ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRI PENGOLAHAN TELUR ASIN DI KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE
ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRI PENGOLAHAN TELUR ASIN DI KECAMATAN MUTIARA
TIMUR KABUPATEN PIDIE
SKRIPSI
Kecamatan Mutara Timur Kabupaten Pidie merupakan daerah persawahan
yang banyak di manfaatkan peternak untuk memelihara itik dan sekaligus diolah
lebih lanjut menjadi telur asin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pendapatan home industri pengolahan dengan metode penentuan sampel secara
sensus, dengan metode analisa dengan rumus pendapatan dan R/C ratio.
Berdasarkan
hasil analisis biaya produksi yang di
keluarkan selama satu tahun adalah Rp. 41.270.019 dengan jumlah produksi dalam
setahun sebanyak 29.658 butir telur harga jual telur Rp.2000 dengan pendapatan
pertahun Rp.20.228.902. Nilai R/c ratio 1.5
BEP produksi pada 20.472 butir/ tahun dengan BEP Harga pada Rp.1.338/butir.
Disarankan kepada pemilik home industri untuk menambah produksi sehingga dapat
menambah pendapatan.
Kata Kunci : Analisa, Home Industri, Pendapatan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang............................................................................ 1
1.2.
Identifikasi
Masalah................................................................... 4
1.3.
Tujuan
Penelitian........................................................................ 4
1.4.
Kegunaan Penelitian................................................................... 4
1.5.
Hipotesa...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Agroindustri ............................................................................... 6
2.2.Home Industri............................................................................. 7
2.3.Usahatani.................................................................................... 13
2.4.Faktor-Faktor Produksi............................................................... 13
2.5.Tenaga Kerja............................................................................... 14
2.6.Biaya Produksi............................................................................ 14
2.7.Teori Pendapatan........................................................................ 17
2.8.Teori R/C Ratio........................................................................... 17
2.9.Teori BEP................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu
Penelitian..................................................... 20
3.2.Metode Penentuan Sampel......................................................... 20
3.3.Metode Pengumpulan
Data........................................................ 20
3.4.Metode Analisis
Data................................................................. 21
3.5.Konsep Batasan
Operasional ..................................................... 22
BAB IV HASI PENEITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum
Daerah Penelitian.......................................... 24
4.2.Karakteristik
Pengelola............................................................... 29
4.2.1. Sarana Produksi.............................................................. 31
4.2.2. Tenaga Kerja................................................................... 32
4.2.3. Peralatan.......................................................................... 33
4.2.4. Biaya Produksi................................................................ 33
4.2.5. Produksi.......................................................................... 34
4.2.6. Pendapatan...................................................................... 35
4.2.7. Nilai R/C Rasio............................................................... 36
4.2.8. Break Event Poin
(BEP) Produksi Dan Harga............... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan................................................................................. 38
5.2.
Saran........................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 39
QUISIONER................................................................................................ 40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie merupakan salah satu daerah tempat pengembangan
pengolahan telur asin dan cenderung meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan
pasar dalam daerah maupun luar daerah serta kebutuhan para ibu rumah tangga.
Pengolahan telur
asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie sangat berperan dalam upaya
peningkatan pendapatan dan bisa juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi
penduduk sekitar. Dari segi bahan baku untuk pembuatan telur asin sangat mudah
di dapat di daerah ini.
Potensi telur itik
di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie cukup berkembang hal ini di lihat
dari permintaan telur asin/tahun, pada dasarnya masyarakat di wilayah ini masih
tergolong tradisional tetapi karena melihat peluang pemasaran telur asin yang belum di olah sehingga
harganya sangat murah dan memasarkannya pun amat susah, tidak dapat di simpan
dalam waktu yang lama, oleh karena itu masyarakat di sini berfikir lebih baik
mengolah telur itik menjadi telur asin, di samping harga lebih tinggi kualitas
dapat juga bertahan lama dan tidak terjadi kerugian. Jumlah telur asin terus
meningkat sehingga banyak telur itik yang di olah menjadi telur asin,
Telur asin saat
ini mempunyai sistem pemasaran yang sederhana karna dengan mudah kita masukan ke berbagai
tempat adapun tempat pemasaran telur asin yaitu kantin kampus, toko kelontong
pasar cebongan, sleman, dengung, pasar ngino, pasar godean, warung masakan
padang, warung masakan sederhana, warung soto, toko pusat oleh-oleh dan outlet.
Dimana setiap konsumen yang ingin membeli telur asin sangat mudah
mendapatkannya, karena saat ini setiap Gampong umumnya mengusahakan Pengolahan
telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
Dari pengolahan
telur asin tersebut sampai pada saat ini home industri memanfaatkan hasil dari
peternak itik yang menghasilkan produksi dan di manfaatkan untuk telur asin.
Pengolahan telur asin lebih memanfaatkan hasil telur dari pemeliharaan itik dan
pada umumnya home industri memiliki ternak itik. Dalam pengolahan telur asin
bahan baku yang diperlukan semua tersedia pada daerah pengolahan sehingga tidak
banyak mengeluarkan biaya dalam proses pembuatan telur asin.
Sampai saat ini
pengolah telur asin belum melakukan analisa usaha dalam pembuatan pengolahan
telur asin mereka hanya berpatokan kepada pembeli yang datang per sepuluh hari.
Sementara pemilih home industri belum mengetahui berapakah pendapatan pemilik
home industri dan hanya melakukan pengolahan dan tidak memeliki target produksi
untuk mencapai pendapatan yang optimal. Pengolah telur asin belum mengetahui
berapa seharusnya produksi yang harus dicapai pertahun dan berapa harga jual
telur asin per butir dimana usaha tersebut dapat memberikan keuntungan pada
pengolahan home industri.
Pada saat ini
home industri pengolahan telur asin yang hanya bersifat konvensional belum
mengetahui apakan usaha yang di lakukan sudah layak dan sudah memberikan keuntungan
terhadap pemilik dan pekerja, sehingga dengan di ketahuinya nilai revenue yang
di peroleh pemilik home industri seharusnya sudah dapat merencanakan target
produksi dan harga dasar dalam penjualan hasil pengolahan telur asin ini.
Oleh karna peneliti
akan melakukan penelitian apakah usaha tersebut sudah menguntungkan yang di
analisa melalui R/C Ratio. Selanjutnya apaka usaha tersebut sudah mencapai
titik yang di analisis melalui BEP sehingga dapat di katakan apakah home industri
tersebut sudah menguntungkan atau tidak layak.
1.2. Identifikasi
Masalah.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
dapat di identifikasi yaitu:
1.
Berapa besar pendapatan
home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
2.
Berapa keuntungan
yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio,
1.3. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui berapa besar pendapatan home
industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
2.
Untuk mengetahui
berapa keuntungan yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio,
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan penelitian adalah:
1.
Sebagai bahan
pertimbangan bagi petani dan pemerintah
dalam mengembangkan home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara
Timur Kabupaten Pidie
2.
Sebagai referensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian Analisa
Pendapatan home industri pengolahan telur asin di
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
1.5. Hipotesis
Adapun
Hipotesis penelitian adalah:
1.
Diduga home industri
pengolahan telur asin di kecamatan Mutiara Timur telah menguntungkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Agroindustri
Menurut
Goldberg (dalam Bombal dan Chalmin, 1980) agroindustri merupakan bagian
(filiere) dari komplek industri pertanian sejak produksi bahan pertanian
promer, industri pengolahan atau tranformasi sampai penggunaanya oleh konsumen.
Berdasarkan analisis tersebut terdapat saling ketergantungan (interpendency)
antara pertanian dengan industri hulu, industri
pengolahan pangan, serta distribusi beserta peningkatan nilai tambah
Menurut
FAO (Hicks, 1996), suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian
dengan jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut “agroindustri”
Agroindustri
dapat diartikan dua hal yaitu pertama, agroindustri adalah industri yang
berbahan baku utama dari produk pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa
agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan
tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. (Soekartawi 2000)
Agroindustri
merupakan produk-produk primer (On farm) yang menggambil komoditas dari
pertanian yang diolah sehingga memiliki nilai tambah. (Musa Ali Pasaribu,
2012).
a. Jenis-
Jenis Agroindustri
1. Industri
rumah tangga yaitu industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik pengelola industri biasanya
kepala keluarga rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
2. Industri
kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,
ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, dan tenaga
kerjanya masih berasal dari dalam keluarga atau yang berada di sekitar industri
tersebut .
3. Industri
sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang
. ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar tenaga kerja
memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan
manajerial tertentu.
4. Industri
besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang ciri
industri besar adalah memiliki modal yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk
pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan. Peran yang cukup
penting dan strategi.
2.2.
Home
Industri Telur Asin Beserta Tahapannya
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung
halaman. Sedangkan industri ,dapat diartikan sebagai kerajinan. Usaha produk
barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, home industri (atau biasanya ditulis
/ di eja dengan “home industri”) adalah rumah usaha produk barang atau juga
perusahaan kecil. Di katakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan
ekonomi ini dilakukan di rumah.
Industri rumah tangga adalah suatu unit usaha atau
perusahaan dalam skala kecil yang bergerak dalam bidang industri tertentu,
biasanya perusahaan ini hanya menggunakan satu atau dua rumah sebagai pusat
produksi, administrasi dan pemasaran sekaligus secara bersamaan.
(Muliawan:2008:3).
Berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang digunakan, industri dapat di bedakan menjadi :
a. Industri
rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat
orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga, pemilik atau pengelola industri biasanya kepala
rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Minsalnya seperti: industri
anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri
kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,
ciri industri kecil adalah pemilik modal yang relative kecil, tenaga kerjanya
berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Minsalnya
seperti : industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri
sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99
orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu. Minsalnya seperti : Industri konveksi,
industri bordir, dan industri keramik.
d. Industri
besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri
industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam
bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan
pimpinan perusahaan di pilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Minsalnya seperti : indusri tekstil, industri mobil, industri
besi baja, dan industri pesawat terbang.
(http://geografi-bumi.blogspot.com/2009/klasifikasi-industri.html).
2.2.1.
Bagian
Pengolahan Telur Asin.
Pada umumnya
telur asin dibuat dari telur bebek karena mempunyai cangkang yang tebal dan
hasilnya lebih enak. Usaha telur asin adalah salah satu usaha kecil yang
potensial karena banyaknya permintaan pasar. Proses produksi yang mudah, tidak
membutuhkan banyak tempat, serta modal yang relatif kecil (Sandwi, 2011).
Menurut Sandwi,
(2011). Yang perlu diperhatikan pertama
dalam membuat telur asin adalah memilih telur bebek yang berkualitas baik,
tidak retak atau busuk. Tips Pemilihan telur itik yang baik dengan cara sebagai
berikut :
1.
Rendam
dalam air, jika tenggelam maka kualitasnya baik
2.
Kulit
telur bersih dan berwarna mulus \
3.
jika
diteropong sambil digerak-gerakan akan tampak kuning telur didalamnya, jika
terlihat jernih, rongga kantung udaranya kecil, kuning telur terletak ditengah
tidak ternoda, itu artinya telur baik, apabila kuning telurnya bergeser, putih
telurnya encer, dan terdapat noda warna tua, itu artinya telur rusak.
Cara
pengolahan telur itik menjadi telur asin dilakukan
dengan beberapa tahap yaitu:
1.
Bersihkan
telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan.
2.
Amplas
seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka.
3.
Buat
adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan
perbandingan sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran
bubuk bata merah dengan garam.
4.
Tambahkan
sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta.
5.
Bungkus
telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur,
kira-kira setebal 1~2 mm.
6.
Simpan
telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15 ~ 20 hari. Usahakan agar
telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka. Tips :
Ø
Untuk
keasinan rendah simpan selama 1 minggu
Ø
Untuk
keasinan sedang simpan selama 2 minggu
Ø
Untuk
keasinan tinggi (masir) simpan selama 3 minggu
lama
pemeraman dalam pembuatan telur asin menbutuhkan waktu 10-15 hari. Telur asin
yang banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari merupakan jenis olahan telur
itik yang paling populer di masyarakat Indonesia. Pengasinan sebenarnya
merupakan upaya pengawetan, tetapi mempunyai nilai tambah dalam hal rasa. Oleh
karenanya, telur asin biasa disebut sebagai bentuk olahan telur. (Hedi Suryato, 2012).
2.2.2.
Manfaat
dan Kandungan Gizi Telur Asin
Telur
merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya
kecukupan gizi masyarakat. dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup
sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. (Sandwi
2011)
Hedi Suryato, (2012). Menyatakan Manfaat
Pengasinan sebenarnya merupakan upaya pengawetan, tetapi mempunyai nilai tambah
dalam hal rasa. Oleh karenanya, telur asin biasa disebut sebagai bentuk olahan
telur.
Nurzainah
(2007:8). Telur asin,
telur olahan berkalsium tinggi yang mengandung hampir semua unsur gizi dan
mineral sehingga baik dikonsumsi oleh bayi hingga Lansia. Selain mengandung hampir
semua unsur gizi dan mineral yang lengkap, kandungan kalsium meningkat 2,5 kali
setelah pengasinan. Hal ini yang menyebabkan telur asin sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang, ibu hamil dan
menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta lanjut
usia.
Kandungan Gizi
Telur asin adalah. kalori 195, lemak 13,6 (mg) kalsium 120 (mg), fosfor 157
(mg), besi 1,8 (mg), vitamin A 841(IU) vitamin B1 0,28(mg) (Bambang Suharno
2009:108).
2.3.
Faktor-Faktor
Produksi
Faktor-faktor
yang bekerja dalam home industri adalah faktor alam, tenaga kerja dan modal.
Alam merupakan faktor yang sangat menentukan home industri. Sampai dengan
tingkat tertentu manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam. namun
demikian, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan
sesuatu yang harus diterima apa adanya (Ken Suratiah. 2009).
Dalam proses
produksi pertanian, maka Y dapat berupa pendapatan pertanian dan X dapat berupa
luas lahan pertanian, tenaga kerja, produksi, sarana produksi. Namun dalam
prakteknya faktor tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. faktor-faktor
sosial ekonomi lainnya seperti tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan,
pengalaman bertani dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat
pendapatan (Soekartawi. 1994)
Faktor produksi
terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau
manjemen (pengolahan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli
mencantumkan hanya tiga faktor produksi, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja.
Perbedaan masalah ini tidak perlu
dipermasalahkan yang penting bagaimana kita mengartikan dan mendefinisikan
masing-masing faktor dan
fungsinya pada setiap usaha
pertanian (Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004).
Tenaga
kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi home industri. Kelangkaan
tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada,
produktivitas, dan kualitas produksi. (Ken Suratiah.
2009).
Tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam home industri keluarga (family farms),
khususnya tenaga kerja pengolah beserta anggota keluarganya. Rumah tangga yang
umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja
keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja
keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat
biaya. (Ken Suratiah. 2009).
2.5.
Biaya Produksi
(Ir.
Moehar Daniel, M.S. 2004) Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang
diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pengolah dalam peroses produksi, baik secara tunai maupun
tidak tunai. Di dalam
analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan
Biaya produksi
adalah sejumlah pengeluaran ekonomis yang harus dikeluarkan untuk memproduksi untuk
suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian diatas
memerlukan kecermatan, ada yang mudah di indentifikasi, tetapi ada juga yang
sulit di indentifikasi dan di hitung.
Biaya produksi
meliputi bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi dan bahan
pembantu, upah tenaga kerja, penyusutan peralatan produksi, dan uang modal.
Biaya produksi
meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap menurut Matz dan Usry (1990) biaya
tetap adalah biaya yang selama satu priode tertentu jumlahnya tetap dan tidak
mengalami perubahan walaupun jumlah Produksinya berubah besarnya biaya tersebut
dapat di pakai lebih dari satu kali proses produksi seperti biaya bangunan,
peralatan dan pajak sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya
tidak tetap dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi.
Biaya produksi dalam suatu usaha industri atau
proyek adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindari, tetapi dapat
diperkirakan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Komponen biaya produksi
terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung, biaya tenaga kerja dan
pemeliharaan merupakan biaya tidak langsung sedangkan biaya peralatan, sewa
tanah dan pajak termasuk dalam biaya langsung (Assauri,1993 : 18)
Dimana biaya produksi dapat di bagi
kedalam dua jenis antara lain adalah :
1. Biaya
Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang di
keluarkan dalam periode tertentu jumlah tetap tidak tergantung jumlah produksi.
Biaya ini sifatnya tetap hanya sampai priode tertentu atau batas proses
produksi tertentu, tetapi akan bisa di lewati (Suradjiman 1996 :77)
2. Biaya
variable
Yaitu biaya yang di keluarkan
berdasarkan besar kecilnya produksi yang di hasilkan dan di habiskan dalam kali
produksi dan biaya tenaga kerja
(Suradjiman 1996:70).
3. Tenaga
kerja
Tenaga kerja merupakan faktor
produksi yang insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan
kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga di katagorikan sebagai faktor
produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik,
pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu,
tenaga kerja dapat di kelompokkan berdasarkan kualitas ( kemampuan dan keahlian
dan berdasarkan sifat kerjanya).
Adisaputro dan Marwan (1992),
menambahkan tenaga kerja merupakan salah faktor produksi yang utama dan selalu
ada dalam sebuah perusahaan/industri, meskipun pada usaha tersebut sudah
menggunakan alat-alat mesin.
2.6.
Teori
Pendapatan
Pendapatan
merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya,Secara matematis pendapatan
bersih home industri dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd
= TR
– TC ………..Soekartawi (1995 ; 58)
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = total penerimaan
TC = total biaya
2.7.
Teori R/C
Ratio
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis pendapatan, analisis kelayakan
dan analisis deskripsi (Soekartawi,
2008), secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Rumus analisis pendapatan:
Pd = TR – TC
TR = Y . Py
TC = FC + VC
Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total
revenue)
TC = total biaya (total
cost)
FC = biaya tetap (fixed
cost)
VC = biaya variabel (variabel
cost)
Y = produksi yang diperoleh
dalam suatu usahatani
Py = harga Y
2) Rumus analisis kelayakan
a = R/C
Keterangan:
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
Kriteria keputusan:
R/C >1, usahatani menguntungka (tambahan manfaat/penerimaan
lebih besar dari tambahan biaya), R/C < 1, usahatani rugi (tambahan biaya
lebih besar dari tambahan penerimaan), R/C= 1, usahatani impas (tambahan penerimaan
sama dengan tambahan biaya).
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Daerah
Penelitian
4.1.1.
Luas Wilayah dan Letak
Geografis
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten
Pidie memiliki luas wilayah 6.942 Ha, yang dibagi menjadi 48 kampung, Kabupaten
Pidie terletak pada 40.54°-50.18° Lintang Utara dan 960.20°-970.21° Bujur
Timur. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
-
Sebelah utara berbatasan dengan
Kembang Tanjong
-
Sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Ttuseb
-
Sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Mutiara
-
Sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Gelumpang tiga
(Kantor Camat Mutiara Timur, 2014)
4.1.2.
Keadaan
Penduduk
Adapun
jumlah penduduk Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie adalah sebesar 944
jiwa, dengan sebaran penduduk dapat dilihat pada tabel di 3.
Tabel 3. Keadaan Jumlah Penduduk Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie Berdasarkan Jenis Kelamin
No
|
Usia
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
0 – 12 Bulan
|
18
|
6
|
24
|
2
|
1 – 5 Tahun
|
16
|
33
|
49
|
3
|
5 – 7 Tahun
|
30
|
27
|
57
|
4
|
7 – 15 Tahun
|
117
|
98
|
215
|
5
|
15 – 56 Tahun
|
132
|
146
|
278
|
6
|
56 Tahun Ke Atas
|
148
|
173
|
321
|
Jumlah jiwa
|
461
|
483
|
944
|
|
Jumlah KK
|
234
|
Sumber
: Data sekunder Kantor Camat Mutiara Timur 2014
Dari
tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu laki-laki
berjumlah 461 jiwa dan perempuan 483 jiwa. Jumlah keseluruhan 944 jiwa terdiri
dari 234 kepala keluarga (KK)..
Jenis
perkerjaan penduduk suatu daerah mengambarkan tingkat pendapatan Masyarakat
setempat. Semakin banyak penduduk yang memiliki perkerjaan maka semakin besar
tingkat pendapatan suatu daerah sehingga semakin maju suatu pembagunan di
berbagai sektor, begitu juga sebaliknya semakin banyak Masyarakat yang
mengaggur maka semakin rendah tingkat pendapatan dalam suatu daerah tersebut.
Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie yang merupakan daerah pertanian sehingga mata
pencarian penduduk didominasikan oleh lapangan pekerjaan pertanian, untuk lebih
jelas dapat di lihat pada 4 :
Tabel 4.
Jumlah Angkatan Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
No
|
Jenis Mata Pencarian
|
Jumlah
|
1
|
Pengolah home industri
|
251
|
2
|
Pedagang
|
13
|
3
|
Industri RT
|
6
|
4
|
PNS
|
16
|
5
|
Buruh/Pegawai Swasta
|
86
|
Jumlah
|
372
|
Sumber : Data sekunder Kantor
Camat Mutiara Timur 2014
Dari tabel di 4 dapat di lihat jumlah penduduk menurut jenis
pekerjaan, pengolah home industri berjumlah 251 jiwa, pedagang berjumlah 13
jiwa, industri rumah tangga berjumlah 6 jiwa, PNS berjumlah 16 jiwa, dan
pegawai swasta 86 jiwa. Adapun data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
SD
|
297
|
2
|
SMP
|
240
|
3
|
SMA
|
126
|
4
|
Perguruan
Tinggi
|
44
|
Jumlah Total
|
707
|
Sumber : Data sekunder Kantor Camat Mutiara Timur 2014.
Dari tabel 5 dapat
dilihat jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan SD berjumlah 297 jiwa, SMP
berjumlah 240 jiwa, SMA berjumlah 126 jiwa dan perguruan tinggi 44 jiwa, jumlah
keseluruhan 707 jiwa.
4.1.3.
Potensi Usaha Telur Asin
Peluang usaha pengembangan pengolahan telur asin amat
cerah dan cenderung meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah
maupun luar daerah serta kebutuhan para ibu rumah tangga.
Harga telur asin dipasaran cendrung stabil sehingga
meningkatkan hasrat para konsumen tidak pernah pudar, karena nilai ekonomi
telur asin cukup tinggi dan memberikan keuntungan yang mencukupi kebutuhan
makanan.
Pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie sangat berpotensi dalam upaya peningkatan pendapatan dan bisa
juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Dari segi bahan baku
untuk pembuatan telur asin sangat mudah di dapat didaerah ini.
Telur asin saat ini mempunyai sistem pemasaran yang
jelas dimana setiap konsumen yang ingin membeli telur asin sangat mudah
mendapatkannya, karena saat ini setiap kampung umumnya mengusahakan Pengolahan
telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
Proses pembuatan telur asin pada home industri
pengolahan telur asin di Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie
Pemilihan bahan baku yang baik
1.
Telur itik merupakan bahan utama yang
digunakan, telur itik yang digunakan yaitu telur itik yang baik kualitasnya,
atau tidak busuk.
2.
Jerami yang digunakan untuk pembuatan
telur asin merupakan jerami yang sudah di bakar dan menjadi abu.
3.
Abu gosok berfungsi untuk mengubah warna
dari pada jerami, agar warnanya tidak terlalu hitam.
4.
Garam digunakan untuk menghasilkan rasa
asin pada telur tersebut.
5.
Air digunakan untuk membersihkan
permukaan telur dari kotoran dan untuk melarutkan garam yang nantinya di campur
dengan abu jerami.
a. Proses pembuatan
telur asin
1. Telur
itik yang sudah ada harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada
permukaan kulit telur menggunakan alat berupa sikat.
2.
Telur yang sudah bersih lalu di lap
hingga kering, agar mudah merekatkan abu di pemukaan kulit telur.
3.
Pengadukan bahan yang berupa campuran
dari sisa pembakaran jerami, garam, dan air.
4. Penempelan
jerami yang sudah tercampur garam dan air kepermukaan kulit telur dan dilapisi
dengan abu gosok agar rasa asin terserap kedalam telur.
5. Penyimpanan
telur-telur itik yang sudah diolah kedalam baskom dan ember, disimpan di tempat
yang sejuk selama 10 hari agar rasa asin benar-benar terasa.
6. Setelah
penyimpanan selama 10 hari, kini telur asin siap dipasarkan.
4.1.4.
Pasar
Pasar yang
ada di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie berjumlah 4 (pasar) yaitu yang
berada di Raya, Rambong, Pulo Drien dan
Tiba Raya, yang menjual berbagai macam produk, serta banyak terdapat rumah
makan. Jarak dari kota menuju pasar yang
terdekat yang berada di desa Tiba Raya ± 4 Km dan pasar yang banyak menerima yaitu
seperti rumah makan, mini market,
klontong dan banyak dari beberapa kalagan yang langsung datang ke daerah
pembuatan telur asin
4.2.
Karakteristik Pengelola
Karakteristik pengelola merupakan keadaan atau
gambaran umum pengelola yang ada di daerah penelitian, yang meliputi umur,
pendidikan, pengalaman berpengelola dan tanggungan pengelola. Karakteristik dan
faktor fisik lainnya berpengaruh terhadap kemampuan kerja pengelola dalam meningkatkan
produksi. Karakteristik pengelola juga mencerminkan kemampuan dalam berpikir
dan kecepatan dalam mengambil kebijaksanaan sehubungan dengan kegiatan home
industrinya seperti usaha penerapan teknologi baru yang akan diterapkan pengelola.
Karakteristik pengelola merupakan gambaran
pengelola terhadap kemampuan pengelola dalam suatu usaha yang ditekuni,
kemampuan pengelola di cerminkan dari karakteristik pengelola tersebut yang
meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman. Umur pengelola
agro industri akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan biasanya umur
yang relatif muda maka akan mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak
sedangkan semakin tua umur pengelola maka akan semakin banyak hambatan yang
dimiliki oleh pengelola tersebut sehingga produksi akan semakin sedikit. Pendidikan
juga merupakan hal terpenting pada pengelola home industri dimana semakin
tinggi pendidikan pengelola home industri akan semakin mampu memanajemen
usahanya tersebut, untuk jumlah tanggungan merupakan jumlah tanggungan pada
usia produktif dimana diharapkan jumlah tanggungan dapat membantu dari home
industri dari skala tersebut. Pengalaman merupakan hal yang terpenting dalam
perjalanan home industri dimana seiring waktu berjalan diharapkan pemilik dapat
memahami dan menjalankan usahanya untuk lebih bagus kedepannya berdasarkan
pengalaman yang dialami sebelumnya, sehingga semakin lama pengalaman pemilik home
industri maka akan semakin baik juga proses pengolahan telur asin tersebut.
Untuk lebih jelas karakteristik pemilik home industri dapat dilihat pada tabel
6
Tabel 6. Rata-rata Karakteristik Pengelola Sampel Home Industri Telur Asin di
Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
Umur
|
Tahun
|
36
|
2
|
Tingkat Pendidikan
|
Tahun
|
9,6
|
3
|
Lama Berusaha
|
Tahun
|
4,3
|
4
|
Jumlah Tanggungan
|
Jiwa
|
3
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Berdasarkan tabel 6 dapat
dilahat bahwa umur penelola home industri merupakan pada umur produktif dimana
rata-rata umur pemilik home industri adalah pada umur 36 Tahun. Sedangkan pendidikan
pemilik home industri pada umumnya adalah hanya pada jenjang SMP (9,6 Tahun)
sedangkan jumlah tanggungan sebanyak 3 Orang. Pengalaman pengelola home
industri yaitu sudah berkisar 4 tahun.
4.2.1.
Sarana Produksi
Sarana produksi dalam pengolahan
telur sangat sedikit yaitu hanya telur sebagai bahan baku kotak telur dan
garam. Dalam pengolahan telur agroidustri, agroindusti berada pada pinggiran
sawah yang dekat dengan sumber air mengalir kemudian mudah dalam memperoleh
jerami padi yang diperoses untuk abu gosok yang digunakan sebagai bahan dalam
pengolahan telur asin. Penggunan sarana produksi dalam pengolahan telur asin
dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Satuan
|
Rata-Rata
|
1
|
Telur Bebek
|
Butir
|
30.587
|
2
|
Kerai/Papan Telur
|
Lempeng
|
1.011
|
3
|
Garam
|
Kg
|
97
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam
satu bulan pengolahan telur asin dilakukan sebanyak tiga kali dimana satu
priode pengolahan selama sepuluh hari, rata-rata jumlah telur yang diolah dalam
satu tahun sebanyak 30.587 butir. Rata-rata jumlah garam yang diperlukan dalam
satu tahun sebanyak 97 Kg. dan rata-rata jumlah kotak telur dalam satu tahun
sebanyak 1.011 kotak telur
4.2.2.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam home industri telur asin merupakan tenaga kerja wanita dimana semua proses pekerjaan dilakukan oleh wanita
adapun penggunaan tenaga kerja dilakukan pada kegiatan pembersihan telur,
pengolahan telur dan pengangkutan jerami. Home industri pengolahan telur yang
berada berdekatan dengan sawah, dengan sumber air dan daerah penghasil garam,
sehingga dalam proses pengolahan telur asin tersebut tidak memerlukan tenaga
kerja dalam jumlah banyak dan pekerjaan yang memerlukan tenaga ekstra, tapi
cukup dilakukan oleh tenaga kerja wanita, untuk pengangkutan jerami merupakan
pemanfaatan jerami padi pada saat selesai panen padi yang jerminya dibakar
kemudian dimanfaatkan abunya untuk pengolahan telur. Penggunaan tenaga kerja
pada pengolahan telur asin dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Satuan
|
Rata-Rata
|
1
|
Pembersihan Telur
|
HKP
|
34,53
|
2
|
Pengolahan telur asin
|
HKP
|
43,91
|
3
|
Pengangkutan Abu Jerami
|
HKP
|
41,59
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Tabel 8 dapat dilihat bahwa hanya sedikit tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam proses pembuatan telur asin kemudian setelah telur asin
selesai pembeli hasil olahan tersebut langsung mendatangi home industri dan
pada umumnya pengolahan telur asin sudah memiliki pelanggan dalam menjual
hasilnya.
4.2.3.
Peralatan
Peralatan dalam home
industri pengolahan telur asin tergolong sangat
sederhana dan jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Pengolahan telur asin
memerlukan peralatan yang sipatnya sebagai wadah pencucian tempat sementara dan
alat pembersih, penggunaan peralatan dalam pengolahan telur asin meliputi
baskom, timba, sikat, karung dan grek sorong. Jumlah peralatan yang dimiliki
oleh home industri tidak tergantung kepada jumlah telur yang diolah, ada
beberapa home industri pada saat tertentu mengolah dengan jumlah yang lebih
banyak sehingga memanfaatkan peralatan tersebut dengan berulang-ulang jumlah
peralatan yang dimiliki home industri dapat dilihat pada tabel 9
Tabel 9. Rata-Rata Penggunaan Peralatan Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Satuan
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
1
|
Baskom
|
Unit
|
124
|
5
|
2
|
Timba
|
Unit
|
91
|
4
|
3
|
Sikat
|
Unit
|
100
|
4
|
4
|
Karung
|
Unit
|
285
|
11
|
5
|
Grek Sorong
|
Unit
|
10
|
0,38
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Tabel 9 di menunjukkan bahwa peralatan yang di gunakan dalam pengolahan telur asin yaitu baskom, timba, sikat dan karung
kemudian hanya beberapa pemilik grek sorong, ini biasanya digunakan untuk
pengangkutan abu jerami dari lahan sawah.
4.2.4.
Biaya Produksi
Biaya produksi home industri telur asin merupakan
biaya yang di keluarkan dalam home industri telur asin baik biaya yang
diperhitungkan seperti biaya sarana
produksi biaya peratalatan dan tidak
diperhitungkan seperti sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja keluarga yang
tidak di bayar. Biaya produksi dalam home industri telur asin di daerah penelitian dapat di lihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 10. Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Jumlah (Rp)
|
Ket
|
1
|
Pembelian telur bebek
|
36.706.308
|
Biaya variabel
|
2
|
Kerai/Papan Telur
|
303.3
|
Biaya Variabel
|
3
|
Garam
|
485
|
Biaya variabel
|
4
|
Tenaga Kerja
|
3.530.000
|
Biaya variabel
|
5
|
Penyusutan Alat
|
190.413
|
Biaya tetap
|
6
|
Pajak
|
30
|
Biaya Tetap
|
7
|
Ijin Usaha
|
25
|
Biaya tetap
|
Jumlah
|
40,430,294
|
|
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah biaya produksi dengan yang dikeluarkan dalam satu tahun dengan rata-rata adalah Rp 40,430,294/tahun. Biaya produksi tersebut di
keluarkan yang paling besar adalah untuk pembelian telur dan tenaga kerja.
Biaya tenaga kerja pada umumnya adalah tenaga kerja dalam keluarga yang pada
kegiatan sebenarnya tidak di bayarkan. Kemudian penggunaan tenaga kerja lain
relative rendah karena tidak ada tersedia secara lokal dan banyak yang hanya
memerlukan tenaga kerja dalam proses pembuatan .
4.2.5.
Produksi
Produksi telur industri telur asin di daerah penelitian
merupakan telur asin yang sudah di olah yang dihitung
dalam satuan butir. Produksi telur asin di hasilkan dalam per sepuluh hari,
sehingga dalam satu bulan di lakukan pengolahan sebanyak 3 kali. Untuk proses
pengolahan telur asin di lakukan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Rata-Rata
Produksi Telur Asin di Daerah Penelitian
No
|
U r a i a n
|
Yang Diolah (Butir)
|
Jumlah Produksi yang dikurangi dgn
tingkat kerusakan 3%
|
1
|
Produksi I
|
834
|
809
|
2
|
Produksi II
|
904
|
877
|
3
|
Produksi III
|
810
|
786
|
4
|
Produksi/ Bulan
|
2.547
|
7.472
|
5
|
Produksi Pertahun
|
30.548
|
29.658
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Tabel
11 dapat dilihat bahwa produksi telur selama satu tahun mencapai 29.658 butir
telur, dengan tingkat kerusakan pecah atau retak mencapai 3 % dari total
pengolahan hal ini tingkat kerusakan rendah karena pengolah pada home industri
relative sudah berpengalaman sehingga tingkat kerusakan telur dapat ditekan
sekecil mungkin. Disamping itu pengolahan telur asin terjadi kerusakan hanya di
saat proses awal pengolahan telur sementara setelah telur diolah telur sudah
mengeras sehingga kalau pecahpun tidak lagi masalah dan laku dipasarkan.
4.2.6.
Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih penerimaan dari
biaya, penerimaan telur asin merupakan hasil penjualan telur asin yang dilapangan dihitung dalam butir. Dalam pemasaran telur asin dijual
dalam satuan butir dan tidak dilihat besar kecilnya telur. Untuk penjualan
telur asin langsung pembeli yang datang ke
tempat pengolahan yang langsung membeli telur yang setelah di olah
langsung di susun dalam rak telur dan disimpan selama proses pengolahan telur
sehingga pembeli tidak lagi mengeluarkan biaya pemasaran dan tidak lagi mencari
pembeli karna para home indsutri sudah memiliki pelanggan tetap hasil
pengolahan telur. Untuk lebih jelas pendapatan pengolahan telur asin dapat
dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rata-Rata Pendapatan Home Industri Telur
Asin di Daerah Penelitian
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
|
1
|
Jumlah Produksi
|
Butir
|
29,658
|
|
3
|
harga Jual
|
Rp/butir
|
2,000
|
|
4
|
Nilai Penjualan
|
Rp
|
59,316,923
|
|
5
|
Biaya Produksi
|
Rp
|
40.944.944
|
|
6
|
Pendapatan
|
Rp
|
18,371,979
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Tabel 12 dapat
dilihat bahwa pendapatan pengolah dalam satu tahun adalah Rp.20.228.902/ tahun
sehingga pendapatan yang di peroleh dalam satu bulan adalah Rp1.685.700/ bulan
dengan tambahan terserapnya tenaga kerja keluarga sebagai tambahan pendapatan
yang tidak dibayar dalam proses pengolahan yang di keluarkan sebanyak Rp.
3.530.000/ tahun.
4.2.7.
Nilai R/C Rasio
Nilai R/C rasio merupakan untuk mengukur nilai
keuntungan relatif dari kegiatan home industri tersebut. Nilai R/C rasio
menunjukkan bahwa pemerolehan nilai keuntungan dari proses kegiatan home
industri. Rasio penerimaan
atas biaya mencerminkan beberapa besar pendapatan yang diperoleh setiap satu
satuan biaya yang dikeluarkan dalam home industri. Nilai R/C rasio < 1 maka home industri tersebut rugi, nilai R/C rasio
= 1 maka home industri tersebut berada pada titik inpas atau pulang pokok
sementara bila nilai R/C Rasio > maka home industri tersebut menguntungkan.
Nilai R/C rasio home industri telur asin pada daerah penelitian adalah sebesar 1,5 hal ini menunjukan bahwa pengolahan telur asin
telah menguntungkan.
4.2.8.
Break Event Poin (BEP) Produksi dan harga
Break
Event poin (BEP) produksi merupakan analisis untuk mengetahui berapakah
produksi yang harus kita hasilkan sehingga home industri dapat pulang pokok,
sehingga home industri diharapkan mampu menghasilkan produksi di atas
perhitungan BEP sehingga dapat menguntungkan. Produksi telur asin yang di olah
oleh home industri adalah sebanyak 29.658 butir/tahun, sedangkan hasil
perhitungan produksi baru home industri mengalami titik inpas yaitu pada
produksi 20.472 butir / tahun. Hal ini dapat dilihat bahwa produksi yang
dihasilkan home industri sudah diatas titik inpas.
Break
Event poin harga merupakan dimana perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui pada
harga berapa telur asin tersebut dijual baru menguntungkan sehingga pemilik
home industri dapat mengetahui pada harga berapa home industri seharusnya
menjual telur asin. Hasil perhitungan harga jual telur asin akan mengalami
titik inpas bila penjualan telur asin dijual pada harga Rp.1.338/ butir.
Sedangkan home industri sudah menjual dengan harga Rp. 2000/butir sehingga hal
ini sudah menguntungkan, selisih harga telur asin adalah sebanyak Rp.662/
butir.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis data dari pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
- Rata-rata pengolahan telur asin sebanyak 29.658 butir/ tahun dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp. 41.929.725/ tahun, harga penjualan telur asin Rp. 2000/ butir dengan rata-rata penerimaan yang di peroleh Rp. 59,316,923 / tahun dengan pendapatan pertahun adalah Rp.18,371,979 / tahun .
- Nilai R/C rasio sudah mencapai di atas 1 dimana nilai R/C rasio 1,5 hal ini sudah menguntungkan dengan produksi akan balik pokok (impas) pada produksi 20.472 butir dan harga jual per butir akan balik pokok (impas) pada harga penjualan telur pada Rp. 1.338/ butir.
5.2.
Saran
Saran yang dapat
direkomendasikan dari hasil pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut:
- Pemilik home industri supaya meningkatkan hasil olahannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
- Kepada pemerintah untuk membina peternak itik dan mencari pemasaran telur yang lebih jelas sehingga tersedianya bahan utama pengolahan telur asin dan dapat ditingkatkan jumlah produksi pengolahan telur asin
- DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2010. Teknologi Hasil Ternak. http://www.ristek.go.id. Diakses pada tanggal 20 januari 2013.Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung : PT Rafika Aditama.Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFEFuad, 2005. Pengantar Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, JakartaHanifa N, dan luthfeni. 2006. Makanan Yang Sehat. Azka Press : BandungKartasapoetra, Ag. 1897. Ekonomi Produksi Pertanian. Penebar Swadaya JakartaSuharno Bambang, 2006, Peluang Usaha Berternak darat. Bebek Sic Surabaya.Mosiner, AT. 1997, Menggerakan & Membangun Pertanian. CV. Yasa Guna JakartaMubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).Noor, H.F, 2007 Ekonomi Manajerial. PT Raja Grafindo Persada. JakartaPurwanto, D. 1983. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Gajah Mada. YogyakartaSandwi, 2011, bisnis telor asin dan keuntungannya. Jurusan teknik informatika jenjang strata Sekolah tinggi manajemen informatika dan computer Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.. 2004. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : Raja Grafindo Persada.2006. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Raja Grafindo PersadaSuharno Bambang, 2006, Peluang Usaha Berternak darat. Bebek Sic Surabaya.Winarno, F.G. 2004. Kima Pangan dan Gizi. Jakarta. PT.GramediaKen Suratiah (2008). Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Cet 2, Jakarta.
Comments
Post a Comment