ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRI PENGOLAHAN TELUR ASIN DI KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE


ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRI PENGOLAHAN TELUR ASIN DI KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE

SKRIPSI

Kecamatan Mutara Timur Kabupaten Pidie merupakan daerah persawahan yang banyak di manfaatkan peternak untuk memelihara itik dan sekaligus diolah lebih lanjut menjadi telur asin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan home industri pengolahan dengan metode penentuan sampel secara sensus, dengan metode analisa dengan rumus pendapatan dan R/C ratio.

Berdasarkan hasil analisis biaya produksi yang di keluarkan selama satu tahun adalah Rp. 41.270.019 dengan jumlah produksi dalam setahun sebanyak 29.658 butir telur harga jual telur Rp.2000 dengan pendapatan pertahun Rp.20.228.902. Nilai R/c ratio 1.5  BEP produksi pada 20.472 butir/ tahun dengan BEP Harga pada Rp.1.338/butir. Disarankan kepada pemilik home industri untuk menambah produksi sehingga dapat menambah pendapatan.

Kata Kunci : Analisa, Home Industri, Pendapatan 


DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK
KATA PENGANTAR................................................................................       i    
DAFTAR ISI................................................................................................       ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................       v
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................       vi

BAB    I     PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang............................................................................       1
1.2.   Identifikasi Masalah...................................................................       4
1.3.   Tujuan Penelitian........................................................................       4
1.4.   Kegunaan Penelitian...................................................................       4
1.5.   Hipotesa......................................................................................       5

BAB    II   TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Agroindustri ...............................................................................       6
2.2.Home Industri.............................................................................       7
2.3.Usahatani....................................................................................       13
2.4.Faktor-Faktor Produksi...............................................................       13
2.5.Tenaga Kerja...............................................................................       14
2.6.Biaya Produksi............................................................................       14
2.7.Teori Pendapatan........................................................................       17
2.8.Teori R/C Ratio...........................................................................       17
2.9.Teori BEP...................................................................................       18

BAB    III  METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................       20
3.2.Metode Penentuan Sampel.........................................................       20
3.3.Metode Pengumpulan Data........................................................       20
3.4.Metode Analisis Data.................................................................       21
3.5.Konsep Batasan Operasional .....................................................       22

BAB    IV  HASI PENEITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian..........................................       24
4.2.Karakteristik Pengelola...............................................................       29
4.2.1.      Sarana Produksi..............................................................       31
4.2.2.      Tenaga Kerja...................................................................       32
4.2.3.      Peralatan..........................................................................       33
4.2.4.      Biaya Produksi................................................................       33
4.2.5.      Produksi..........................................................................       34
4.2.6.      Pendapatan......................................................................       35
4.2.7.      Nilai R/C Rasio...............................................................       36
4.2.8.      Break Event Poin (BEP) Produksi Dan Harga...............       37

BAB    V   KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.   Kesimpulan.................................................................................       38
5.2.   Saran...........................................................................................       38

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................       39
QUISIONER................................................................................................       40
 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie merupakan salah satu daerah tempat pengembangan pengolahan telur asin dan cenderung meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah maupun luar daerah serta kebutuhan para ibu rumah tangga.
Pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie sangat berperan dalam upaya peningkatan pendapatan dan bisa juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Dari segi bahan baku untuk pembuatan telur asin sangat mudah di dapat di daerah ini.
Potensi telur itik di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie cukup berkembang hal ini di lihat dari permintaan telur asin/tahun, pada dasarnya masyarakat di wilayah ini masih tergolong tradisional tetapi karena melihat peluang  pemasaran telur asin yang belum di olah sehingga harganya sangat murah dan memasarkannya pun amat susah, tidak dapat di simpan dalam waktu yang lama, oleh karena itu masyarakat di sini berfikir lebih baik mengolah telur itik menjadi telur asin, di samping harga lebih tinggi kualitas dapat juga bertahan lama dan tidak terjadi kerugian. Jumlah telur asin terus meningkat sehingga banyak telur itik yang di olah menjadi telur asin,
Telur asin saat ini mempunyai sistem pemasaran yang sederhana karna dengan mudah kita masukan ke berbagai tempat adapun tempat pemasaran telur asin yaitu kantin kampus, toko kelontong pasar cebongan, sleman, dengung, pasar ngino, pasar godean, warung masakan padang, warung masakan sederhana, warung soto, toko pusat oleh-oleh dan outlet. Dimana setiap konsumen yang ingin membeli telur asin sangat mudah mendapatkannya, karena saat ini setiap Gampong umumnya mengusahakan Pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
Dari pengolahan telur asin tersebut sampai pada saat ini home industri memanfaatkan hasil dari peternak itik yang menghasilkan produksi dan di manfaatkan untuk telur asin. Pengolahan telur asin lebih memanfaatkan hasil telur dari pemeliharaan itik dan pada umumnya home industri memiliki ternak itik. Dalam pengolahan telur asin bahan baku yang diperlukan semua tersedia pada daerah pengolahan sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya dalam proses pembuatan telur asin.
Sampai saat ini pengolah telur asin belum melakukan analisa usaha dalam pembuatan pengolahan telur asin mereka hanya berpatokan kepada pembeli yang datang per sepuluh hari. Sementara pemilih home industri belum mengetahui berapakah pendapatan pemilik home industri dan hanya melakukan pengolahan dan tidak memeliki target produksi untuk mencapai pendapatan yang optimal. Pengolah telur asin belum mengetahui berapa seharusnya produksi yang harus dicapai pertahun dan berapa harga jual telur asin per butir dimana usaha tersebut dapat memberikan keuntungan pada pengolahan home industri.
Pada saat ini home industri pengolahan telur asin yang hanya bersifat konvensional belum mengetahui apakan usaha yang di lakukan sudah layak dan sudah memberikan keuntungan terhadap pemilik dan pekerja, sehingga dengan di ketahuinya nilai revenue yang di peroleh pemilik home industri seharusnya sudah dapat merencanakan target produksi dan harga dasar dalam penjualan hasil pengolahan telur asin ini.
Oleh karna peneliti akan melakukan penelitian apakah usaha tersebut sudah menguntungkan yang di analisa melalui R/C Ratio. Selanjutnya apaka usaha tersebut sudah mencapai titik yang di analisis melalui BEP sehingga dapat di katakan apakah home industri tersebut sudah menguntungkan atau tidak layak.

1.2.       Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi yaitu:
1.             Berapa besar pendapatan home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
2.             Berapa keuntungan yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio,

1.3.        Tujuan Penelitian
1.             Untuk mengetahui berapa besar pendapatan home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
2.             Untuk mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh dilihat dari nilai R/C ratio,

1.4.       Kegunaan  Penelitian
Adapun Kegunaan penelitian adalah:
1.             Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dan pemerintah dalam mengembangkan home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
2.             Sebagai referensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian Analisa Pendapatan home industri pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.

1.5.        Hipotesis
Adapun Hipotesis  penelitian adalah:
1.             Diduga home industri pengolahan telur asin di kecamatan Mutiara Timur telah menguntungkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Agroindustri
Menurut Goldberg (dalam Bombal dan Chalmin, 1980) agroindustri merupakan bagian (filiere) dari komplek industri pertanian sejak produksi bahan pertanian promer, industri pengolahan atau tranformasi sampai penggunaanya oleh konsumen. Berdasarkan analisis tersebut terdapat saling ketergantungan (interpendency) antara pertanian dengan industri hulu, industri  pengolahan pangan, serta distribusi beserta peningkatan nilai tambah
Menurut FAO (Hicks, 1996), suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan  adalah disebut “agroindustri”
Agroindustri dapat diartikan dua hal yaitu pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. (Soekartawi 2000)

Agroindustri merupakan produk-produk primer (On farm) yang menggambil komoditas dari pertanian yang diolah sehingga memiliki nilai tambah. (Musa Ali Pasaribu, 2012).

a.    Jenis- Jenis Agroindustri
1.   Industri rumah tangga yaitu industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik pengelola industri biasanya kepala keluarga rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
2.   Industri kecil yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, dan tenaga kerjanya masih berasal dari dalam keluarga atau yang berada di sekitar industri tersebut .
3.   Industri sedang yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang . ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu.
4.   Industri besar yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang ciri industri besar adalah memiliki modal yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan. Peran yang cukup penting dan strategi.

2.2.       Home Industri Telur Asin Beserta Tahapannya
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedangkan industri ,dapat diartikan sebagai kerajinan. Usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, home industri (atau biasanya ditulis / di eja dengan “home industri”) adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Di katakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dilakukan di rumah.
Industri rumah tangga adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala kecil yang bergerak dalam bidang industri tertentu, biasanya perusahaan ini hanya menggunakan satu atau dua rumah sebagai pusat produksi, administrasi dan pemasaran sekaligus secara bersamaan. (Muliawan:2008:3).
Berdasarkan jumlah  tenaga kerja yang digunakan, industri dapat di bedakan menjadi :
a.       Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Minsalnya seperti: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
b.      Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, ciri industri kecil adalah pemilik modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Minsalnya seperti : industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c.       Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu. Minsalnya seperti : Industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
d.      Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan di pilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Minsalnya seperti : indusri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang. (http://geografi-bumi.blogspot.com/2009/klasifikasi-industri.html).

2.2.1.           Bagian Pengolahan Telur Asin.

Pada umumnya telur asin dibuat dari telur bebek karena mempunyai cangkang yang tebal dan hasilnya lebih enak. Usaha telur asin adalah salah satu usaha kecil yang potensial karena banyaknya permintaan pasar. Proses produksi yang mudah, tidak membutuhkan banyak tempat, serta modal yang relatif kecil (Sandwi, 2011).
Menurut Sandwi, (2011). Yang perlu  diperhatikan pertama dalam membuat telur asin adalah memilih telur bebek yang berkualitas baik, tidak retak atau busuk. Tips Pemilihan telur itik yang baik dengan cara sebagai berikut :
1.      Rendam dalam air, jika tenggelam maka kualitasnya baik
2.      Kulit telur bersih dan berwarna mulus \
3.      jika diteropong sambil digerak-gerakan akan tampak kuning telur didalamnya, jika terlihat jernih, rongga kantung udaranya kecil, kuning telur terletak ditengah tidak ternoda, itu artinya telur baik, apabila kuning telurnya bergeser, putih telurnya encer, dan terdapat noda warna tua, itu artinya telur rusak.

Cara pengolahan telur itik menjadi telur asin dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1.      Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan.
2.      Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka.
3.      Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiri dari campuran bubuk bata merah dengan garam.
4.      Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta.
5.      Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1~2 mm.
6.      Simpan telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15 ~ 20 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka. Tips :
Ø  Untuk keasinan rendah simpan selama 1 minggu
Ø  Untuk keasinan sedang simpan selama 2 minggu
Ø  Untuk keasinan tinggi (masir) simpan selama 3 minggu
lama pemeraman dalam pembuatan telur asin menbutuhkan waktu 10-15 hari. Telur asin yang banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari merupakan jenis olahan telur itik yang paling populer di masyarakat Indonesia. Pengasinan sebenarnya merupakan upaya pengawetan, tetapi mempunyai nilai tambah dalam hal rasa. Oleh karenanya, telur asin biasa disebut sebagai bentuk olahan telur. (Hedi Suryato, 2012).





2.2.2.      Manfaat dan Kandungan Gizi Telur Asin
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. (Sandwi 2011)
Hedi Suryato, (2012). Menyatakan Manfaat Pengasinan sebenarnya merupakan upaya pengawetan, tetapi mempunyai nilai tambah dalam hal rasa. Oleh karenanya, telur asin biasa disebut sebagai bentuk olahan telur.
Nurzainah (2007:8). Telur asin, telur olahan berkalsium tinggi yang mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral sehingga baik dikonsumsi oleh bayi hingga Lansia. Selain mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral yang lengkap, kandungan kalsium meningkat 2,5 kali setelah pengasinan. Hal ini yang menyebabkan telur asin sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta lanjut usia.
Kandungan Gizi Telur asin adalah. kalori 195, lemak 13,6 (mg) kalsium 120 (mg), fosfor 157 (mg), besi 1,8 (mg), vitamin A 841(IU) vitamin B1 0,28(mg) (Bambang Suharno 2009:108).

2.3.       Faktor-Faktor Produksi
Faktor-faktor yang bekerja dalam home industri adalah faktor alam, tenaga kerja dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan home industri. Sampai dengan tingkat tertentu manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam. namun demikian, pada batas selebihnya faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya (Ken Suratiah. 2009).
Dalam proses produksi pertanian, maka Y dapat berupa pendapatan pertanian dan X dapat berupa luas lahan pertanian, tenaga kerja, produksi, sarana produksi. Namun dalam prakteknya faktor tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. faktor-faktor sosial ekonomi lainnya seperti tingkat pendidikan, umur, jumlah tanggungan, pengalaman bertani dan lain-lain juga berperan dalam mempengaruhi tingkat pendapatan (Soekartawi. 1994)
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manjemen (pengolahan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi, yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Perbedaan masalah ini tidak perlu dipermasalahkan yang penting bagaimana kita mengartikan dan mendefinisikan masing-masing faktor dan fungsinya pada setiap usaha pertanian (Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004).

2.4.       Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi home industri. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada, produktivitas, dan kualitas produksi. (Ken Suratiah. 2009).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam home industri keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja pengolah beserta anggota keluarganya. Rumah tangga yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. (Ken Suratiah. 2009).

2.5.       Biaya Produksi
(Ir. Moehar Daniel, M.S. 2004) Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pengolah dalam peroses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Di dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan
Biaya produksi adalah sejumlah pengeluaran ekonomis yang harus dikeluarkan untuk memproduksi untuk suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian diatas memerlukan kecermatan, ada yang mudah di indentifikasi, tetapi ada juga yang sulit di indentifikasi dan di hitung.
Biaya produksi meliputi bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi dan bahan pembantu, upah tenaga kerja, penyusutan peralatan produksi, dan uang modal.
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap menurut Matz dan Usry (1990) biaya tetap adalah biaya yang selama satu priode tertentu jumlahnya tetap dan tidak mengalami perubahan walaupun jumlah Produksinya berubah besarnya biaya tersebut dapat di pakai lebih dari satu kali proses produksi seperti biaya bangunan, peralatan dan pajak sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tetap dan habis dipakai dalam satu kali proses produksi.
Biaya produksi dalam suatu usaha industri atau proyek adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diperkirakan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Komponen biaya produksi terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung, biaya tenaga kerja dan pemeliharaan merupakan biaya tidak langsung sedangkan biaya peralatan, sewa tanah dan pajak termasuk dalam biaya langsung (Assauri,1993 : 18)
Dimana biaya produksi dapat di bagi kedalam dua jenis antara lain adalah :
1.      Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang di keluarkan dalam periode tertentu jumlah tetap tidak tergantung jumlah produksi. Biaya ini sifatnya tetap hanya sampai priode tertentu atau batas proses produksi tertentu, tetapi akan bisa di lewati (Suradjiman 1996 :77)
2.      Biaya variable
Yaitu biaya yang di keluarkan berdasarkan besar kecilnya produksi yang di hasilkan dan di habiskan dalam kali produksi dan biaya tenaga kerja  (Suradjiman 1996:70).
3.      Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga di katagorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat di kelompokkan berdasarkan kualitas ( kemampuan dan keahlian dan berdasarkan sifat kerjanya).
Adisaputro dan Marwan (1992), menambahkan tenaga kerja merupakan salah faktor produksi yang utama dan selalu ada dalam sebuah perusahaan/industri, meskipun pada usaha tersebut sudah menggunakan alat-alat mesin.
2.6.       Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya,Secara matematis pendapatan bersih home industri dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd =   TR  – TC ………..Soekartawi (1995 ; 58)
Dimana :
 Pd    = Pendapatan
TR     = total penerimaan
TC     = total biaya
  
2.7.       Teori R/C Ratio
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan, analisis kelayakan dan analisis deskripsi (Soekartawi, 2008), secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Rumus analisis pendapatan:
Pd = TR – TC
TR = Y . Py
TC = FC + VC
Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya variabel (variabel cost)
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = harga Y
2) Rumus analisis kelayakan
a = R/C
Keterangan:
a = R/C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
Kriteria keputusan:
R/C >1, usahatani menguntungka (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar dari tambahan biaya), R/C < 1, usahatani rugi (tambahan biaya lebih besar dari tambahan penerimaan), R/C= 1, usahatani impas (tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya).

 
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1.       Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1.      Luas Wilayah dan Letak Geografis
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie memiliki luas wilayah 6.942 Ha, yang dibagi menjadi 48 kampung, Kabupaten Pidie terletak pada 40.54°-50.18° Lintang Utara dan 960.20°-970.21° Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
-          Sebelah utara berbatasan dengan Kembang Tanjong
-          Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ttuseb
-          Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mutiara
-          Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Gelumpang tiga
(Kantor Camat Mutiara Timur, 2014)

4.1.2.      Keadaan Penduduk
Adapun jumlah penduduk Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie adalah sebesar 944 jiwa, dengan sebaran penduduk dapat dilihat pada tabel di 3.
Tabel 3. Keadaan Jumlah Penduduk Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Berdasarkan Jenis Kelamin

No
Usia
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
0 – 12   Bulan
18
6
24
2
1 – 5     Tahun
16
33
49
3
5 – 7     Tahun
30
27
57
4
7 – 15   Tahun
117
98
215
5
15 – 56 Tahun
132
146
278
6
56  Tahun Ke Atas
148
173
321
Jumlah jiwa
461
483
944
Jumlah KK
234
Sumber : Data sekunder Kantor Camat Mutiara Timur 2014
Dari tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 461 jiwa dan perempuan 483 jiwa. Jumlah keseluruhan 944 jiwa terdiri dari 234 kepala keluarga (KK)..
Jenis perkerjaan penduduk suatu daerah mengambarkan tingkat pendapatan Masyarakat setempat. Semakin banyak penduduk yang memiliki perkerjaan maka semakin besar tingkat pendapatan suatu daerah sehingga semakin maju suatu pembagunan di berbagai sektor, begitu juga sebaliknya semakin banyak Masyarakat yang mengaggur maka semakin rendah tingkat pendapatan dalam suatu daerah tersebut.
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie yang merupakan daerah pertanian sehingga mata pencarian penduduk didominasikan oleh lapangan pekerjaan pertanian, untuk lebih jelas dapat di lihat pada 4 :
Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie

No
Jenis Mata Pencarian
Jumlah
1
Pengolah home industri
251
2
Pedagang
13
3
Industri RT
6
4
PNS
16
5
Buruh/Pegawai Swasta
86
Jumlah
372
Sumber  : Data sekunder Kantor Camat Mutiara Timur 2014
Dari tabel di 4 dapat di lihat jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan, pengolah home industri berjumlah 251 jiwa, pedagang berjumlah 13 jiwa, industri rumah tangga berjumlah 6 jiwa, PNS berjumlah 16 jiwa, dan pegawai swasta 86 jiwa. Adapun data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie

No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
SD
297
2
SMP
240
3
SMA
126
4
Perguruan Tinggi
44
   Jumlah Total
707
Sumber : Data sekunder Kantor Camat Mutiara Timur 2014.
            Dari tabel 5 dapat dilihat jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan SD berjumlah 297 jiwa, SMP berjumlah 240 jiwa, SMA berjumlah 126 jiwa dan perguruan tinggi 44 jiwa, jumlah keseluruhan 707 jiwa.

4.1.3.      Potensi Usaha Telur Asin
Peluang usaha pengembangan pengolahan telur asin amat cerah dan cenderung meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah maupun luar daerah serta kebutuhan para ibu rumah tangga.
Harga telur asin dipasaran cendrung stabil sehingga meningkatkan hasrat para konsumen tidak pernah pudar, karena nilai ekonomi telur asin cukup tinggi dan memberikan keuntungan yang mencukupi kebutuhan makanan.
Pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie sangat berpotensi dalam upaya peningkatan pendapatan dan bisa juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Dari segi bahan baku untuk pembuatan telur asin sangat mudah di dapat didaerah ini.
Telur asin saat ini mempunyai sistem pemasaran yang jelas dimana setiap konsumen yang ingin membeli telur asin sangat mudah mendapatkannya, karena saat ini setiap kampung umumnya mengusahakan Pengolahan telur asin di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
Proses pembuatan telur asin pada home industri pengolahan telur asin di  Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie
Pemilihan bahan baku yang baik
1.   Telur itik merupakan bahan utama yang digunakan, telur itik yang digunakan yaitu telur itik yang baik kualitasnya, atau tidak busuk.
2.   Jerami yang digunakan untuk pembuatan telur asin merupakan jerami yang sudah di bakar dan menjadi abu.
3.   Abu gosok berfungsi untuk mengubah warna dari pada jerami, agar warnanya tidak terlalu hitam.
4.   Garam digunakan untuk menghasilkan rasa asin pada telur tersebut.
5.   Air digunakan untuk membersihkan permukaan telur dari kotoran dan untuk melarutkan garam yang nantinya di campur dengan abu jerami.
a.    Proses pembuatan telur asin
1.   Telur itik yang sudah ada harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan kulit telur menggunakan alat berupa sikat.
2.   Telur yang sudah bersih lalu di lap hingga kering, agar mudah merekatkan abu di pemukaan kulit telur.
3.   Pengadukan bahan yang berupa campuran dari sisa pembakaran jerami, garam, dan air.
4.   Penempelan jerami yang sudah tercampur garam dan air kepermukaan kulit telur dan dilapisi dengan abu gosok agar rasa asin terserap kedalam telur.
5.   Penyimpanan telur-telur itik yang sudah diolah kedalam baskom dan ember, disimpan di tempat yang sejuk selama 10 hari agar rasa asin benar-benar terasa.
6.   Setelah penyimpanan selama 10 hari, kini telur asin siap dipasarkan.

4.1.4.      Pasar
Pasar yang ada di Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie berjumlah 4 (pasar) yaitu yang berada di  Raya, Rambong, Pulo Drien dan Tiba Raya, yang menjual berbagai macam produk, serta banyak terdapat rumah makan. Jarak dari  kota menuju pasar yang terdekat yang berada di desa Tiba Raya ± 4 Km dan pasar yang banyak menerima yaitu seperti rumah makan, mini market,  klontong dan banyak dari beberapa kalagan yang langsung datang ke daerah pembuatan telur asin
4.2.       Karakteristik Pengelola
Karakteristik pengelola merupakan keadaan atau gambaran umum pengelola yang ada di daerah penelitian, yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman berpengelola dan tanggungan pengelola. Karakteristik dan faktor fisik lainnya berpengaruh terhadap kemampuan kerja pengelola dalam meningkatkan produksi. Karakteristik pengelola juga mencerminkan kemampuan dalam berpikir dan kecepatan dalam mengambil kebijaksanaan sehubungan dengan kegiatan home industrinya seperti usaha penerapan teknologi baru yang akan diterapkan pengelola.
Karakteristik pengelola merupakan gambaran pengelola terhadap kemampuan pengelola dalam suatu usaha yang ditekuni, kemampuan pengelola di cerminkan dari karakteristik pengelola tersebut yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman. Umur pengelola agro industri akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan biasanya umur yang relatif muda maka akan mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak sedangkan semakin tua umur pengelola maka akan semakin banyak hambatan yang dimiliki oleh pengelola tersebut sehingga produksi akan semakin sedikit. Pendidikan juga merupakan hal terpenting pada pengelola home industri dimana semakin tinggi pendidikan pengelola home industri akan semakin mampu memanajemen usahanya tersebut, untuk jumlah tanggungan merupakan jumlah tanggungan pada usia produktif dimana diharapkan jumlah tanggungan dapat membantu dari home industri dari skala tersebut. Pengalaman merupakan hal yang terpenting dalam perjalanan home industri dimana seiring waktu berjalan diharapkan pemilik dapat memahami dan menjalankan usahanya untuk lebih bagus kedepannya berdasarkan pengalaman yang dialami sebelumnya, sehingga semakin lama pengalaman pemilik home industri maka akan semakin baik juga proses pengolahan telur asin tersebut. Untuk lebih jelas karakteristik pemilik home industri dapat dilihat pada tabel 6


Tabel 6.   Rata-rata Karakteristik Pengelola Sampel Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Satuan
Jumlah
1
Umur
Tahun
36
2
Tingkat Pendidikan
Tahun
9,6
3
Lama Berusaha
Tahun
4,3
4
Jumlah Tanggungan
Jiwa
3
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
Berdasarkan tabel 6 dapat dilahat bahwa umur penelola home industri merupakan pada umur produktif dimana rata-rata umur pemilik home industri adalah pada umur 36 Tahun. Sedangkan pendidikan pemilik home industri pada umumnya adalah hanya pada jenjang SMP (9,6 Tahun) sedangkan jumlah tanggungan sebanyak 3 Orang. Pengalaman pengelola home industri yaitu sudah berkisar 4 tahun.
4.2.1.      Sarana Produksi
Sarana produksi dalam pengolahan telur sangat sedikit yaitu hanya telur sebagai bahan baku kotak telur dan garam. Dalam pengolahan telur agroidustri, agroindusti berada pada pinggiran sawah yang dekat dengan sumber air mengalir kemudian mudah dalam memperoleh jerami padi yang diperoses untuk abu gosok yang digunakan sebagai bahan dalam pengolahan telur asin. Penggunan sarana produksi dalam pengolahan telur asin dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7.        Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Satuan
Rata-Rata
1
Telur Bebek
Butir
30.587
2
Kerai/Papan Telur
Lempeng
1.011
3
Garam
Kg
97
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014


Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam satu bulan pengolahan telur asin dilakukan sebanyak tiga kali dimana satu priode pengolahan selama sepuluh hari, rata-rata jumlah telur yang diolah dalam satu tahun sebanyak 30.587 butir. Rata-rata jumlah garam yang diperlukan dalam satu tahun sebanyak 97 Kg. dan rata-rata jumlah kotak telur dalam satu tahun sebanyak 1.011 kotak telur
4.2.2.      Tenaga Kerja
            Tenaga kerja dalam home industri telur asin merupakan tenaga kerja wanita dimana semua proses pekerjaan dilakukan oleh wanita adapun penggunaan tenaga kerja dilakukan pada kegiatan pembersihan telur, pengolahan telur dan pengangkutan jerami. Home industri pengolahan telur yang berada berdekatan dengan sawah, dengan sumber air dan daerah penghasil garam, sehingga dalam proses pengolahan telur asin tersebut tidak memerlukan tenaga kerja dalam jumlah banyak dan pekerjaan yang memerlukan tenaga ekstra, tapi cukup dilakukan oleh tenaga kerja wanita, untuk pengangkutan jerami merupakan pemanfaatan jerami padi pada saat selesai panen padi yang jerminya dibakar kemudian dimanfaatkan abunya untuk pengolahan telur. Penggunaan tenaga kerja pada pengolahan telur asin dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Satuan
Rata-Rata
1
Pembersihan Telur
HKP
34,53
2
Pengolahan telur asin
HKP
43,91
3
Pengangkutan Abu Jerami
HKP
41,59
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014

Tabel 8 dapat dilihat bahwa hanya sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan telur asin kemudian setelah telur asin selesai pembeli hasil olahan tersebut langsung mendatangi home industri dan pada umumnya pengolahan telur asin sudah memiliki pelanggan dalam menjual hasilnya.

4.2.3.      Peralatan
Peralatan dalam home industri pengolahan telur asin tergolong sangat sederhana dan jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Pengolahan telur asin memerlukan peralatan yang sipatnya sebagai wadah pencucian tempat sementara dan alat pembersih, penggunaan peralatan dalam pengolahan telur asin meliputi baskom, timba, sikat, karung dan grek sorong. Jumlah peralatan yang dimiliki oleh home industri tidak tergantung kepada jumlah telur yang diolah, ada beberapa home industri pada saat tertentu mengolah dengan jumlah yang lebih banyak sehingga memanfaatkan peralatan tersebut dengan berulang-ulang jumlah peralatan yang dimiliki home industri dapat dilihat pada tabel 9

Tabel 9.     Rata-Rata Penggunaan Peralatan Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Satuan
Jumlah
Rata-Rata
1
Baskom
Unit
124
5
2
Timba
Unit
91
4
3
Sikat
Unit
100
4
4
Karung
Unit
285
11
5
Grek Sorong
Unit
10
0,38
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014

Tabel 9 di menunjukkan bahwa peralatan yang di gunakan dalam pengolahan telur asin yaitu baskom, timba, sikat dan karung kemudian hanya beberapa pemilik grek sorong, ini biasanya digunakan untuk pengangkutan abu jerami dari lahan sawah.
4.2.4.      Biaya  Produksi
            Biaya produksi home industri telur asin merupakan biaya yang di keluarkan dalam home industri telur asin baik biaya yang diperhitungkan seperti biaya sarana produksi biaya peratalatan  dan tidak diperhitungkan seperti sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja keluarga yang tidak di bayar. Biaya produksi dalam home industri telur asin  di daerah penelitian dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10.   Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Jumlah (Rp)
Ket
1
Pembelian telur bebek
36.706.308
Biaya variabel
2
Kerai/Papan Telur
303.3
Biaya Variabel
3
Garam
485
Biaya variabel
4
Tenaga Kerja
3.530.000
Biaya variabel
5
Penyusutan Alat
190.413
Biaya tetap
6
Pajak
30
Biaya Tetap
7
Ijin Usaha
25
Biaya tetap
Jumlah
40,430,294

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014

            Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah biaya produksi dengan yang dikeluarkan dalam satu tahun dengan rata-rata adalah Rp 40,430,294/tahun. Biaya produksi tersebut di keluarkan yang paling besar adalah untuk pembelian telur dan tenaga kerja. Biaya tenaga kerja pada umumnya adalah tenaga kerja dalam keluarga yang pada kegiatan sebenarnya tidak di bayarkan. Kemudian penggunaan tenaga kerja lain relative rendah karena tidak ada tersedia secara lokal dan banyak yang hanya memerlukan tenaga kerja dalam proses pembuatan .

4.2.5.      Produksi
            Produksi telur industri telur asin di daerah penelitian merupakan telur asin yang sudah di olah yang dihitung dalam satuan butir. Produksi telur asin di hasilkan dalam per sepuluh hari, sehingga dalam satu bulan di lakukan pengolahan sebanyak 3 kali. Untuk proses pengolahan telur asin di lakukan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11.        Rata-Rata Produksi Telur Asin di Daerah Penelitian

No
U r a i a n
Yang Diolah (Butir)
Jumlah Produksi yang dikurangi dgn tingkat kerusakan 3%
1
Produksi I
834
809
2
Produksi II
904
877
3
Produksi III
810
786
4
Produksi/ Bulan
2.547
7.472
5
Produksi Pertahun
30.548
29.658
Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
            Tabel 11 dapat dilihat bahwa produksi telur selama satu tahun mencapai 29.658 butir telur, dengan tingkat kerusakan pecah atau retak mencapai 3 % dari total pengolahan hal ini tingkat kerusakan rendah karena pengolah pada home industri relative sudah berpengalaman sehingga tingkat kerusakan telur dapat ditekan sekecil mungkin. Disamping itu pengolahan telur asin terjadi kerusakan hanya di saat proses awal pengolahan telur sementara setelah telur diolah telur sudah mengeras sehingga kalau pecahpun tidak lagi masalah dan laku dipasarkan.

4.2.6.           Pendapatan
            Pendapatan merupakan selisih penerimaan dari biaya, penerimaan telur asin merupakan hasil penjualan telur asin yang dilapangan dihitung dalam butir. Dalam pemasaran telur asin dijual dalam satuan butir dan tidak dilihat besar kecilnya telur. Untuk penjualan telur asin langsung pembeli yang datang ke  tempat pengolahan yang langsung membeli telur yang setelah di olah langsung di susun dalam rak telur dan disimpan selama proses pengolahan telur sehingga pembeli tidak lagi mengeluarkan biaya pemasaran dan tidak lagi mencari pembeli karna para home indsutri sudah memiliki pelanggan tetap hasil pengolahan telur. Untuk lebih jelas pendapatan pengolahan telur asin dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Rata-Rata Pendapatan Home Industri Telur Asin di Daerah Penelitian

No
Uraian
Satuan
Jumlah


1
Jumlah Produksi
Butir
29,658

3
harga Jual
Rp/butir
2,000

4
Nilai Penjualan
Rp
59,316,923

5
Biaya Produksi
Rp
40.944.944

6
Pendapatan
Rp
18,371,979

Sumber : Data primer diolah Tahun 2014
      
            Tabel 12 dapat dilihat bahwa pendapatan pengolah dalam satu tahun adalah Rp.20.228.902/ tahun sehingga pendapatan yang di peroleh dalam satu bulan adalah Rp1.685.700/ bulan dengan tambahan terserapnya tenaga kerja keluarga sebagai tambahan pendapatan yang tidak dibayar dalam proses pengolahan yang di keluarkan sebanyak Rp. 3.530.000/ tahun.

4.2.7.           Nilai R/C Rasio
            Nilai R/C rasio merupakan untuk mengukur nilai keuntungan relatif dari kegiatan home industri tersebut. Nilai R/C rasio menunjukkan bahwa pemerolehan nilai keuntungan dari proses kegiatan home industri. Rasio penerimaan atas biaya mencerminkan beberapa besar pendapatan yang diperoleh setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam home industri. Nilai R/C rasio < 1 maka home industri tersebut rugi, nilai R/C rasio = 1 maka home industri tersebut berada pada titik inpas atau pulang pokok sementara bila nilai R/C Rasio > maka home industri tersebut menguntungkan. Nilai R/C rasio home industri telur asin pada daerah penelitian adalah sebesar 1,5 hal ini menunjukan bahwa pengolahan telur asin telah menguntungkan.

4.2.8.           Break Event Poin (BEP) Produksi dan harga
            Break Event poin (BEP) produksi merupakan analisis untuk mengetahui berapakah produksi yang harus kita hasilkan sehingga home industri dapat pulang pokok, sehingga home industri diharapkan mampu menghasilkan produksi di atas perhitungan BEP sehingga dapat menguntungkan. Produksi telur asin yang di olah oleh home industri adalah sebanyak 29.658 butir/tahun, sedangkan hasil perhitungan produksi baru home industri mengalami titik inpas yaitu pada produksi 20.472 butir / tahun. Hal ini dapat dilihat bahwa produksi yang dihasilkan home industri sudah diatas titik inpas.
            Break Event poin harga merupakan dimana perhitungan yang bertujuan untuk mengetahui pada harga berapa telur asin tersebut dijual baru menguntungkan sehingga pemilik home industri dapat mengetahui pada harga berapa home industri seharusnya menjual telur asin. Hasil perhitungan harga jual telur asin akan mengalami titik inpas bila penjualan telur asin dijual pada harga Rp.1.338/ butir. Sedangkan home industri sudah menjual dengan harga Rp. 2000/butir sehingga hal ini sudah menguntungkan, selisih harga telur asin adalah sebanyak Rp.662/ butir.


 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.       Kesimpulan
            Berdasarkan hasil kajian dan analisis data dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
  1. Rata-rata pengolahan telur asin sebanyak 29.658 butir/ tahun dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebanyak Rp. 41.929.725/ tahun, harga penjualan telur asin Rp. 2000/ butir dengan rata-rata  penerimaan yang di peroleh Rp. 59,316,923 / tahun dengan pendapatan pertahun adalah Rp.18,371,979 / tahun .
  2. Nilai R/C rasio sudah mencapai di atas 1 dimana nilai R/C rasio  1,5 hal ini sudah menguntungkan dengan produksi akan balik pokok (impas) pada produksi 20.472 butir dan harga jual per butir akan balik pokok (impas) pada harga penjualan telur pada Rp. 1.338/ butir.

5.2.       Saran
            Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil pembahasan dan kesimpulan adalah sebagai berikut:
  1. Pemilik home industri supaya meningkatkan hasil olahannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
  2. Kepada pemerintah untuk membina peternak itik dan mencari pemasaran telur yang lebih jelas sehingga tersedianya bahan utama pengolahan telur asin dan dapat ditingkatkan jumlah produksi pengolahan telur asin


  3. DAFTAR PUSTAKA

    Al Arif, Nur Rianto. Euwis Amelia. 2010. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : Kencana
    Anonim. 2010. Teknologi Hasil Ternak. http://www.ristek.go.id. Diakses pada tanggal 20 januari 2013.
    Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung : PT Rafika Aditama.
    Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE
    Fuad, 2005. Pengantar Bisnis.  PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
    Hanifa N, dan luthfeni. 2006. Makanan Yang Sehat. Azka Press : Bandung
    Kartasapoetra, Ag. 1897. Ekonomi Produksi Pertanian. Penebar Swadaya Jakarta
    Suharno Bambang, 2006, Peluang Usaha Berternak darat. Bebek Sic Surabaya.
    Mosiner, AT. 1997, Menggerakan & Membangun Pertanian. CV. Yasa Guna Jakarta
    Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
    Noor, H.F, 2007 Ekonomi Manajerial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
    Purwanto, D. 1983. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Gajah Mada. Yogyakarta
    Sandwi, 2011, bisnis telor asin dan keuntungannya. Jurusan teknik informatika jenjang strata Sekolah tinggi manajemen informatika dan computer Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
    .                  2004. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
    2006. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Raja Grafindo Persada
    Suharno Bambang, 2006, Peluang Usaha Berternak darat. Bebek Sic Surabaya.
    Winarno, F.G. 2004. Kima Pangan dan Gizi. Jakarta. PT.Gramedia

    Ken Suratiah (2008). Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Cet 2, Jakarta.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH