda antara satu periode dengan periode lainnya.
·      Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).
·      Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi.
·      Cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu uji Durbin Watson (DW test).
4.    Heteroskedastisitas (variasi  konstan)
Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai  akan membentuk suatu pola.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan  dan . Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis.
·      Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan  yang lain.
·      Jika variance tetap tidak disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
·      Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual ZRESID), uji Gletjer, uji Park, dan uji White.

2.4. Kerangka Pemikiran
Petani dalam mengusahakan usahataninya menggunakan beberapa faktor produksi seperti : Tenaga Karja, Pupuk, Pestisida,dn luas lahan.
Untuk melihat faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Sekema Kerangka Pemikiran
               
Petani
Faktor-faktor produksi
-          Tenaga kerja
-          Pupuk
-          Pestisida
-          Luas Lahan
Produksi dan Pendapatan usahatani jagung manis
 

2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian; Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, Luas Lahan) berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung manis di Kampung Rongka.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskripsi Wilayah atau Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Luas dan Letak Geografis
Kabupaten Bener Meriah dengan Ibukotanya Simpang Tiga Redelong terletak antara 40 33’50” - 40 54’50” Lintang Utara dan 960 40’75” – 970 17’50” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata di atas permukaan laut 100 - 2.500 meter. Kabupaten yang memiliki luas 1.941,61 Km2 terdiri dari 10 kecamatan dan 233 desa dengan kecamatan paling luas yaitu Kecamatan Syiah Utama yang luasnya hampir setengah dari luas Kabupaten Bener Meriah.
Kabupaten Bener Meriah memiliki batas-batas sebagai berikut:
Ø  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireun
Ø  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah.
Ø  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur.
Ø  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah.
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah terletak diketinggian antara 700 s/d 1200 meter dari permukaan laut (DPL), dengan jumlah penduduk sebanyak 17,941 jiwa dan memiliki Luas Wilayah ± 118 km.
Kecamatan Timang Gajah Berbatasan Dengan :
Sebalah Timur berbatasan dengan      : Kecamatan wih Pesam
Sebelah Selatan berbatasan dengan    : Kecamatan Wih Pesam
Sebelah Barat berbatasan dengan       : Kecamatan Ketol Kab. Aceh
                                                               Tengah
Sebelah Utara berbatasan dengan       : Kecamatan Wih Pesam

4.1.2. Keadaan Iklim
Kecamatan Timang Gajah merupakan daerah yang memiliki musim trovis dengan curah hujan setiap tahun sekitar 1000 mm – 2500 mm dan hujan berkisar antara 143-178 hari. Temperature maximum berkisar antara 2600C – 32,500C dan temperature minimum 180C – 230C. kelembapan maximum relatip 75,8% dan minimum 30%. Musim hujan biasanya pada bulan September sampai dengan Februari sedangkan musim kemarau pada bulan Meret sampai dengan bulan Agustus.

4.1.3. Tanah dan Tofografi
Kecamatan Timang Gajah berada didataran bukit barisan dengan kondisi tanah yang berbukit-bukit dan sedikit berlembah dengan elevansi tanah berkisar antara 0 – 3 % sekitar 2 %, 3 – 8, 15 %, 15 – 40 %, sekitar 54, 14 % dan diatas 40 % sekitar 35, 71. Kondisi ini menjadikan Kecatan Timang Gajah merupakan daerah yang relatip subur sebagai wilayah pertanian. Jenis didaerah ini sangat berpariasi, sebagian besar terdiri dari jenis andosol dan latosol, sedangkan tekstir halus, sedang, dan kasar. Keadaan biologi terbentuk dari bantuan sendimen lapisan horijontal, bantuan vulkanis tersier dan quartier, batuan beku alam bentuk kapur.

4.1.4. Keadaan Penduduk
Berdasarkan hasil proyeksi Penduduk pertengahan Tahun 2012 yang dilakukan oleh BPS, jumlah penduduk kabupaten Bener Meriah sebesar 128.538 jiwa, terdiri dari 65.063 orang laki-laki dan 63.475 orang perempuan. Sex ratio kabupaten Bener Meriah sebesar 102,50 yang artinya setiap 103 orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,77 persen per tahun dengan tingkat kepadatan sebanyak 66 jiwa per Km2.

4.1.5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Kampung akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat Kampung tersebut. Jika sarana dan prasarana di suatu Kampung semakin baik, maka akan semakin mempercepat laju perkembangan kampung tersabut.
Sarana dan prasarana di Kampung Belang Rongka sudah tersedia cukup memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti pukesmas pembantu (polindes), sekolah dasar dan sarana ibadah sudah cukup tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :





Tabel 2. Sarana dan prasarana di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah kabupaten Bener Bariah tahun 2013

No
Uraian
Jumlah
1.
Masjid
1 unit
2.
Meunasah
7 unit
3.
Polindes/pustu
1 unit
4.
Sekolah dasar / MIN
1 unit
5.
Sekolah SLTP/ MTSS
1 unit
6.
Sekolah STLA
1 unit
7.
TK
1 unit
Sumber : Profil Kampung Rongka 2013

4.2. Deskripsi Data atau Sampel
4.2.1. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, besar tanggungan dalam keluarga dan luas lahan usahatani jagung manis. Keberhasilan usahatani sangat tergatung kepada petani itu sendiri dalam mengelolanya. Selain itu faktor pendidikan juga mempunyai peranan penting, sedangkan umur petani merupakan suatu kemampuan untuk bekerja.
Faktor jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi produktivitas usahatani jagung manis yang dihasilkan. Hal ini erat kaitannya dengan penyediaan tenaga kerja untuk mengelola usahatani jagung manis. Secara umur karakteristik usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Karakteristik petani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

No
Uraian
frekuensi
Persentase (%)
1.       
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Sarjana

30
26
14
5

42,86
36,11
18,66
6,66

Jumlah
75
100
2.       
Umur (Tahun)
19-31
32-40
41-50
51-62

10
34
21
10

13,33
45,33
28
13,88
3.       
Jumlah
75
100
4.       
Jumlah tanggungan
0-1
2-3
4-5

16
44
15

21,33
58,66
20

Jumlah
75
100
5.       
Luas lahan
0,125 - 0,1875
0,25 – 0,375
0,3125 – 0,5

16
31
28

21,33
41,33
27,33

Jumlah
75
100
            Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa 4 jenis karakteristik petani sampel usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Dalam pengamatan yang telah peneliti lakukan di daerah penelitian bahwa pendidikan yang ditempuh petani yaitu tingkat SD berjumlah sebanyak 30 orang atau sterata dengan 42,86 %, SMP berjumlah sebanyak 26 orang atau strata dengan 36,11 %, SMA berjumlah 14 orang atau strata dengan 18,66 %, Sarjana berjumlah sebanyak 5 orang atau strata dengan 6,66 %.
Adapun tingkat umur petani daerah penelitian yaitu dari tingkat umur 19-31 tahun sebanyak 10 orang atau strata 13,33 %, tingkat umur petani 32-40 tahun sebanyak 34 orang atau strata dengan 45,33 %, tingkat umur petani 41-50 sebanyak 21 orang atau strata 28 %, tungkat umur petani 51-62 tahun sebanyak 10 orang atau strata dengan 13,88 %.
Dimana jumlah tanggungan petani yaitu, tangungan 0-1 jiwa masing-masing sebanyak 16 orang atau strata dengan 21,33 %, tanggungan 2-3 jiwa masing-masing sebanyak 44 orang atau strata dengan 58,66 %, tanggungan 4-5 jiwa masing-masing 15 orang atau strata dengan 20 %.
Sedangkan luas lahan didaerah penelitian yaitu pada tingkat 0,125-0,1875 Ha sebanyak 16 orang atau strata dengan 21,33 %, tingkat 0,25-0,375 Ha sebanyak 31 orang atau strata dengan 41,33 % dan tingkat 0,3125-0,5 Ha sebanyak 28 orang atau strata dengan 27,33 %.




4.3. Analisa Pendapatan Usahatani Jagung Manis
4.3.1. Biaya Produksi Usahatani Jagung Manis
Biaya yang digunakan dalam usahatani jagung manis terdapat beberapa biaya yaitu biaya variabel (biaya sarana produksi dan tenaga kerja), biaya tetap  (sewa lahan dan penyusutan alat pertanian) dan biaya total ataupun biaya tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
4.3.1.1. Biaya Tetap (Fixet Cost)
Biaya tatap dalam usahatani jagung manis di daerah penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Rata-rata biaya tetap usahatani jagung manis (Rp/Ha/Musim Tanam) di daerah penelitian Tahun 2013

No
Uraian
Jumlah biaya (Rp)
1.       
Sewa Lahan
1.784.615
2.       
Penyusutan Alat
6.189.843
Jumlah

7.974.458
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Dari tabel diatas dapat diketahui rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah, dengan biaya sebesar Rp.7.974.458 Ha/Musim Taman.
4.3.1.2.Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya variabel dalam usahatani di daerah penelitian ini merupakan biaya penggunaan sarana produksi terdiri dari pembelian bibit, pupuk dan pestisida/obat-obatan serta penggunaan biaya tenaga kerja.
a.      Sarana Produksi
Sarana produksi dalam usahatani jagung manis di daerah penelitian adalah biaya pembelian bibit, pupuk dan pestisida/obat-obatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Rata-rata biaya sarana produksi usahatani jagung manis (Rp/Ha/musim tanam) di daerah penelitian tahun 2013

     No
Uraian
Jumlah (Rp)
1.       
Bibit
1.436.450
2.       
Pupuk
2.533.325
3.       
Pestisida/obat-obatan
407.101
4.       
Bensin Campur
79.882

Jumlah
4.456.758
Sumber : Data Perimer Diolah Tahun 2014
Dari tabel 5 diatas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya sarana produksi yang terdiri dari pembelian bibit Rp.1.436.440,- pembelian pupuk Rp.2.533.325,- dan pembelian pestisida/obat-obatan Rp.407.101,- dengan biaya rata-rata usahatani jagung manis di daerah penelitian adalah sebasar Rp.4.454.758,-/Ha/musim tanam.
b.      Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dalam usahatani jagung manis adalah penggunaan sumberdaya manusia dalam usahatani jagung manis, pencurahan tenaga kerja dimulai dari pengolahan lahan, penanaman, pembumbunan, pemupukan, penyemprotan sampai dengan pemanenan, biaya tenaga kerja / HKP pada saat penelitian sebesar Rp. 40.000  Dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Rata-rata penggunaan biaya tenaga kerja usahatani jagung manis (Rp/Ha/musim tanan) di daeah penelitian tahun 2013

     No
Uraian
HKP
Rp/HKP
1.       
Pengolahan Lahan
13
520.000
2.       
Penanaman
13
520.000
3.       
Pembumbunan
7
280.000
4.       
Pemupukan
6
240.000
5.       
Penyemprotan
10
400.000
6.       
Pemanenan
4
160.000

Jumlah
53
2.120.000
Sumber : Data Perimer Diolah Tahun 2014
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat besarnya penggunaan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahatani jagung manis seperti pengolahan lahan, penanaman, pembumbunan, pemupukan, penyemprotan sampai ke pemanenan. Dengan rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan Rp. 2.120.000,-/Ha/Musim Tanam.
Rata-rata biaya variabel dalam usahatani jagung manis pada daerah penelitian meliputi biaya penggunaan tenaga kerja dan biaya sarana produksi yaitu biaya pembelian bibit, pembelian pupuk dan pembelian pestisida.
4.3.2.      Biaya Total (Total Cost)
Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani jagung manis baik biaya variabel maupun biaya tetap. Berikut rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh petani di Kmpung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 7. Rata-rata biaya total usahatani jagung manis (Rp/Ha/Musim Tanam) di derah penelitian tahun 2013.

     No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.       
Sewa Lahan
1.784.615
Biaya tetap
2.       
Penyusutan alat
6.189.843
Biaya tetap
3.       
Sarana produksi
4.444.557
Biaya variabel
4.       
Tenaga kerja
2.120.000
Biaya variabel

Jumlah
14.539.015
Biaya total
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat, penggunaan biaya produksi usahatani jagung manis biaya tetap sebesar Rp.7.974.458. dan biaya variabel Rp.6.564.557 dengan biaya produksi rata-rata Rp.14.539.015 /Ha/musim tanam.
4.3.3.      Hasil Produksi
Hasil produksi merupakan penerimaan kotor dari usahatani, dalam bentuk fisik, yang berupa buah jagung manis segar yang sudah siap untuk dipasarkan yang dihitung dalam satuan Kg. Di daerah penelitian petani menjual jagung manis dalam bentuk tongkol 1 tongkol jagung manis rata-rata dengan berat 0,034 kg, dalam 1 Kg jagung manis terdapat 3 tongkol jagung manis. Rata-rata hasil produksi usahatani jagung manis pada daerah penelitian adalah sebesar 24.673 Tongkol/Ha/ musim tanam sedangkan setelah dihitung dalam Kg sebanyak 8.224 Kg/Ha/ musim tanam.

4.3.4.      Nilai Produksi
Nilai produksi dari usahatani jangung manis merupakan pendapatan kotor dari usahatani, nilai produksi dari usahatani yang dinyatakan kedalam rupiah, yang mana total produksi dikalikan dengan harga yang berlaku saat penelitian. Harga rata-rata jagung manis di daerah penelitian adalah Rp. 1.500/Tongkol dalam 1 Kg jagung manis  Rp.4.600/Kg. Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh rata-rata nilai produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8. Rata-Rata nilai produksi usahatani jagung manis (Rp/Ha/Musim Tanam) di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah tahun 2013

No
Uraian
Satuan
Jumlah
1.       
Produksi
Kg
8.224
2.       
Harga Jual
Rp
4.600
3.       
Nilai Produksi
Rp/Kg/Ha
37.965.602
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat rata-rata nilai produksi usahatani jagung manis pada daerah penelitian adalah sebesar Rp. 37.965.602 Ha/musim tanam.
4.3.5.      Pendapatan Usahatani Jagung Manis
Pendapatan Merupakan hasil pengurangan antara nilai penjualan dengan biaya produksi yang di keluarkan dalam usahatani jagung manis. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Rata-rata Pendapatan usahatani jagung manis (Rp/Ha/Musim Tanam) di daerah penelitian tahun 2013

No
Uraian
Satuan
Jumlah
1.       
Nilai Produksi
Rp/Kg
37.965.602
2.       
Biaya Produksi
Rp/Ha
14.539.015
3.       
Pendapatan Bersih
Rp/Ha
23.426.587
            Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Berdasarkan tabel 9 diatas dan hasil nilai perhitungan dapat dilihat rata-rata nilai produksi Rp. 37.965.602,- dengan total biaya produksi sebesar Rp. 14.539.015,- dan pendapatan yang diperoleh usahatani jagung manis pada daerah penelitian diperoleh pendapatan sebesar Rp. 23.426.587,-/Ha/musim tanam.
4.3.6.      R/C Ratio Usahatani Jagung Manis
R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya dalam usahatani jagung manis. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 10. Rata-rata R/C ratio usahatani jagung manis (Rp/Ha/musim tanam) di daerah penelitian Tahun 2013.

No
Uraian
Jumlah
1.         
Nilai Produksi
37.965.602
2.
Biaya Produksi
14.539.015
3.
R/C Ratio
2,54
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
Dari tabel 10 di atas dapat dijelaskan bahwa didaerah penelitian petani jagung manis beruntung karena dengan biaya Rp. 14.539.015,- mendapatkan nilai produksi Rp.37.965.602,-  berarti  usahatani jagung manis menguntungkan sebesar Rp.23.426.587,- / Ha/ musim tanam atau R/C ratio > 1  yaitu 254.
4.3.7.      BEP Penjualan BEP Produksi dan BEP Harga Jagung Manis
Break Even Point atau BEP adalah suatu analisa untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit dalam usaha tani jagung manis. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 11. Rata-rata BEP penerimaan, BEP produksi, BEP harga usahatani jagung manis di daerah penelitian Tahun 2013.

No
Uraian
Satuan
Jumlah

1.       
BEP Penerimaan
Rp/Ha/musim tanam
2.246.139

2.       
BEP Produksi
Kg/Ha/ musim tanam
5.76

3.       
BEP Harga
Rp/Kg/ musim tanam
2.295

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2014
                          
            Dari tabel 11 diatas; Penerimaan usahatani jagung manis sebesar Rp.23.426.587,- /Ha/ musim tanam  sedangkan dari hasil perhitungan  BEP pada penerimaan Rp. 2.246.139,-/Ha/ musim tanam. Untuk produksi jagung manis pada saat penelitian sebesar  8.224  Kg/Ha/ musim tanam dari hasil perhitungan  BEP pada produksi 5.76 Kg/Ha/ musim tanam, Harga jagung manis pada saat penlitian Rp.4.600 /Kg/ musim tanam dari hasil perhitungan  BEP pada  harga Rp. 2.295,- /Kg/ musim tanam.


4.3.8.      Analisa Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jagung Manis

Analisa faktor produksi jagung manis terdiri Dari 4 Faktor yaitu Luas Lahan, Tenaga Kerja, Pupuk dan Pestisida
Produksi Usahatani Jagung Manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dianalisis dengan metode analisi regresi linier berganda. Produksi usahatani jagung manis (Y) di duga dipengaruhi oleh luas lahan (X1), Tenaga Kerja (X2), Pupuk (X3), Pestisida (X4).
4.4.      Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jagung Manis.

1.      Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menetukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji asumsi normalitas residual model Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi dan pendapatan dengan menggunakan analisis grafik dan histogram dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Grafik Uji Asumsi Normalitas dan Histogram Normalitas Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jagung Manis









Gambar 3. Histogram Uji Asumsi Normalitas Model Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi   Usahatani Jagung Manis

Dari gambar 2 dan 3 Menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong kekiri maupun kekanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi denan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung manis memenuhi asumsi normalitas.
2.      Uji Multikolieritas
Hasil uji asumsi multikolieritas disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa masing-msing variabel bebas memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 5. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung manis terbebas dari masalah multikolieritas.




Tabel 12. Hasil Uji Asumsi Multikolieritas Model Prouksi Usahatani Jagung Manis Menggunkan Statistik Kolinieritas.


No


Variabel Bebas
Collinearity
Statistik
Tolerance
VIF
1.
2.
3.
4.
Luas Lahan
Tenaga Kerja
Pupuk
Pestisida
.133
.249
.068
.177
7.499
4.009
14.778
8.575
Sumber : Analisis Data Primer diolah Tahun 2014
3.      Uji Asumsi Autokorelasi
            Uji asumsi autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Untuk mendeteksi asumsi tersebut dapat diuji dengan nilai Durbin Watson pada tabel berikut.
Tabel 13 : Hasil Uji Asumsi Autokorelasi Model Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Dengan Menggunakan Uji Durbin Watson



Model
Change Statistics

R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the estimate

Durbin-Watson
1
.816
.666
.647
547.9530

1.469








Sumber : Analisis Data Primer diolah Tahun 2014
Dari table 13 diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson adalah 1.464 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari kesalahan pengganggu 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak karena 0,05 > 1.389.
4.      Uji Asumsi Heteroskestisitas
Hasil asumsi heteroskestisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model produksi usahatani jagung manis disajikan pada Gambar berikut
Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Heterokedastisitas Model Produksi Usahatani Jagung Manis

Hasil asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan menunjukkan bahwa penyebaran titik varian residual adalah sebagai berikut:
a.    Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.
b.    Titik data tidak hanya mengumpul diatas atau dibawah saja.
c.    Penyebaran titik data tidak dapat membentuk pola bergelombang, menyebar, kemudian menyempit dan melebar kembali.
d.   Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Hal ini menunjukkan terjadinya heterokedastisitas yaitu terjadinya perbedaan variance, dan model analisis regresi ini tidak baik.
4.5.       Uji Kesesuaian Test Of Goodness Of Fit dan Uji Hipotesa
Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji kesesuaian test of goodness of fit dan uji hipotesis. Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor yang memepngaruhi produksi usahatani jagung manis dapat dilihat pada tabel 13. Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang mempengaruhi pendapatan petani jagung manis (Y) yaitu luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4).
Untuk mempermudah pembacaan hasil interprestasi dari analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung manis adalah sebagai berikut:
Y=526,967 + 2098,840 X1 + 0,000 X2 + 0,002 X3 + (-0,002) X4
Dari model regresi diatas, nilai konstanta yang tercantum adalah 504,379. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel bebas terhadap variabel produksi jagung manis adalah sebesar 504,379.
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jagung Manis.

No
Variabel Bebas
Koefesien Regresi
thitung
Sig

1
2
3
4
Konstanta
Luas Lahan
Tenaga Kerja
Pupuk
Pestisida
526.967
2098.840
0,000
0,002
-0,002
1.644
1.531
0,358
2.293
-0,574
0.105
0.130
0,721
0,025
0,568

R2
Fhitung
Signifikasi F


0,816
36,966
0,000
Sumber : Analisis data primer diolah Tahun 2014
Tabel 14 diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi ( ) yang diperoleh adalah sebesar 0,816. Hal ini berarti 64,8%  variasi variabel terikat (pendapatan jagung manis) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4) ,sedangkan sisanya yaitu 35,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam model.
Untuk menguji hipotesa secara serempak, dilakukan dengan uji F dan secara parsial dilakukan dengan uji t yang menggunakan tingkat signifikansi dalam penelitian ini α5%. Hasil pengujian hipotesa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada tabe 13. tabel 13 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu α5% atau 0,05. Hal ini manunjukkan bahwa H0 ditolak dan HI diterima, yaitu variabel luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3) dan Pestisida (X4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi jagung manis (Y).
2.      Uji pengaruh varibel secara parsial
Setelah uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uju pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan uji t disajikan pada tabel 15
a.       Luas Lahan
Tabel 15 menunjukkan bahwa variabel luas lahan memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,130. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu a 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau HI ditolak yaitu pariabel luas lahan (X1), secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani jagung manis (Y).
Luas lahan didaerah penelitian tidak terlalu luas. luas lahan yang diusahakan minimum 0,188 Ha dan luas lahan maksimum 0,5 Ha, lahan didaera penelitian memiliki tanah yang subur,  jarak tanam yang diusahakan mempengaruhi produksi usahatani jagung manis hal inilah yang membuat luas lahan tidak berpengaruh terhadap produksi jagung manis. 
b.      Tanaga Kerja
Berdasarkan tabel 13 yang menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,721. Nilai yang diproleh lebih kecil dari probabilita kesalahan yang ditolelir , yaitu α5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho  ditolak atau HI diterima yaitu variabel tenaga kerja (X2), secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani jagung manis (Y).
Tenaga kerja didaerah penelitian masih banyak tersedia, para petani jagung manis masih banyak menggunakan sistem manglo (Arisan Kerja) dalam bahasa indonesia dikenal dengan sistem bergiliran atau bergantian sehingga tidak mempengaruhi pendapatan petani jagung manis.
c.    Pupuk
Berdasarkan tabel 14 yang menunjukkan bahwa variabel pupuk (X3) memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,025. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu a 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima HI ditolak yaitu variabel pupuk (X3), secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani jagung manis (Y).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk berada antara 90-240 Kg. karena didaerah penelitian pupuk digunakan secara baik dan benar penataannya atau penentuan pupuk yang digunakan oleh petani jagung manis. Penggunaan pupuk didaerah penelitian juga di sertai dengan adanya seminar dari penyuluh pertanian tentang penggunaan pupuk untuk tanaman jagung manis, hal inilah yang memicu para petani menggunakan pupuk secara benar. Sehingga pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis.   
d.      Pestisida
Berdasarkan tabel 14 yang menunjukkan bahwa variabel vestisida memiliki nilai signifikasi t sebesar 0,568. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolelir, yaitu a 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima HI ditolak yaitu variabel pestisida (X4). Secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi usahatani jagung manis (Y).
Hasil penelitian bahwa pestisida berada antara 3,96-10,56 ml. Karena didaerah penelitian para petani jagung manis belum mengerti tentang dosis yang digunakan untuk membasmi hama dan penyakit pada tanaman jagung manis. Didaerah penelitian pestisida juga tidak banyak digunakan karena para petani menanam jagung manis secara bersamaan sehingga terhindar dari hama dan penyakit. Hal inilah yang membuat pestisida tidak berpengaruh didaerah penelitian.
 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1.      Pendapatan jagung manis dapat dilihat dari hasil nilai perhitungan  rata-rata nilai produksi Rp. 37.965.602,- dengan total biaya produksi sebesar Rp.14.539.015,- dan pendapatan yang diperoleh usahatani jagung manis pada daerah penelitian diperoleh pendapatan sebesar Rp. 23.426.587,-/Ha/musim tanam. Produksi jagung manis 8.224 Kg dengan harga jual Rp.4.600/Kg  dengan nilai prouksi Rp. 37.965.602 Kg/Ha.
2.      Penerimaan usahatani jagung manis sebesar Rp.23.426.587,- /Ha/ musim tanam  sedangkan dari hasil perhitungan  BEP pada penerimaan Rp.2.246.139,-/Ha/ musim tanam. Untuk produksi jagung manis pada saat penelitian sebesar  8.224  Kg/Ha/ musim tanam dari hasil perhitungan  BEP pada produksi 5.76 Kg/Ha/ musim tanam, Harga jagung manis pada saat penlitian Rp.4.600 /Kg/ musim tanam dari hasil perhitungan  BEP pada  harga Rp. 2.295,- /Kg/ musim tanam.
3.      Secara serempak bahwa nilai koefisien determinasi ( ) yang diperoleh adalah sebesar 0,816. Hal ini berarti 64,8%  variasi variabel terikat (pendapatan jagung manis) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4) ,sedangkan sisanya yaitu 35,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam model, sedangkan secara parsial pupuk (0,025) yang berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis, sedangkan luas lahan (0,130) tenaga kerja (0,721) dan pestisida (0,568) tidak berpengaruh terhadap produksi jagung manis.       
5.2. Saran
1. Para petani jagung manis hendakny lebih meningkatkan luas lahan, tenaga kerja dan pupuk sangat berpengaruh terhadap produksi jagung manis di Kampung Rongka Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para petani jagung manis khususnya dalam meningkatkan produksi jagung manis di Kampung Rongka Kacamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
2. Diharapkan kepada Pemerintah daerah agar dapat memberikan binaan dan pengembangan pada petani khususnyapetani jagung manis yang bertujuan meningkatkan produksi usahatani jagung manis kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ade Candra Prabandari Made Sudarma.2013. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Pai Sawah pada Daerah Tengah dan Hilir Aliran Sugai Ayung. Universitas Udaya. Bali.

Abd. Rahim, S.P., M.Si dan Diah Retno Dwi Hastuti, S.P., M. Si. 2008. Ekonomi Pertanian. Swadaya 2008

Christofel D Nababan. 2009. Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binara Kabupaten Karo. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Sumatra Utara. Medan


Ir. Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya. Jakarta.

Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Indonesia Impor Jagung Rp 385 Miliar Dalam Sebulan.htm.2013.

Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. 2009. Pokok-Pokok Nateri Statistik 1. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Ken Suratiah. 2009. Ilmu Usaha Tani. Swadaya. Jakarta

Redaksi Agromedia. 2008. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedia Pustaka. Jakarta

Ria Aswita Pohan. 2008.  Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Sri Resky Mordian Azra (Rheskye Ieckhye)  Makalah Biologi Penelitian Jagung.htm.2013.
Prof. Dr. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Pananda Pasaribu. 2007. Analisis Pendapatan dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal. Fakultas Pertanian institute Pertanian Bogor. Boger.

Prof. Dr. Soekartawi. 1995. Ilmu Usahatani. Raja Grafindo Perseda. Jakarta.

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH