PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA DAN HASIL SORTASI KOPI SISTEM MANUAL DENGAN SYSTEM KONVEYER DI KOPERASI BAITUL QIRADH BABURRAYYAN KABUPATEN ACEH TENGAH
ABSTRAK
Kopresi
Baitul Qiradh Baburrayyan salah satu
kopersi yang sortasi di lakukan secara manual dan dengan menggunakan mesin
conveyer yang pekerjanya sama-sama menggunakan tenaga kerja wanita, tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil sortasi tenaga kerja sortasi
manual dan tenaga kerja sortasi mesin conveyer, data yang digunakan merupakan
data time series (runutan waktu) selama tiga bulan yaitu bulan September,
Oktober dan November. Metode analisis menggunakan analisis komparasi dengan uji
t.
Dari hasil analisis menggunakan uji t karakteristik tenaga
sortasi untuk umur (0.008) dan lama bekerja ( 0,000) terdapat perbedaan,
sedangkan pendidikan (0,294) dan jumlah tanggungan (0,34) tidak terdapat
perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga sortasi mesin conveyer.
Hasil sortasi Bulan September, Oktober,
November dan total sortasi
(0,0327) tidak terdapat perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga
kerja sortasi dengan mesin conveyer. Disarankan kepada tenaga kerja agar
memanfaatkan waktu untuk meningkatkan hasil sortasi, kepada KBQ Baburrayyan
agar memperhatikan tingkat kesehatan pekerja sehingga tenaga kerja bisa
meningkatkan hasil sortasi.
Kata kunci : Kopi, tenaga kerja wanita, sistem
sortasi manuan dengan
conveyer
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu daerah penghasil
kopi di Provinsi Aceh yang sudah diakui oleh dunia tentang cita rasa kopinya. Kabupaten
Aceh Tengah juga sudah banyak perusahaan
– perusahaan dan koperasi yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi yang saat ini terus
berkembang untuk meningkatkan hasil produksi kopi yang sesuai dengan permintaan
konsumen baik luar Negeri maupun dalam Negeri.
Pembeli kopi yang di Aceh Tengah
pada umumnya merupakan green been yang sudah memalui tahapan sortasi sehingga
kopi baru kopi tersebut di pasarkan. Dalam proses sortasi kopi yang menerima
manfaat merupakan tenaga kerja wanita yang pada umumnya ibu ibu rumah tangga
yang memanfaatkan waktu luang untuk melakukan sortasi yang sipatnya tidak
terikat sehingga sortasinya di hitung berdasarkan hasil bersih yang di
perhitungkan. Sortasi di lakukan beberapa koperasi dan PT. yang bergerak di
bidang kopi di Aceh Tengah yang tersebar di beberapa tempat di Aceh Tengah.
Pada beberapa koperasi atau PT tersebut ada yang bersekala besar dan ada juga
dalam sekala kecil, untuk lebih jelas koperasi dan PT yang bergerak di bidang
perkopian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perusahaan dan Koperasi Pengolahan
Kopi (Pengupasan,
Pembersihan dan Sortasi Biji
Kopi ) Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2015.
No
|
Nama Perusahaan
|
Tahun
Berdiri
|
Bidang
Usaha
|
1
|
2
|
4
|
3
|
1
|
A. Uswatun
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
2
|
CV. Oro Kopi Gayo
|
2013
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
3
|
A. Zerang
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
4
|
Abd. Kadir
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
5
|
Atun
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
|
|
||
Tabel 1.
Lanjutan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
6
|
Bintang Tujuh
|
2000
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
7
|
Buntul Sere
|
2012
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
8
|
Cahaya Adil
|
1994
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
9
|
CV. H. Aman Kuba
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
10
|
CV. Has
|
2009
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
11
|
CV. Putra Rimbun
|
2009
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
12
|
CV. Sinar Sutra
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
13
|
Darfiah Nas
|
2003
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
14
|
Dysni
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
15
|
Ecek
|
1994
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
16
|
Eka Putra
|
1992
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
17
|
Elia
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
|
18
|
Fa. H. Aman Kuba
|
1992
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
19
|
Gajali
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
20
|
Gegarang Linge
|
1994
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
21
|
Gegarang Maju
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
|
22
|
H. Nurdin Aw
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
23
|
H. Nurdin Awi
|
2009
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
24
|
H.A. Abs
|
1992
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
25
|
Haji Ibrahim
|
1994
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
|
26
|
Has
|
1994
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
27
|
Ibrahim
|
1992
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
28
|
Idham Yunus
|
2005
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
29
|
Jingki Gayo
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
30
|
Kardi
|
1999
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
31
|
KBQ Baburrayyan
|
2002
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
32
|
Kilang Kopi
|
2009
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
33
|
Kilang Kopi Kasihnimun
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
34
|
Kilang Kopi Nusantara
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
35
|
Kinanty Budi
|
2012
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
36
|
Ksu Arinagata
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
37
|
Kud. Sinar Tiga
|
1995
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
38
|
Lepo Gayo
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
39
|
M. Yunan Arnas
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
40
|
Mahmud Abas
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
41
|
Maju Bersama
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
42
|
Mali
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
43
|
Mawar Jaya
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
44
|
Mawarni
|
1996
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
45
|
Musara Jaya
|
1996
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
46
|
Muslim
|
1992
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
47
|
Nurmala Sari
|
2010
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
48
|
Nusantara
|
1995
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
49
|
Pabrik Kopi Sarako
|
2012
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
50
|
Penggilingan Cherry
|
2009
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
51
|
Permata
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
52
|
Pt. Baburrayan
|
2006
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
53
|
Pt. Ika
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
54
|
Reje Kuyun
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
55
|
Resunah
|
1991
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
56
|
Ribang Gayo
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
57
|
Roda Besi
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
58
|
Sepakat
|
1996
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
59
|
Subhan S.Ag
|
2011
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
60
|
Sugiman
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
61
|
Sulaiman
|
2000
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
Tabel 1. Lanjutan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
62
|
Sumber Kiani
|
1996
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
63
|
Telege Sakinah
|
2015
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
64
|
Tunah Kolak Jaya
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
65
|
Ud. Sepakat
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
66
|
Ud.Mandiri Utama
|
2012
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
67
|
Usaha Baru
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
68
|
Wahyuddin
|
-
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
69
|
Yunus Lukman
|
1993
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
70
|
Z. H
|
2014
|
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi
Kopi
|
Sumber : Dinas Perindustrian
Kabupaten Aceh Tengah, 2015
Tabel 1 dapat kita ketahui bahwa perusahaan dan
koperasi yang bergerak dalam bidang
pengolahan kopi di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 70 perusahaan dan koperasi
salah satunya adalah Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan merupakan koperasi yang
berada di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah
yang bergerak di bidang pertanian yaitu kopi, yang didirikan pada 21 Oktober
2002 dengan badan hukum No. 62.01/233/BH/X/2002. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
terus meningkatkan pengelolaan aset-aset koperasi yang
berupa unit produksi atau pengolahan kopi. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan menjalin
hubungan kemitraan dengan petani kopi yang terdapat di dua Kabupaten
yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berupa pembelian kopi
langsung ke petani yang telah bergabung dengan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.
Selain itu Koperasi
Baitul Qiradh Baburrayyan juga menjalin kemitraan
dengan beberapa lembaga luar seperti NCBA dan masih banyak kemitraan lainnya.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan telah memiliki beberapa
karyawan atau tenaga kerja yang menjalankan kegiatan dalam perusahaan. Tenaga
kerja merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan proses produksi. Semua koperasi
dan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak, salah
satu bidang yang membutuhkan banyak tenaga kerja dalam proses produksi kopi
adalah tenaga kerja sortasi biji kopi yang jumlahnya dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Sortasi di Koperasi Baitul
Qiradh Baburrayyan Tahun 2010-2016.
Tahun
|
Jumlah
Tenaga Kerja Sortai
|
|
Sortasi Conveyor
|
Sortasi Manual
|
|
2010
|
60
|
60
|
2011
|
60
|
60
|
2012
2013
2014
2015
2016
|
60
60
60
60
60
|
60
60
60
60
60
|
Sumber : Koperasi Baitul Qiradh
Baburrayyan, 2016
Tabel 2 dapat diketahui
bahwa jumlah tenaga kerja sortasi di Koperasi
Baitul Qiradh Baburrayyan dari tahum 2010 hingga tahun 2016 jumlahnya tetap
yaitu sebanyak 60 tenaga kerja karena untuk bagian tenaga kerja sortasi
dibatasi dan tidak ada penambahan dan pengurangan tenaga kerja, jika ada tenaga
kerja yang keluar pihak perusahaan akan menerima tenaga kerja lain sebagai
pengganti tenaga kerja yang telah keluar.
Kopresi Baitul Qiradh
Baburrayan terdapat 2 jenis sortasi yaitu sortasi manual dengan sortasi
menggunakan mesin atau Conveyer, kedua sortasi ini menggunakan tenaga kerja
wanita, sedangkan pada kedua jenis sortasi ini tetap menggunakan tenaga kerja
wanita, bedanya adalah proses pelaksanaannya. Dalam perhitungan upah tenaga
kerja tetap pada hasil sortasi. Untuk yang manual dihitung per individu dan
berdasarkan hasil sortasi biji bagus, sedangkan untuk conveyer digitung biji
bagus dan berdasarkan kemampuan tim yang selanjutnya baru di bagi dari semua
anggota. Untuk tenaga kerja sortasi dengan conveyer memerlukan kecepatan dan
kemampuan tim. Untuk menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak. Dalam
penelitian ini akan melihat apakan ada perbedaan antara sortasi manual dengan
sortasi menggunakan mesin (conveyer).
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini apakah terdapat perbandingan Karaktersitik Tenaga kerja dan hasil
sortasi kopi
sistem manual dengan conveyer
di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah.
1.3
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan Karaktersitik Tenaga kerja dan hasil
sortasi kopi
sistem manual dengan conveyer di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Kabupaten Aceh
Tengah.
1.4
Kegunaan
Penelitian
1. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti dalam memperdalam ilmu pengetahuan dibidang pertanian (agribisnis),
khususnya dalam bidang kepuasan tenaga kerja sortasi di suatu perusahaan kopi.
2. Bagi
perusahaan atau para pelaku kegiatan agribisnis dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Sebagai
referensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian perbandingan sortasi kopi sistem manual dengan conveyer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasca Panen Kopi
Kopi merupakan
salah satu komoditas
penting di dalam perdagangan dunia
yang melibatkan beberapa
negara produsen dan banyak
negara konsumen. Kopi,
meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman
ini mempunyai peranan
penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2011),
areal perkebunan kopi
di Indonesia pada
tahun 2010 mencapai lebih
dari 1,210 juta
hektar dengan total
produksi sebesar 686.921 ton dimana 96% diantaranya yaitu
areal perkebunan kopi
rakyat, dengan jumlah
petani yang terlibat
sebanyak 1.881.694KK. Laju
perkembangan areal kopi
di Indonesia rata-rata
mencapai sebesar 2,11 % per tahun (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/9/2012).
Perkembangan
yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan teknologi
dan sarana pascapanen
yang cocok untuk
kondisi petani agar mereka
mampu menghasilkan biji
kopi dengan mutu seperti
yang dipersyaratkan oleh
Standard Nasional Indonesia. Adanya jaminan
mutu yang pasti,
ketersediaan dalam jumlah
yang cukup dan pasokan yang tepat
waktu serta keberlanjutan merupakan beberapa persyaratan
yang dibutuhkan agar
biji kopi rakyat
dapat dipasarkan pada tingkat harga yang lebih menguntungkan (Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012)
Untuk memenuhi
persyaratan di atas
penanganan pascapanen kopi rakyat
harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah seperti
halnya produk pertanian
yang lain. Buah
kopi hasil panen perlu
segera diproses menjadi
bentuk akhir yang
lebih stabil agar aman untuk
disimpan dalam jangka waktu tertentu. Oleh
karena itu tahapan
proses dan spesifikasi
peralatan kopi yang menjadi kepastian
mutu harus didefinisikan dengan jelas. Untuk itu diperlukan
suatu acuan standar
sebagai pegangan bagi petani/pengolah dalam
menghasilkan produk yang
dipersyaratkan pasar. Seiring dengan
meningkatnya tuntutan konsumen
terhadap produk yang aman
dan ramah lingkungan,
maka acuan standar tersebut harus
mengakomodasi prinsip penanganan
pascapanen yang baik dan benar
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012)
Keberhasilan penanganan
pascapanen sangat tergantung
dari mutu bahan baku dari kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu
penanganan proses produksi di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan
prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan benar (Good Agricultural
Practices/GAP). Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan bagi konsumen,
bahwa produk yang
dipasarkan diperoleh dari
hasil serangkaian proses yang
efisien, produktif dan
ramah lingkungan. Dengan demikian
petani akan mendapatkan
nilai tambah berupa insentif peningkatan harga dan jaminan
pasar yang memadai (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/9/2012)
2.2. Penelitian
Terdahulu
Penelitian
yang dilakukan oleh Suci Rahmadani (2013) dengan judul “ Analisis
Perbandingan Tingkat Pendapatan Usahatani Pola Diversifikasi Dengan Monokultur
Pada Lahan Sempit (Kasus : Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang)”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perbandingan total biaya produksi pada usahatani
pola diversifikasi dengan usahatani pola monokultur, menganalisis perbandingan
penerimaan pada usahatani pola diversifikasi dengan pola monokultur,
membandingkan tingkat pendapatan usahatani pola diversifikasi dengan pola
monokultur dan menganalisis R/C ratio pada usahatani pola monokultur dan
diversifikasi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari
petani. Petani responden ditentukan secara acak berstrata sederhana secara
proporsional (proportional stratified random sampling) sebanyak 30 orang yang
terdiri dari 18 orang petani pola monokultur dan 12 pola diversifikasi. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis statistik uji beda rata-rata dua
sampel bebas (independent sampel t-test). Hasil penelitian menunjukkan total
biaya produksi pada usahatani pola diversifikasi lebih daripada monokultur,
penerimaan pada usahatani pola diversifikasi lebih besar daripada monokultur,
pendapatan pada usahatani pola diversifikasi lebih besar daripada monokultur
dan nilai R/C ratio pada usahatani pola monokultur dan diversifikasi >1,
yang artinya usahatani yang dilakukan pada pola monokultur dan diversifikasi
layak atau menguntungkan bagi petani. Kata Kunci : diversifikasi, monokultur,
uji beda
I Putu Ajus Heryana. NIM. 0805315005. (2015) “ Perbandingan Pendapatan Antara Usahatani
Tanaman Kopi dan Usahatani Tanaman Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli”.
Beberapa tahun terakhir di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli mengalami
peningkatan pada produksi jeruk siam, serta banyaknya petani yang beralih dari
menanam tanaman kopi menjadi tanaman jeruk. Karena petani beranggapan apabila
membudidayakan tanaman jeruk dirasakan lebih menguntungkan daripada
membudidayakan tanaman kopi arabika, dan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Di Daerah tersebut salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan
usahatani jeruk dan usahatani kopi karena sesuai dengan keadaan iklim dan
kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani tersebut banyak dilakukan
di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani yang utama dilakukan di
setiap rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mendorong perubuhan dari tanaman kopi menjadi tanaman jeruk dan
membandingkan pendapatan petani dari tanaman jeruk dengan tanaman kopi. Hasil
Penelitian ini, dengan jumlah luasan 31,3 ha nilai rata-rata tanaman kopi
sebesar Rp.232.750.000,00 dan tanaman jeruk menunjukan nilai rata-rata Rp.
263.200.000,00. Kata kunci : Usahatani, Produksi, Pendapatan
2.3. Landasan Teori
2.3.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja,
tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
(Simanjuntak, 1998) dalam (Oktaviana Dwi Saputri, 2011).
Tenaga kerja
adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika
ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktifitas tersebut. (Mulyadi, 2003) dalam (Oktaviana
Dwi Saputri, 2011).
Tenaga kerja Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat
2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk
tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64
tahun. Menurut pengertian ini,
setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) di pilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja
(labor force) dan bukan angkatan
kerja. yang termasuk angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia
kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak
sedang bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja
yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak
mencari pekerjaan, yaitu orang - orang yang kegiatanya bersekolah (pelajar,
mahasiswa), mengurus rumah tangga (maksudnya ibu - ibu yang bukan wanita
pekerja) serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas
jasa kerjanya (pensiunan dan
penderita cacat). (Fahmi, 2007) dalam (Muhammad Fuad
Kadafi, 2013).
Pengertian
umum mengenai tenaga kerja telah tercantum dalam Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yaitu
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ,2009) dalam Siti Maria
2012, sesuai dengan yang disarankan oleh
International Labor Organization( ILO ) adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang dikelompokkan ke
dalam angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. BPS membagi tenaga kerja ( Employed ) menjadi 3 macam, yaitu:
1. Tenaga
kerja penuh ( Full Employed ), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu
dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan
uraian tugas.
2. Tenaga
kerja tidak penuh atau setengan pengangguran ( Under Employed ), adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35
jam seminggu.
3. Tenaga
kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (Unemployed), adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1
jam per minggu.
Pada
dasarnya tenaga kerja dibagi ke dalam kelompok angkatan kerja (labor force) dan
bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja adalah (1) golongan
yang bekerja dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Menurut
BPS (2009) dalam Siti Maria 2012, angkatan kerja yang di golongkan bekerja
adalah Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah :
a)
Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan yang lamanya bekerjapaling sedikit
selama satu jam dalam seminggu yang
lalu.
b). Mereka yang selama seminggu
sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan
atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah : Pekerja
tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun
perusahaan menghentikan kegiatan
sementara.
- Petani yang
mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu hujan untuk menggarap sawah.
- Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti
dokter, dalang dan lain lain.
2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur
dan sedang mencari pekerjaan
yaitu :
a) Mereka
yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha mencari pekerjaaan.
b) Mereka
yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.
c) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang
berusaha mendapatkan pekerjaaan. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan
angkatan kerja adalah tenaga kerja atau
penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan, yaitu
orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/ mahasiswa), mengurus rumah tangga maksudnya ibu-ibu yang
bukan merupakan wanita karier atau
bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung dari jasa kerjanya (pensiun/ penderita cacat)
(Simanjuntak, 2001) dalam Siti Maria 2012.
2.3.2.
Partisipasi
Tenaga Kerja Wanita
Menurut Sumarsono (2008), peningkatan partisipasi
wanita dalam kegiatan ekonomi karena: Pertama, adanya perubahan pandangan dan
sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan pria,
serta makin disadari perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam
pembangunan. Kedua, adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi
yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dari kebutuhan hidup dari
orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri. Pekerja
wanita dihadapkan pada kenyataan bahwa produktivitas wanita dalam usahanya
berpartisipasi diluar rumah dibatasi oleh sektor domestiknya, sehingga mempengaruhi
ibu rumah tangga untuk memasuki berbagai jenis pekerjaan yang ada di pasaran
kerja.Keterlibatan ibu rumah tangga untuk mencari nafkah menentukan besar
kecilnya pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan besar kecilnya
pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan tingkat hidup atau standar of
living, status sosial ekonomi serta tingkat hidup dari keluarganya.Peranan
wanita dalam rumah tangga diukur atau dilihat dari seberapa besar kontribusi
pendapatan keluarga, semakin bernilai sumbangan pendapatan yang diberikan
istri, semakin berarti (Sumarsono 2008) dalam Siti Maria 2012.
2.3.3.
Standar Mutu Kopi
Standar mutu diperlukan sebagai tolok
ukur dalam pengawasan mutu dan merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi
klaim dari konsumen dan dalam memberikan umpan balik ke bagian pabrik dan bagian
kebun (Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/9/2012).
Standar
Nasional Indonesia biji kopi yang telah dikeluarkan oleh Badan Standardisasi
Nasional yaitu SNI Nomor 01-2907-2008. Persyaratan umum mutu biji kopi dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Umum Mutu Biji Kopi
No
|
Jenis Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
1
|
Kadar air, (b/b)
|
%
|
Maks 12,5
|
2
|
Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan
benda-benda asing lainnya
|
%
|
Maks 0,5
|
3
|
Serangga hidup
|
-
|
Tidak ada
|
4
|
Biji berbau busuk dan berbau kapang
|
-
|
Tidak ada
|
Sumber : Standar
Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.
Catatan : b/b yaitu berat/ berat dalam kondisi basah
Tabel 4. Syarat Mutu
Ukuran Khusus Kopi Arabika
Ukuran
|
Kreteria
|
Satuan
|
Persyaratan
|
Besar
|
Tidak lolos ayakan berdiameter 6.5 mm
|
% Fraksi
Massa
|
Maks lolos 5
|
Sedang
|
Lolos ayakan diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 6 mm
|
% Fraksi
Massa
|
Maks lolos 5
|
Kecil
|
Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan
berdiameter 5 mm
|
% Fraksi
Massa
|
Maks lolos 5
|
Sumber : Standar
Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.
Tabel 5. Klasifikasi Grade/Hasil Sorting
Berdasarkan SNI
Mutu
|
Syarat Mutu
|
Mutu 1
|
Jumlah nilai cacat
maksimum 11
|
Mutu 2
|
Jumlah nilai cacat 12
sampai dengan 25
|
Mutu 3
|
Jumlah nilai cacat 26
sampai dengan 44
|
Mutu 4-a
|
Jumlah nilai cacat 45
sampai dengan 60
|
Mutu 4-b
|
Jumlah nilai cacat 61
sampai dengan 80
|
Mutu 5
|
Jumlah nilai cacat 81
sampai dengan 150
|
Mutu 6
|
Jumlah nilai cacat
151 sampai dengan 225
|
Sumber
: Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008.
Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.
2.3.4. Sortasi Biji
Kopi Beras
Sortasi
dilakukan untuk memisahkan
biji kopi berdasarkan ukuran, cacat
biji dan benda
asing. Sortasi ukuran
dapat dilakukan dengan ayakan mekanis maupun dengan manual.
Cara sortasi biji
yaitu dengan memisahkan
biji-biji kopi cacat
agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-2008 (Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012).
2.3.5.
Uji Beda Dua Rata- rata
(Uji-t)
Untuk menguji beda rata-
rata dua sampel yang berbeda yaitu yang di uji adalah perbedaan rata- rata pendapat sampel satu dan sampel
dua. langkah –langkah sebagai berikut :( Sudjana ,1984).
1. Rumus hipotesis :
Ho : H1 = H2
H1 : H1 ≠H2
2. Jika ragam sama, maka
rumus uji statistik t (uji t ):
Dimana
derjat bebes ( db) =v =
-Apabila
ragam tidak sama, maka uji statistik t (uji t) :
Derajat bebes:
Dimana :
Rata – rata pengamatan variabel 1
=Rata –
rata pengamatan variabel 2
Ragam
untuk pengamatan 1
Ragam
untuk pengamtan 2
Jumlah
sampel pengamatan 1
Jumlah
sampel pengamatan 2
3.
Kiteria Keputusan
H0
Tidak dapat ditolak jika:
r hitung < r tabel atau
t hitung < t tabel atau
Sig. > alpha
Ha diterima Jika:
r hitung > r tabel atau
t hitung > t tabel atau
Sig. <
alpha (Suliyanto 2011).
2.4.
Kerangka Pemikiran
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan adalah salah satu kopersi
yang memperkerjakan tenaga kerja wanita dalam melakukan sortasi kopi yang
sipatnya tenaga kerja lepas. Sistem perhitungan dalam sortasi tersebut adalah
tergantung dari jumlah hasil sortasi yang dihasilkan, upah tenaga kerja
dihitung dalam satuan Kg/ Rp, sehingga tenaga kerja harus berusaha untuk
menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak.
Dalam proses sortasi terdapat 2 jenis sortasi, yang pertama
secara manual dengan menggunakan kecepatan tangan kemudian dikumpulkan lalu
dihitung berapa hasil sortasinya, selanjutnya ada yang menggunakan mesin (conveyer)
dimana menggunakan alat dan tenaga kerja sortasi bersifat kelompok yang
kemudian hasilnya di bagi untuk seluruh kelompok.
Untuk proses manual tidak ada pemilihan tim sedangkan untuk
menggunakan mesin adanya pemilihan anggota tim, hal ini karena perlu kekompakan
kerja sama dalam tim. Dari kedua proses ini akan di bandingkan dari hasil
sortasi antara manual dengan sistem conveyer bauk dari hasil sortasi dan
karakteristik tenaga kerja sortasi. Untuk lebih luad dapat dilihat pada gambit
1
Koperasi
Baitul Qiradh Baburrayyan
|
Perbandingan
1. Karaktersitik
Tenaga Kerja
2. Hasil
Sortasi
3.
|
Sistem
Manual
|
Sortasi
Biji Kopi
|
Sistem
Conveyer
|
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka pemikiran yang telah digambarkan di atas, diduga terdapat perbandingan karakteristik tenaga sortasi dan
hasil sortasi kopi
sistem manual dengan conveyer
di Koperasi Baitul Qiradh
Baburrayyan Kabupaten
Aceh Tengah.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan berlokasi di Kampung
Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah yang berjarak 8 kilometer dari pusat kota tepatnya berada di jalan
Takengon-Isaq bergerak di bidang pertanian yaitu kopi. di lokasi tersebut
terdapat bangunan kantor, gudang dan lantai jemur.
4.2. Sejarah Singkat Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan merupakan koperasi yang
berada di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah
yang bergerak di bidang pertanian yaitu kopi, yang didirikan pada 21 Oktober
2002 dengan badan hukum No. 62.01/233/BH/X/2002. Koperasi Baitul Qiradh
Baburrayyan terus meningkatkan pengelolaan aset-aset koperasi yang berupa unit
produksi atau pengolahan kopi. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan menjalin
hubungan kemitraan dengan petani kopi yang terdapat di dua Kabupaten
yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berupa pembelian kopi
langsung ke petani yang telah bergabung dengan anggota Koperasi Baitul Qiradh
Baburrayyan. Selain itu Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan juga menjalin kemitraan
dengan beberapa lembaga luar seperti NCBA dan masih banyak kemitraan lainnya.
4.3.
Karakteristik
Responden
4.3.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur merupakan salah satu faktor
penentu bagi tenaga kerja dalam menjalakan kegiatan usaha, kemampuan fisik dan
cara berfikir dipengaruhi oleh umur. Pekerja yang telah lanjut usia kemampuan
fisiknya cenderung menurun dan sering kesulitan dalam menerima perubahan maupun
inovasi karena selalu berpijak pada pengalaman yang telah dialaminya. Untuk tingkat umur pekerja sortasi sistem manual dan sortasi
conveyer dapat di lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik
Pekerja berdasarkan umur di KBQ Baburrayyan
Sistem
|
Katagori
|
Jumlah
Sampel
|
Persentase
|
|
Manual
|
21-28 Thn
|
6
|
22
|
|
29-40 Thn
|
20
|
74
|
||
41-48 Thn
|
1
|
0.27
|
||
Conveyer
|
21-28 Thn
|
5
|
19
|
|
29-40 Thn
|
22
|
81
|
||
41-48 Thn
|
0
|
0
|
||
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
|
Tabel 7 dapat dilihat bahwa untuk umur pekerja sortasi relativ
sama antara pekerja manual dan pekerja menggunakan conveyer hal ini bila kita
lihat dari persentasenya sangat kecil selisihnya, bedanya hanya pada tenaga
kerja manual ada pekerja diatas 48 tahun 1 orang pekerja.
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan tenaga
kerja tenaga sortasi tidak ada hubungan dengan hasil sortasi hal ini karena
pada koperasi tersebut tidak diijinkan anak-anak untuk masuk dalam lokasi
sortasi sehingga hanya tergantung pada tenaga kerja yang melakukan sortasi.
Disamping itu tenaga kerja sudah memiliki jadwal masuk dan jadwal keluar dari
koperasi tersebut, Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Karaktersitik Pekerja Berdasarkan Jumlah
Tanggungan di KBQ
Baburrayyan
Sistem
|
Katagori
|
Jumlah
Sampel
|
Persentase
|
|
Manual
|
1-2 Jiwa
|
14
|
52
|
|
3-4 Jiwa
|
9
|
33
|
||
5-6 Jiwa
|
2
|
7
|
||
Conveyer
|
1-2 Jiwa
|
21
|
78
|
|
3-4 Jiwa
|
2
|
8
|
||
5-6 Jiwa
|
0
|
|
||
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
|
Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan untuk
tenaga sortasi proses manual jumlah tanggungan rata-rata pada katagori 1-2
sedangkan untuk untuk sortasi dengan conveyer jumlah tanggungan juga pada
katagori 1-2. Untuk tenaga kerja sortasi conveyer ada tenaga kerja yang tidak
memiliki jumlah tanggungan sehingga adanya 14 persen jumlah tanggungan yang
tidak masuk dalam katagori.
4.3.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama bekerja akan mempengaruhi pengamalan tenaga kerja,
semakin lama tenaga kerja maka akan semakin bepengalaman sehingga diharapkan
tenaga kerja yang lebih lama akan mampu menghasilkan hasil sortasi yang lebih
banyak. Untuk lama bekerja dari tenaga kerja sortasi manual dan conveyer dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Karaktersitik Pekerja berdasarkan Lama
Bekerja di KBQ
Baburrayyan
Sistem
|
Katagori
|
Jumlah Sampel
|
Persentase
|
|
Manual
|
1-2 Tahun
|
24
|
89
|
|
3-4Tahun
|
2
|
7
|
||
5-6Tahun
|
1
|
4
|
||
Conveyer
|
1-2Tahun
|
6
|
33
|
|
3-4Tahun
|
21
|
77
|
||
5-6Tahun
|
0
|
0
|
||
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
|
Tabel 9 dapat dilihat bahwa untuk tenaga kerja sistem
manual pada umumnya tenaga kerja yang lama bekerja pada 1-2 tahun sedangkan
untuk tenaga kerja pada sortasi conveyer tenaga kerja yang lama bekerjanya pada
3-4 tahun.
4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Dalam dunia kerja pendidikan
merupakan tolak ukur kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan, dan
kuantitas dan kualias pekerjaan akan di tentukan oleh tingkat pendidikan
seseorang, untuk tenaga kerja sortasi pendidikan formal tidak menjadikan ukuran
dalam melakukan sortasi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Karaktersitik Pekerja berdasarkan Tingkat
Pendidikan di KBQ
Baburrayyan
Sistem
|
Katagori
|
Jumlah Sampel
|
Persentase
|
|
Manual
|
SD
|
0
|
0
|
|
SMP
|
8
|
30
|
||
SMA
|
19
|
70
|
||
Conveyer
|
SD
|
0
|
0
|
|
SMP
|
8
|
30
|
||
SMA
|
19
|
0
|
||
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
|
Tabel 10 dapat dilihat bahwa pendidikan tenaga kerja
sortasi manual dengan tenaga kerja conveyer sama dan tidak ada perbedaan dimana
30 % pendidikan SMP dan 70 % pendidikan SMA.
4.4. Hasil Sortasi
Tenaga kerja sortasi
diharapkan dapat Sortasi dilakukan untuk
memisahkan biji kopi
berdasarkan ukuran, cacat biji
dan benda asing.
Sortasi ukuran dapat
dilakukan dengan ayakan mekanis
maupun dengan manual. Cara sortasi biji
yaitu dengan memisahkan
biji-biji kopi cacat
agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan
ketentuan pada koperasi baitul Qiradh
Baburrayyan. Dalam perhitungan upah tenaga kerja pada tenaga kerja sortasi baik
manual maupun menggunakan conveyer dihitung berdasarkan hasil sortasi dan
dihitung berdasarkan hasil sortasi yang di hitung Rp/Kg, sehingga tenaga kerja
harus mampu menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak. Hasil sortasi dapat
dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Sortasi secara manual dengan sistem Conveyer
di KBQ
Baburrayyan
Sistem
|
Bulan
|
Hasil Sortasi (Kg)
|
Ket
|
|
Manual
|
September
|
799
|
|
|
Oktober
|
789
|
|||
November
|
833
|
|||
Jumlah
|
|
2421
|
|
|
Conveyer
|
September
|
651
|
|
|
Oktober
|
802
|
|||
November
|
783
|
|||
Jumlah
|
|
2236
|
|
|
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
|
Tabel 11 dapat dilihat, hasil sortasi pada Bulan September
lebih tinggi pada bulan sistem manual dari pada sistem conveyer dengan selisih
148 Kg. undangkan pada bulan November lebih tinggi pada pada sistem conveyer
dari pada sistem manual dengan selisih 13 Kg. sedangkan pada bulan November
lebih tinggi pada sistem manual.
4.5. Analisis Perbandingan Karakteristik Tenaga Kerja
Sortasi Manual
dengan
Tenaga kerja sortasi Mesin Conveyer
Proses sortasi di
KBQ Baburrayyan untuk proses sortasi manual tidak memiliki syarat khusus hanya
kemampuan dalam sortasi dan mampu memilih kopi dengan benda lainnya, sementara
untuk sortasi menggunakan mesin conveyer perlu keterampilan khusus sehingga
hasil sortasi bisa lebih bagus. Untuk lebih jelas hasil analisis dengan uji t
mengenai karakteristik tenaga kerja sortasi dapat dilihat pada tabel 12
Tabel 12. Hasil analisis uji t karakteristik tenaga
kerja sortasi di KBQ
Baburrayyan
No
|
Variabel
|
Mean
|
Selisih Mean
|
Sig
|
Sig ( 2 -Tailed)
|
|
1
|
Umur
M
|
32.333
|
2.667
|
0.781
|
0.008
|
|
Umur
C
|
29.666
|
|||||
2
|
Jumlah
Tanggungan M
|
2.285
|
0.619
|
0.529
|
0.034
|
|
Jumlah
Tanggungan C
|
1.666
|
|||||
3
|
Pendidikan
M
|
10.888
|
0.445
|
0.258
|
0.294
|
|
Pendidikan
C
|
11.333
|
|||||
4
|
Lama
Bekerja M
|
2.111
|
0.963
|
0.467
|
0,000
|
|
|
Lama
Bekerja C
|
3.074
|
|
|
|
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Tabel 12 dapat dilihat bahwa untuk umur mean umur tenaga
kerja sortasi sistem manual 32.333, untuk umur tenaga kerja sistem compveyer
29.666 selisih nilai mean yaitu 2,667 artinya umur tenaga sortasi manual lebih
tua dibandingkan dengan tenaga kerja yang menggunakan mesin conveyer.nilai Sig
yaitu 0.781 lebih besar dari nilai
5 % atau
0,05 artinya data homogen antara umur tenaga kerja manual dengan tenaga kerja conveyer.
Nilai Sig 2 tailed yaitu 0,008 nilai
yang diperoleh lebih kecil dari
5
% atau 0,05 artinya terdapat
perbedaan umur antara tenaga kerja sortasi sistem manual dengan tenaga kerja conveyer.
Umur tenaga kerja system conveyer lebih muda daripada tenaga kerja manual hal inin
karena untuk tenaga kerja conveyer diharapkan yang memiliki umur muda sehingga
mampu lebih cepat tanggap pada pekerjaanya di samping lebih enerjik serta
produktif dalam bekerja dengan harapan dapat bekerja lebih maksimal. Ketelitian
serta hasil kerja maksimal lebih di tuntut pada yang menggunakan mesin
konveyer.
Jumlah tanggungan tenaga kerja sistem manual dengan
nilai mean 2.285, nilai mean tenaga
kerja conveyer 1.666 selisih nilai mean yaitu 0,619 artinya jumlah tanggungan
tenaga kerja sortasi manual lebih` tinggi di bandingkan tenaga kerja sortasi
dengan mesin conveyer. Nilai sig 0,529 nilai yang diperoleh lebih besar dari
5
% atau 0,05 artinya penyebaran
data homogen. Nilai Sig 2 tailed yaitu 0,034 nilai yang diperoleh lebih besar
dari
5
% atau 0,05 artinya tidak
terdapat perbedaan antara jumlah tanggungan dari kedua jenis tenaga sortasi
tersebut.
Tanggungan tidak
ikut dalam sortasi sehingga tidak ada peranan tanggunggan dalam melakukan
sortasi, tanggungan hanya sebagai motivasi bagi pekerja untuk bekerja sehingga
mendapat penerimaan yang lebih, yang kaitannya ke kebutuhan tanggungan yang
harus di penuhi.
Pendidikan tenaga kerja sortasi untuk pendidikan tenaga
kerja sistem manual dengan nilai mean 10,888 sedangkan pendidikan tenaga kerja sistem
conveyer dengan nilai mean 11,333 selisih nilai mean yaitu 0,445 artinya
pendidikan tenaga kerja sortasi sistem conveyer lebih tinggi dari dari pada sistem
manual. Nilai sig yaitu 0,258 nilai yang diperoleh lebih besar dari
5
% atau 0,05 artinya penyebaran
data homogen. Nilai sig 2 tailed yaitu 0,294 nilai yang diperoleh lebih besar
dari
5
% atau 0,05 artinya tidak
terdapat perbedaan antara pendidikan
tenaga sortasi manual dengan pendidikan tenaga sortasi menggunakan mesin conveyer.
Pendidikan bukan menjadi indicator dalam melakukan
sortasi, hal ini karena dalam sortasi keahlian teknis lebih di utamakan sehingga
mampu menghasilkan hasil sortasi. Dalam sortasi yang sipatnya tenaga kerja
lepas yang di tuntut merupakan kuantitas kerja dan pembayaran upah berdasarkan
banyaknya hasil sortasi yang di kalikan dengan upah persatuan Kgnya, sehingga
pendidikan pekerja bukan menjadi indicator sebagai syarat dalam melakukan
sortasi
Lama bekerja sistem manual dengan nilai mean yang
diperoleh 2.111 nilai mean lamanya pekerja tenaga kerja sortasi dengan sistem conveyer
3.074 selisih nilai mean yaitu 0,963 artinya lebih tinggi pengalaman tenaga
kerja sortasi mesin dari pada tenaga kerja sortasi manual. Nilai sig yang
diperoleh yaitu 0,467 nilai yang diperoleh tersebut lebih besar dari
5
% atau 0,05 artinya penyebaran
data lamanya bekerja homogen. Nilai sig 2 tailed yaitu 0,000 nilai yang di
peroleh lebih kecil dari
5
% atau 0,05 artinya terdapat
perbedaan pengalaman tenaga kerja sortasi antara manual dengan tenaga kerja
mesin conveyer.
Lama bekerja akan melatih pekerja untuk lebih selektif
dalam bekerja dan kemampuan mata tangan serta syaraf lain yang memiliki peranan
dalam sortasi akan bekerja lebih ekstra dan akan terbiasa melakukan sortasi
sehingga semakin lama pekerja bekerja maka akan kemampuan melakukan sortasi
semakin tinggi dan hasil sortasi akan semakin banyak.
4.5. Analisis Perbandingan Hasil Sortasi Tenaga Kerja
Sortasi Manual
dengan
Tenaga kerja sortasi Mesin Conveyer
Hasil sortasi merupakan kopi
green been yang sudah terseleksi baik dari ukuran, sampah, dan benda asing
lainya. Setelah selesai sortasi kopi di timbang kemudian di catat jumlahnya
selanjutnya akan di hitung dalam selama seminggu yang selanjutnya di kalikan
dengan upah per Kg nya untuk di serahkan ke masing- masing tenaga kerja
sortasi. Hasil analisis perbandingan produksi dan jumlah produksi hasil sortasi
tenaga kerja manual dengan tenaga kerja mesin conveyer dapat dilihat pada tabel
13
Tabel 13. Hasil analisis uji t hasil sortasi tenaga kerja sortasi di KBQ
Baburrayyan
No
|
Produksi Pada Bulan
|
Mean
|
Selisih Mean
|
Sig
|
Sig ( 2 -Tailed)
|
|
1
|
September
C
|
6.511
|
0
|
|||
September
M
|
6.511
|
|||||
2
|
Oktober
C
|
8.02
|
0
|
|||
Oktober
M
|
8.02
|
|||||
3
|
November
C
|
7.85
|
0
|
|||
November
M
|
7.85
|
|||||
4
|
Jumlah
C
|
2.238
|
0.004
|
0,000
|
0.327
|
|
|
Jumlah
M
|
2.234
|
|
|
|
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Tabel 13 dapat
dilihat bahwa hasil sortasi bulan September, Oktober dan November nilai mean
tidak ada perbedaan yang signifikan dan selisih mean dengan nilai 0 hal ini
tidak terdapat perbedaan produksi hasil sotrasi dari ke tiga bulan ini. Untuk
total hasil sortasi dari bulan September, oktober dan November nilai mean total hasil sortasi dengan mesin conveyer
dengan nilai 2.238 nilai mean sortasi manual dengan nilai 2.234 selisih nilai
mean 0,004 artinya hasil sortasi sistem conveyer lebih tinggi dari sortasi sistem manual. Nilai sig yaitu 0,000
artinya data jumlah produksi tidak homogen. Nilai sig 2 Tailed yaitu 0,327
nilai yang diperoleh lebih lebih besar dari nilai
5
% atau 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan produksi hasil sortasi
antara sistem manual dengan sistem mesin compeyer.
Tenaga kerja manual
tidak memiliki target dalam melakukan sortasi hanya berdasarkan jumlah yang di
peroleh perhari yang dikumpulkan selama seminggu, sementara untuk tenaga kerja
konveyer memiliki target dengan tenaga kerja yang sudah diseleksi berdasarkan kelompok,
mesin konveyer digunakan untuk melakukan sortasi dengan lebih cepat yang sudah
terukur persatuan jam dalam melakukan sortasi sehingga disaat musim panen kopi,
dapat tersortasi dengan cepat sehingga biji kopi green been dapat langsung di
simpan atau di ekspor, Sehingga tidak terjadi penumpukan kopi asalan di
bagian sortasi kopi.
Sortasi manual
dengan sortasi conveyer tidak terdapat perbedaan hal ini karena jumlah yang di
sortasi per minggunya sama antara conveyer dengan manual, hal ini karena untuk
manual tergantung individu dalam melakukan sortasi, sementara untuk conveyer
karena memakai grup maka tergantung hasil grup yang selanjutnya total yang di
sortasi dibagikan dengan jumlah yang melakukan pada grup tersebut yang
rata-rata per kg nya sama dengan manual.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Hasil analisis menggunakan uji t karakteristik
tenaga sortasi untuk umur (0.008) dan lama bekerja ( 0,000) terdapat perbedaan,
sedangkan pendidikan (0,294) dan jumlah tanggungan (0,34) tidak terdapat
perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga sortasi mesin conveyer.
2. Hasil sortasi bulan September,
Oktober, November dan total sortasi (0,0327) tidak terdapat
perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga kerja sortasi dengan mesin
conveyer.
5.2
Saran
1. Disarankan
kepada tenaga kerja sortasi manual dan sortasi conveyer untuk memaksimalkan jam kerja
sehingga hasil sortasi dapat ditingkatkan.
2. Disarankan
kepada Koperasi Baitul Qiradh Baburayyan selalu meperhatikan tenaga kerja
sistem sortasi manual dan sistem sortasi conveyer seperti menydiakan fasilitas
kesehatan yang lebih baik sehingga tenaga kerja dapat meningkatkan hasil sortasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Apri D.
& Mariaty I. (2016), Pengaruh
Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Bank Riaukepri Cabang
Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, Riau : Universitas
Riau
Arofah
(2015), Pengaruh Fasilitas Kantor,
Motivasi Kerja, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Perangkat Desa Di Kecamatan
Tulis Kabupaten Batang, Semarang : Universitas
Negeri Semarang
Anas (2015), Pengaruh
Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Karya
Mitra Muda,
Padang : Universitas Negeri Padang
Bamatraf,
dkk (2014), Pengaruh Gaya Kepemimpinan
dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada PT.PLN (PERSERO) Unit
Induk Pembangunan II, Medan, Makasar : Universitas Hasanuddin Makassar.
Ermiati T.
(2015), Pengaruh Fasilitas Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi
Kasus PTPN LI Kebun Sampali Medan, Jurnal : Darma Agung
Fuad K, Muhammad (2013), Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi Kota Malang, Malang : Universitas Brawijaya
Fitra H. (2014), Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja Dan
Fasilitas Terhadap Kinerja Karyawan PT. Radio Suara Singgalang Mahimbau (Radio
Sushi Fm) Padang, Padang : Universitas
Tamansiswa Padang
Herdian D. (2010), Pengaruh
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga Dengan
Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening, Semarang : Universitas Diponegoro
Semarang
Hendro S. (2007),
Pengaruh
Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawanpada Pt. Omega Mas Pasuruan, Pasuruan : Universitas Merdeka
Pasuruan
Muryanto (2011), Pengaruh
Kompensasi Terhadap Kinerja Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating, Surakarta : Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Maria (2012) Faktor
Pendorong Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Sector Industry
Pedagang Dan Jasa Di Kalimatan: Universitas Gajah Mada
Melani S. (2012), Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kerja (Studi pada Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi” Yayasan Pharmasi” Semarang),
Semarang : Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala
Novianto (2015), Pengaruh
Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja PT. Galang Kreasi Sempurna, Surabaya : STIESIA
Surabaya
Ni Kadek S. (2012), Pengaruh
Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Columbus Megah Sarana Cabang
Denpasar Tahun 2012, Denpasar : Universitas Pendidikan Ganesha Indonesia
Oktaviana D. (2011), Analisa Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga, Semarang :
Universitas Diponegoro Semarang.
Sujarwo (2015), Pengaruh
Fasilitas Kerja, Waktu Kerja, Job Context Dan Job Content Pegawai Terhadap
Kepuasan Dan Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Jember, Jember : Universitas Jember
Sugiono, (2013), Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA : Bandung
Sugiono, (2009), Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA : Bandung
Suliyanto, (2011) Ekonomika
Terapan – Teori dan aplikasi dengan SPSS, ANDI Bandung
Comments
Post a Comment