PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TENAGA KERJA DAN HASIL SORTASI KOPI SISTEM MANUAL DENGAN SYSTEM KONVEYER DI KOPERASI BAITUL QIRADH BABURRAYYAN KABUPATEN ACEH TENGAH



ABSTRAK

Kopresi Baitul Qiradh Baburrayyan  salah satu kopersi yang sortasi di lakukan secara manual dan dengan menggunakan mesin conveyer yang pekerjanya sama-sama menggunakan tenaga kerja wanita, tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil sortasi tenaga kerja sortasi manual dan tenaga kerja sortasi mesin conveyer, data yang digunakan merupakan data time series (runutan waktu) selama tiga bulan yaitu bulan September, Oktober dan November. Metode analisis menggunakan analisis komparasi dengan uji t.
Dari hasil analisis menggunakan uji t karakteristik tenaga sortasi untuk umur (0.008) dan lama bekerja ( 0,000) terdapat perbedaan, sedangkan pendidikan (0,294) dan jumlah tanggungan (0,34) tidak terdapat perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga sortasi mesin conveyer. Hasil sortasi Bulan September, Oktober,  November  dan total sortasi (0,0327) tidak terdapat perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga kerja sortasi dengan mesin conveyer. Disarankan kepada tenaga kerja agar memanfaatkan waktu untuk meningkatkan hasil sortasi, kepada KBQ Baburrayyan agar memperhatikan tingkat kesehatan pekerja sehingga tenaga kerja bisa meningkatkan hasil sortasi.


Kata kunci : Kopi, tenaga kerja wanita, sistem sortasi manuan dengan
                     conveyer 


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Provinsi Aceh yang sudah diakui oleh dunia tentang cita rasa kopinya. Kabupaten Aceh Tengah juga sudah banyak perusahaan – perusahaan dan koperasi yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi yang saat ini terus berkembang untuk meningkatkan hasil produksi kopi yang sesuai dengan permintaan konsumen baik luar Negeri maupun dalam Negeri.
Pembeli kopi yang di Aceh Tengah pada umumnya merupakan green been yang sudah memalui tahapan sortasi sehingga kopi baru kopi tersebut di pasarkan. Dalam proses sortasi kopi yang menerima manfaat merupakan tenaga kerja wanita yang pada umumnya ibu ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktu luang untuk melakukan sortasi yang sipatnya tidak terikat sehingga sortasinya di hitung berdasarkan hasil bersih yang di perhitungkan. Sortasi di lakukan beberapa koperasi dan PT. yang bergerak di bidang kopi di Aceh Tengah yang tersebar di beberapa tempat di Aceh Tengah. Pada beberapa koperasi atau PT tersebut ada yang bersekala besar dan ada juga dalam sekala kecil, untuk lebih jelas koperasi dan PT yang bergerak di bidang perkopian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perusahaan dan Koperasi Pengolahan Kopi (Pengupasan,
               Pembersihan dan Sortasi Biji Kopi ) Kabupaten Aceh Tengah  
               Tahun 2015.
No
Nama Perusahaan
Tahun Berdiri
Bidang Usaha
1
2
4
3
1
A. Uswatun
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
2
CV. Oro Kopi Gayo
2013
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
3
A. Zerang
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
4
Abd. Kadir
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
5
Atun
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi




Tabel 1. Lanjutan
1
2
3
4
6
Bintang Tujuh
2000
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
7
Buntul Sere
2012
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
8
Cahaya Adil
1994
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
9
CV. H. Aman Kuba
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
10
CV. Has
2009
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
11
CV. Putra Rimbun
2009
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
12
CV. Sinar Sutra
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
13
Darfiah Nas
2003
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
14
Dysni
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
15
Ecek
1994
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
16
Eka Putra
1992
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
17
Elia
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
18
Fa. H. Aman Kuba
1992
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
19
Gajali
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
20
Gegarang Linge
1994
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
21
Gegarang Maju
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
22
H. Nurdin Aw
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
23
H. Nurdin Awi
2009
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
24
H.A. Abs
1992
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
25
Haji Ibrahim
1994
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
26
Has
1994
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
27
Ibrahim
1992
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
28
Idham Yunus
2005
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
29
Jingki Gayo
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
30
Kardi
1999
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
31
KBQ Baburrayyan
2002
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
32
Kilang Kopi
2009
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
33
Kilang Kopi Kasihnimun
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
34
Kilang Kopi Nusantara
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
35
Kinanty Budi
2012
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
36
Ksu Arinagata
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
37
Kud. Sinar Tiga
1995
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
38
Lepo Gayo
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
39
M. Yunan Arnas
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
40
Mahmud Abas
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
41
Maju Bersama
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
42
Mali
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
43
Mawar Jaya
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
44
Mawarni
1996
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
45
Musara Jaya
1996
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
46
Muslim
1992
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
47
Nurmala Sari
2010
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
48
Nusantara
1995
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
49
Pabrik Kopi Sarako
2012
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
50
Penggilingan Cherry
2009
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
51
Permata
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
52
Pt. Baburrayan
2006
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
53
Pt. Ika
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
54
Reje Kuyun
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
55
Resunah
1991
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
56
Ribang Gayo
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
57
Roda Besi
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
58
Sepakat
1996
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
59
Subhan S.Ag
2011
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
60
Sugiman
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
61
Sulaiman
2000
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
Tabel 1. Lanjutan
1
2
3
4
62
Sumber Kiani
1996
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
63
Telege Sakinah
2015
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
64
Tunah Kolak Jaya
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
65
Ud. Sepakat
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
66
Ud.Mandiri Utama
2012
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
67
Usaha Baru
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
68
Wahyuddin
-
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
69
Yunus Lukman
1993
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
70
Z. H
2014
Pengupasan, Pembersihan, Dan Sortasi Kopi
Sumber : Dinas Perindustrian Kabupaten Aceh Tengah, 2015

Tabel 1 dapat kita ketahui bahwa perusahaan dan koperasi  yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 70 perusahaan dan koperasi salah satunya adalah Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan merupakan koperasi yang berada di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah yang bergerak di bidang pertanian yaitu kopi, yang didirikan pada 21 Oktober 2002 dengan badan hukum No. 62.01/233/BH/X/2002. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terus meningkatkan pengelolaan aset-aset koperasi yang berupa unit produksi atau pengolahan kopi. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan menjalin hubungan kemitraan dengan petani kopi yang terdapat di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berupa pembelian kopi langsung ke petani yang telah bergabung dengan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan. Selain itu Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan juga menjalin kemitraan dengan beberapa lembaga luar seperti NCBA dan masih banyak kemitraan lainnya.
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan telah memiliki beberapa karyawan atau tenaga kerja yang menjalankan kegiatan dalam perusahaan. Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan proses produksi. Semua koperasi dan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kopi  membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak, salah satu bidang yang membutuhkan banyak tenaga kerja dalam proses produksi kopi adalah tenaga kerja sortasi biji kopi yang jumlahnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Sortasi di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Tahun 2010-2016.

Tahun
Jumlah Tenaga Kerja Sortai
Sortasi Conveyor
Sortasi Manual
2010
60
60
2011
60
60
2012
2013
2014
2015
2016
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Sumber : Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, 2016

Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja sortasi di  Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan dari tahum 2010 hingga tahun 2016 jumlahnya tetap yaitu sebanyak 60 tenaga kerja karena untuk bagian tenaga kerja sortasi dibatasi dan tidak ada penambahan dan pengurangan tenaga kerja, jika ada tenaga kerja yang keluar pihak perusahaan akan menerima tenaga kerja lain sebagai pengganti tenaga kerja yang telah keluar.
Kopresi Baitul Qiradh Baburrayan terdapat 2 jenis sortasi yaitu sortasi manual dengan sortasi menggunakan mesin atau Conveyer, kedua sortasi ini menggunakan tenaga kerja wanita, sedangkan pada kedua jenis sortasi ini tetap menggunakan tenaga kerja wanita, bedanya adalah proses pelaksanaannya. Dalam perhitungan upah tenaga kerja tetap pada hasil sortasi. Untuk yang manual dihitung per individu dan berdasarkan hasil sortasi biji bagus, sedangkan untuk conveyer digitung biji bagus dan berdasarkan kemampuan tim yang selanjutnya baru di bagi dari semua anggota. Untuk tenaga kerja sortasi dengan conveyer memerlukan kecepatan dan kemampuan tim. Untuk menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak. Dalam penelitian ini akan melihat apakan ada perbedaan antara sortasi manual dengan sortasi menggunakan mesin (conveyer).

1.2    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini apakah terdapat perbandingan Karaktersitik Tenaga kerja dan hasil sortasi kopi sistem manual dengan conveyer di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah.

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan Karaktersitik Tenaga kerja dan hasil sortasi kopi sistem manual dengan conveyer di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah.

1.4  Kegunaan Penelitian
1.      Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam memperdalam ilmu pengetahuan dibidang pertanian (agribisnis), khususnya dalam bidang kepuasan tenaga kerja sortasi di suatu perusahaan kopi.
2.      Bagi perusahaan atau para pelaku kegiatan agribisnis dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3.      Sebagai referensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian perbandingan sortasi kopi sistem manual dengan conveyer.
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasca Panen Kopi

Kopi  merupakan  salah  satu  komoditas  penting  di  dalam perdagangan  dunia  yang  melibatkan  beberapa  negara  produsen  dan banyak  negara  konsumen.  Kopi,  meskipun  bukan  merupakan tanaman  asli  Indonesia,  tanaman  ini  mempunyai  peranan  penting dalam industri perkebunan di Indonesia.  Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan  (2011),  areal  perkebunan  kopi  di  Indonesia  pada  tahun 2010  mencapai  lebih  dari  1,210  juta  hektar  dengan  total  produksi sebesar 686.921  ton  dimana 96% diantaranya  yaitu  areal perkebunan kopi  rakyat,  dengan  jumlah  petani  yang  terlibat  sebanyak  1.881.694KK.  Laju  perkembangan  areal  kopi  di  Indonesia  rata-rata  mencapai sebesar 2,11 % per tahun (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012).
Perkembangan yang cukup pesat tersebut perlu di dukung dengan kesiapan  teknologi  dan  sarana  pascapanen  yang  cocok  untuk  kondisi petani  agar  mereka  mampu  menghasilkan  biji  kopi  dengan  mutu seperti  yang  dipersyaratkan  oleh  Standard  Nasional  Indonesia. Adanya  jaminan  mutu  yang  pasti,  ketersediaan  dalam  jumlah  yang cukup dan pasokan yang tepat  waktu serta keberlanjutan merupakan beberapa  persyaratan  yang  dibutuhkan  agar  biji  kopi  rakyat  dapat dipasarkan pada tingkat harga yang lebih menguntungkan (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012)
Untuk  memenuhi  persyaratan  di  atas  penanganan  pascapanen kopi rakyat harus dilakukan dengan tepat waktu, tepat cara dan tepat jumlah  seperti  halnya  produk  pertanian  yang  lain.  Buah  kopi  hasil panen  perlu  segera  diproses  menjadi  bentuk  akhir  yang  lebih  stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Oleh  karena  itu  tahapan  proses  dan  spesifikasi  peralatan  kopi yang menjadi kepastian mutu harus didefinisikan dengan jelas. Untuk itu  diperlukan  suatu  acuan  standar  sebagai  pegangan  bagi petani/pengolah  dalam  menghasilkan  produk  yang  dipersyaratkan pasar.  Seiring  dengan  meningkatnya  tuntutan  konsumen  terhadap produk  yang  aman  dan  ramah  lingkungan,  maka  acuan  standar tersebut  harus  mengakomodasi  prinsip  penanganan  pascapanen  yang baik dan benar (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012)
Keberhasilan  penanganan  pascapanen  sangat  tergantung  dari mutu bahan baku dari kegiatan proses produksi/budidaya, karena itu penanganan proses produksi di kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP). Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan bagi  konsumen,  bahwa  produk  yang  dipasarkan  diperoleh  dari  hasil serangkaian  proses  yang  efisien,  produktif  dan  ramah  lingkungan. Dengan  demikian  petani  akan  mendapatkan  nilai  tambah  berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar yang memadai (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012)
2.2.    Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Suci Rahmadani (2013) dengan judul “ Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Usahatani Pola Diversifikasi Dengan Monokultur Pada Lahan Sempit (Kasus : Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan total biaya produksi pada usahatani pola diversifikasi dengan usahatani pola monokultur, menganalisis perbandingan penerimaan pada usahatani pola diversifikasi dengan pola monokultur, membandingkan tingkat pendapatan usahatani pola diversifikasi dengan pola monokultur dan menganalisis R/C ratio pada usahatani pola monokultur dan diversifikasi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari petani. Petani responden ditentukan secara acak berstrata sederhana secara proporsional (proportional stratified random sampling) sebanyak 30 orang yang terdiri dari 18 orang petani pola monokultur dan 12 pola diversifikasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik uji beda rata-rata dua sampel bebas (independent sampel t-test). Hasil penelitian menunjukkan total biaya produksi pada usahatani pola diversifikasi lebih daripada monokultur, penerimaan pada usahatani pola diversifikasi lebih besar daripada monokultur, pendapatan pada usahatani pola diversifikasi lebih besar daripada monokultur dan nilai R/C ratio pada usahatani pola monokultur dan diversifikasi >1, yang artinya usahatani yang dilakukan pada pola monokultur dan diversifikasi layak atau menguntungkan bagi petani. Kata Kunci : diversifikasi, monokultur, uji beda
I Putu Ajus Heryana. NIM. 0805315005. (2015) Perbandingan Pendapatan Antara Usahatani Tanaman Kopi dan Usahatani Tanaman Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Beberapa tahun terakhir di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli mengalami peningkatan pada produksi jeruk siam, serta banyaknya petani yang beralih dari menanam tanaman kopi menjadi tanaman jeruk. Karena petani beranggapan apabila membudidayakan tanaman jeruk dirasakan lebih menguntungkan daripada membudidayakan tanaman kopi arabika, dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Di Daerah tersebut salah satu tempat yang cocok untuk melakukan kegiatan usahatani jeruk dan usahatani kopi karena sesuai dengan keadaan iklim dan kondisi tanah dari komoditi tersebut, sehingga usahatani tersebut banyak dilakukan di daerah tersebut dan menjadi salah satu usahatani yang utama dilakukan di setiap rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong perubuhan dari tanaman kopi menjadi tanaman jeruk dan membandingkan pendapatan petani dari tanaman jeruk dengan tanaman kopi. Hasil Penelitian ini, dengan jumlah luasan 31,3 ha nilai rata-rata tanaman kopi sebesar Rp.232.750.000,00 dan tanaman jeruk menunjukan nilai rata-rata              Rp. 263.200.000,00. Kata kunci : Usahatani, Produksi, Pendapatan

2.3.  Landasan Teori
2.3.1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 1998) dalam (Oktaviana Dwi Saputri, 2011).

          Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. (Mulyadi, 2003) dalam (Oktaviana Dwi Saputri, 2011).
Tenaga kerja Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja (manpower) di pilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. yang termasuk angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak sedang bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yaitu orang - orang yang kegiatanya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (maksudnya ibu - ibu yang bukan wanita pekerja) serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan dan penderita cacat). (Fahmi, 2007) dalam (Muhammad Fuad Kadafi, 2013).

Pengertian umum mengenai tenaga kerja telah tercantum dalam Undang-Undang  Pokok Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yaitu setiap orang yang mampu  melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna  menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk  masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ,2009) dalam Siti Maria 2012, sesuai dengan  yang disarankan oleh International Labor Organization( ILO ) adalah penduduk  usia 15 tahun keatas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan  angkatan kerja. BPS membagi tenaga kerja ( Employed ) menjadi 3 macam, yaitu:
1.  Tenaga kerja penuh ( Full Employed ), adalah tenaga kerja yang mempunyai  jumlah jam kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai  dengan uraian tugas.
2.  Tenaga kerja tidak penuh atau setengan pengangguran ( Under Employed ),  adalah tenaga kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.
3.  Tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (Unemployed),  adalah tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam per minggu.
Pada dasarnya tenaga kerja dibagi ke dalam kelompok angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk dalam angkatan kerja adalah (1) golongan yang bekerja dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Menurut BPS (2009) dalam Siti Maria 2012, angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah :
a)  Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau  keuntungan yang lamanya bekerjapaling sedikit selama satu jam dalam  seminggu yang lalu.
b). Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan  pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah :   Pekerja tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak masuk kerja  karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun perusahaan menghentikan  kegiatan sementara.
-  Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena  menunggu hujan untuk menggarap sawah.
- Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, dalang dan lain lain.
2.  Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan
yaitu :
a)  Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha mencari  pekerjaaan.
b)  Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan menganggur  dan berusaha mendapatkan pekerjaan. 
c)   Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan  pekerjaaan.  Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah tenaga  kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/ mahasiswa),  mengurus rumah tangga maksudnya ibu-ibu yang bukan merupakan wanita karier  atau bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung  dari jasa kerjanya (pensiun/ penderita cacat) (Simanjuntak, 2001) dalam Siti Maria 2012.


2.3.2.      Partisipasi Tenaga Kerja Wanita
Menurut Sumarsono (2008), peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena: Pertama, adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan pria, serta makin disadari perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dari kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri. Pekerja wanita dihadapkan pada kenyataan bahwa produktivitas wanita dalam usahanya berpartisipasi diluar rumah dibatasi oleh sektor domestiknya, sehingga mempengaruhi ibu rumah tangga untuk memasuki berbagai jenis pekerjaan yang ada di pasaran kerja.Keterlibatan ibu rumah tangga untuk mencari nafkah menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan tingkat hidup atau standar of living, status sosial ekonomi serta tingkat hidup dari keluarganya.Peranan wanita dalam rumah tangga diukur atau dilihat dari seberapa besar kontribusi pendapatan keluarga, semakin bernilai sumbangan pendapatan yang diberikan istri, semakin berarti (Sumarsono 2008) dalam Siti Maria 2012.




2.3.3.      Standar Mutu  Kopi
          Standar mutu diperlukan sebagai tolok ukur dalam pengawasan mutu dan merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam memberikan umpan balik ke bagian pabrik dan bagian kebun (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012).
            Standar Nasional Indonesia biji kopi yang telah dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional yaitu SNI Nomor 01-2907-2008. Persyaratan umum mutu biji kopi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.  Spesifikasi Persyaratan Umum Mutu Biji Kopi
No
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1
Kadar air, (b/b)
%
Maks 12,5
2
Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan benda-benda asing lainnya
%
Maks 0,5
3
Serangga hidup
-           
Tidak ada
4
Biji berbau busuk dan berbau kapang
-           
Tidak ada
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.
Catatan : b/b yaitu berat/ berat dalam kondisi basah

Tabel 4. Syarat Mutu Ukuran Khusus Kopi Arabika
Ukuran
Kreteria
Satuan
Persyaratan
Besar
Tidak lolos ayakan berdiameter 6.5 mm
% Fraksi
Massa
Maks lolos 5
Sedang
Lolos ayakan diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 6 mm
% Fraksi
Massa
Maks lolos 5
Kecil
Lolos ayakan diameter 6 mm, tidak lolos ayakan berdiameter 5 mm
% Fraksi
Massa
Maks lolos 5
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.




Tabel  5. Klasifikasi Grade/Hasil Sorting Berdasarkan SNI
Mutu
Syarat Mutu
Mutu 1
Jumlah nilai cacat maksimum 11
Mutu 2
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4-a
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4-b
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6
Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.

2.3.4. Sortasi Biji Kopi Beras
Sortasi  dilakukan  untuk  memisahkan  biji  kopi  berdasarkan ukuran,  cacat  biji  dan  benda  asing.  Sortasi  ukuran  dapat  dilakukan  dengan ayakan mekanis maupun dengan manual. Cara  sortasi  biji  yaitu  dengan  memisahkan  biji-biji  kopi  cacat  agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan ketentuan  SNI 01-2907-2008 (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012).

2.3.5.      Uji Beda Dua Rata- rata (Uji-t)
            Untuk menguji beda rata- rata dua sampel yang berbeda yaitu yang di uji adalah perbedaan  rata- rata pendapat sampel satu dan sampel dua. langkah –langkah sebagai berikut :( Sudjana ,1984).
1. Rumus hipotesis :
Ho       : H1 = H2
H1       : H1 ≠H2        
2. Jika ragam sama, maka rumus uji statistik t (uji t ):
Dimana derjat bebes ( db) =v =

-Apabila ragam tidak sama, maka uji statistik t (uji t) :

Derajat bebes:        
Dimana :
                   Rata – rata pengamatan variabel 1
=Rata – rata pengamatan variabel 2
Ragam untuk pengamatan 1
Ragam untuk pengamtan 2
Jumlah sampel pengamatan 1
Jumlah sampel pengamatan 2
       3. Kiteria Keputusan
       H0 Tidak dapat ditolak jika:
r hitung <   r tabel atau
t hitung <   t tabel atau
Sig. > alpha
Ha diterima Jika:
r hitung >   r tabel atau
t hitung >   t tabel atau
Sig. <  alpha  (Suliyanto 2011).

2.4.      Kerangka Pemikiran
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan adalah salah satu kopersi yang memperkerjakan tenaga kerja wanita dalam melakukan sortasi kopi yang sipatnya tenaga kerja lepas. Sistem perhitungan dalam sortasi tersebut adalah tergantung dari jumlah hasil sortasi yang dihasilkan, upah tenaga kerja dihitung dalam satuan Kg/ Rp, sehingga tenaga kerja harus berusaha untuk menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak.
Dalam proses sortasi terdapat 2 jenis sortasi, yang pertama secara manual dengan menggunakan kecepatan tangan kemudian dikumpulkan lalu dihitung berapa hasil sortasinya, selanjutnya ada yang menggunakan mesin (conveyer) dimana menggunakan alat dan tenaga kerja sortasi bersifat kelompok yang kemudian hasilnya di bagi untuk seluruh kelompok.
Untuk proses manual tidak ada pemilihan tim sedangkan untuk menggunakan mesin adanya pemilihan anggota tim, hal ini karena perlu kekompakan kerja sama dalam tim. Dari kedua proses ini akan di bandingkan dari hasil sortasi antara manual dengan sistem conveyer bauk dari hasil sortasi dan karakteristik tenaga kerja sortasi. Untuk lebih luad dapat dilihat pada gambit 1
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan
Perbandingan
1.      Karaktersitik Tenaga Kerja
2.      Hasil Sortasi
3.       

Sistem Manual
Sortasi Biji Kopi
Sistem Conveyer
 


















Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4  Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah digambarkan di atas, diduga terdapat perbandingan karakteristik tenaga sortasi dan hasil sortasi kopi sistem manual dengan conveyer di Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan Kabupaten Aceh Tengah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan berlokasi di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah yang berjarak 8 kilometer dari pusat kota tepatnya berada di jalan Takengon-Isaq bergerak di bidang pertanian yaitu kopi. di lokasi tersebut terdapat bangunan kantor, gudang dan lantai jemur.

4.2.    Sejarah Singkat  Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan
Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan merupakan koperasi yang berada di Kampung Weh Nareh Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah yang bergerak di bidang pertanian yaitu kopi, yang didirikan pada 21 Oktober 2002 dengan badan hukum No. 62.01/233/BH/X/2002. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan terus meningkatkan pengelolaan aset-aset koperasi yang berupa unit produksi atau pengolahan kopi. Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan menjalin hubungan kemitraan dengan petani kopi yang terdapat di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berupa pembelian kopi langsung ke petani yang telah bergabung dengan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan. Selain itu Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan juga menjalin kemitraan dengan beberapa lembaga luar seperti NCBA dan masih banyak kemitraan lainnya.

4.3. Karakteristik Responden
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu bagi tenaga kerja dalam menjalakan kegiatan usaha, kemampuan fisik dan cara berfikir dipengaruhi oleh umur. Pekerja yang telah lanjut usia kemampuan fisiknya cenderung menurun dan sering kesulitan dalam menerima perubahan maupun inovasi karena selalu berpijak pada pengalaman yang telah dialaminya. Untuk tingkat umur  pekerja sortasi sistem manual dan sortasi conveyer dapat di lihat pada tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Pekerja berdasarkan umur di KBQ Baburrayyan
Sistem
Katagori
Jumlah Sampel
Persentase


Manual
21-28 Thn
6
22

29-40 Thn
20
74

41-48 Thn
1
0.27

Conveyer
21-28 Thn
5
19

29-40 Thn
22
81

41-48 Thn
0
0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017



Tabel 7 dapat dilihat bahwa untuk umur pekerja sortasi relativ sama antara pekerja manual dan pekerja menggunakan conveyer hal ini bila kita lihat dari persentasenya sangat kecil selisihnya, bedanya hanya pada tenaga kerja manual ada pekerja diatas 48 tahun 1 orang pekerja.




4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
            Jumlah tanggungan tenaga kerja tenaga sortasi tidak ada hubungan dengan hasil sortasi hal ini karena pada koperasi tersebut tidak diijinkan anak-anak untuk masuk dalam lokasi sortasi sehingga hanya tergantung pada tenaga kerja yang melakukan sortasi. Disamping itu tenaga kerja sudah memiliki jadwal masuk dan jadwal keluar dari koperasi tersebut,  Untuk  lebih jelas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Karaktersitik Pekerja Berdasarkan Jumlah Tanggungan di KBQ
             Baburrayyan

Sistem
Katagori
Jumlah Sampel
Persentase


Manual
1-2 Jiwa
14
52

3-4 Jiwa
9
33

5-6 Jiwa
2
7

Conveyer
1-2 Jiwa
21
78

3-4 Jiwa
2
8

5-6 Jiwa
0


Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017



Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan untuk tenaga sortasi proses manual jumlah tanggungan rata-rata pada katagori 1-2 sedangkan untuk untuk sortasi dengan conveyer jumlah tanggungan juga pada katagori 1-2. Untuk tenaga kerja sortasi conveyer ada tenaga kerja yang tidak memiliki jumlah tanggungan sehingga adanya 14 persen jumlah tanggungan yang tidak masuk dalam katagori.



4.3.3  Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja 
Lama bekerja akan mempengaruhi pengamalan tenaga kerja, semakin lama tenaga kerja maka akan semakin bepengalaman sehingga diharapkan tenaga kerja yang lebih lama akan mampu menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak. Untuk lama bekerja dari tenaga kerja sortasi manual dan conveyer dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Karaktersitik Pekerja berdasarkan Lama Bekerja di KBQ
              Baburrayyan

Sistem
Katagori
Jumlah Sampel
Persentase


Manual
1-2 Tahun
24
89

3-4Tahun
2
7

5-6Tahun
1
4

Conveyer
1-2Tahun
6
33

3-4Tahun
21
77

5-6Tahun
0
0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017



Tabel 9 dapat dilihat bahwa untuk tenaga kerja sistem manual pada umumnya tenaga kerja yang lama bekerja pada 1-2 tahun sedangkan untuk tenaga kerja pada sortasi conveyer tenaga kerja yang lama bekerjanya pada 3-4 tahun.
4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
            Dalam   dunia kerja pendidikan merupakan tolak ukur kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan, dan kuantitas dan kualias pekerjaan akan di tentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, untuk tenaga kerja sortasi pendidikan formal tidak menjadikan ukuran dalam melakukan sortasi. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Karaktersitik Pekerja berdasarkan Tingkat Pendidikan di KBQ
                 Baburrayyan

Sistem
Katagori
Jumlah Sampel
Persentase


Manual
SD
0
0

SMP
8
30

SMA
19
70

Conveyer
SD
0
0

SMP
8
30

SMA
19
0

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017


           
Tabel 10 dapat dilihat bahwa pendidikan tenaga kerja sortasi manual dengan tenaga kerja conveyer sama dan tidak ada perbedaan dimana 30 % pendidikan SMP dan 70 % pendidikan SMA.   

4.4. Hasil Sortasi
            Tenaga kerja sortasi diharapkan dapat Sortasi  dilakukan  untuk  memisahkan  biji  kopi  berdasarkan ukuran,  cacat  biji  dan  benda  asing.  Sortasi  ukuran  dapat  dilakukan  dengan ayakan mekanis maupun dengan manual. Cara  sortasi  biji  yaitu  dengan  memisahkan  biji-biji  kopi  cacat  agar diperoleh massa biji dengan nilai cacat sesuai dengan ketentuan  pada koperasi baitul Qiradh Baburrayyan. Dalam perhitungan upah tenaga kerja pada tenaga kerja sortasi baik manual maupun menggunakan conveyer dihitung berdasarkan hasil sortasi dan dihitung berdasarkan hasil sortasi yang di hitung Rp/Kg, sehingga tenaga kerja harus mampu menghasilkan hasil sortasi yang lebih banyak. Hasil sortasi dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Sortasi secara manual dengan sistem Conveyer di KBQ
              Baburrayyan

Sistem
Bulan
Hasil Sortasi (Kg)
Ket


Manual
September
799


Oktober
789


November
833


Jumlah

2421


Conveyer
September
651


Oktober
802


November
783


Jumlah

2236


Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017


           
Tabel 11 dapat dilihat, hasil sortasi pada Bulan September lebih tinggi pada bulan sistem manual dari pada sistem conveyer dengan selisih 148 Kg. undangkan pada bulan November lebih tinggi pada pada sistem conveyer dari pada sistem manual dengan selisih 13 Kg. sedangkan pada bulan November lebih tinggi pada sistem manual.

4.5. Analisis Perbandingan Karakteristik Tenaga Kerja Sortasi Manual
         dengan Tenaga kerja sortasi Mesin Conveyer

            Proses sortasi di KBQ Baburrayyan untuk proses sortasi manual tidak memiliki syarat khusus hanya kemampuan dalam sortasi dan mampu memilih kopi dengan benda lainnya, sementara untuk sortasi menggunakan mesin conveyer perlu keterampilan khusus sehingga hasil sortasi bisa lebih bagus. Untuk lebih jelas hasil analisis dengan uji t mengenai karakteristik tenaga kerja sortasi dapat dilihat pada tabel 12

Tabel 12. Hasil analisis uji t karakteristik tenaga kerja sortasi di KBQ
              Baburrayyan

No
Variabel
Mean
Selisih Mean
Sig
Sig ( 2 -Tailed)


1
Umur M
32.333
2.667
0.781
0.008


Umur C
29.666




2
Jumlah Tanggungan M
2.285
0.619
0.529
0.034


Jumlah Tanggungan C
1.666




3
Pendidikan M
10.888
0.445
0.258
0.294


Pendidikan C
11.333




4
Lama Bekerja M
2.111
0.963
0.467
0,000


Lama Bekerja C
3.074




Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017

Tabel 12 dapat dilihat bahwa untuk umur mean umur tenaga kerja sortasi sistem manual 32.333, untuk umur tenaga kerja sistem compveyer 29.666 selisih nilai mean yaitu 2,667 artinya umur tenaga sortasi manual lebih tua dibandingkan dengan tenaga kerja yang menggunakan mesin conveyer.nilai Sig yaitu 0.781 lebih besar dari nilai    5  %  atau 0,05 artinya data homogen antara umur tenaga kerja manual dengan tenaga kerja conveyer. Nilai Sig 2 tailed  yaitu 0,008 nilai yang diperoleh lebih kecil dari  5  %  atau 0,05 artinya terdapat perbedaan umur antara tenaga kerja sortasi sistem manual dengan tenaga kerja conveyer.
Umur tenaga kerja system conveyer lebih  muda daripada tenaga kerja manual hal inin karena untuk tenaga kerja conveyer diharapkan yang memiliki umur muda sehingga mampu lebih cepat tanggap pada pekerjaanya di samping lebih enerjik serta produktif dalam bekerja dengan harapan dapat bekerja lebih maksimal. Ketelitian serta hasil kerja maksimal lebih di tuntut pada yang menggunakan mesin konveyer.
Jumlah tanggungan tenaga kerja sistem manual dengan nilai mean 2.285, nilai mean  tenaga kerja conveyer 1.666 selisih nilai mean yaitu 0,619 artinya jumlah tanggungan tenaga kerja sortasi manual lebih` tinggi di bandingkan tenaga kerja sortasi dengan mesin conveyer. Nilai sig 0,529 nilai yang diperoleh lebih besar dari  5  %  atau 0,05 artinya penyebaran data homogen. Nilai Sig 2 tailed yaitu 0,034 nilai yang diperoleh lebih besar dari  5  %  atau 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan antara jumlah tanggungan dari kedua jenis tenaga sortasi tersebut.
 Tanggungan tidak ikut dalam sortasi sehingga tidak ada peranan tanggunggan dalam melakukan sortasi, tanggungan hanya sebagai motivasi bagi pekerja untuk bekerja sehingga mendapat penerimaan yang lebih, yang kaitannya ke kebutuhan tanggungan yang harus di penuhi.
Pendidikan tenaga kerja sortasi untuk pendidikan tenaga kerja sistem manual dengan nilai mean 10,888 sedangkan pendidikan tenaga kerja sistem conveyer dengan nilai mean 11,333 selisih nilai mean yaitu 0,445 artinya pendidikan tenaga kerja sortasi sistem conveyer lebih tinggi dari dari pada sistem manual. Nilai sig yaitu 0,258 nilai yang diperoleh lebih besar dari   5  %  atau 0,05 artinya penyebaran data homogen. Nilai sig 2 tailed yaitu 0,294 nilai yang diperoleh lebih besar dari    5  %  atau 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan  antara pendidikan tenaga sortasi manual dengan pendidikan tenaga sortasi menggunakan mesin conveyer.
Pendidikan bukan menjadi indicator dalam melakukan sortasi, hal ini karena dalam sortasi keahlian teknis lebih di utamakan sehingga mampu menghasilkan hasil sortasi. Dalam sortasi yang sipatnya tenaga kerja lepas yang di tuntut merupakan kuantitas kerja dan pembayaran upah berdasarkan banyaknya hasil sortasi yang di kalikan dengan upah persatuan Kgnya, sehingga pendidikan pekerja bukan menjadi indicator sebagai syarat dalam melakukan sortasi
Lama bekerja sistem manual dengan nilai mean yang diperoleh 2.111 nilai mean lamanya pekerja tenaga kerja sortasi dengan sistem conveyer 3.074 selisih nilai mean yaitu 0,963 artinya lebih tinggi pengalaman tenaga kerja sortasi mesin dari pada tenaga kerja sortasi manual. Nilai sig yang diperoleh yaitu 0,467 nilai yang diperoleh tersebut lebih besar dari  5  %  atau 0,05 artinya penyebaran data lamanya bekerja homogen. Nilai sig 2 tailed yaitu 0,000 nilai yang di peroleh lebih kecil dari  5  %  atau 0,05 artinya terdapat perbedaan pengalaman tenaga kerja sortasi antara manual dengan tenaga kerja mesin conveyer.
Lama bekerja akan melatih pekerja untuk lebih selektif dalam bekerja dan kemampuan mata tangan serta syaraf lain yang memiliki peranan dalam sortasi akan bekerja lebih ekstra dan akan terbiasa melakukan sortasi sehingga semakin lama pekerja bekerja maka akan kemampuan melakukan sortasi semakin tinggi dan hasil sortasi akan semakin banyak.




4.5. Analisis Perbandingan Hasil Sortasi Tenaga Kerja Sortasi Manual
         dengan Tenaga kerja sortasi Mesin Conveyer

            Hasil sortasi merupakan kopi green been yang sudah terseleksi baik dari ukuran, sampah, dan benda asing lainya. Setelah selesai sortasi kopi di timbang kemudian di catat jumlahnya selanjutnya akan di hitung dalam selama seminggu yang selanjutnya di kalikan dengan upah per Kg nya untuk di serahkan ke masing- masing tenaga kerja sortasi. Hasil analisis perbandingan produksi dan jumlah produksi hasil sortasi tenaga kerja manual dengan tenaga kerja mesin conveyer dapat dilihat pada tabel 13
Tabel 13. Hasil analisis uji t hasil sortasi  tenaga kerja sortasi di KBQ
              Baburrayyan

No
Produksi Pada Bulan
Mean
Selisih Mean
Sig
Sig ( 2 -Tailed)


1
September C
6.511
0




September M
6.511




2
Oktober C
8.02
0




Oktober M
8.02




3
November C
7.85
0




November M
7.85




4
Jumlah C
2.238
0.004
0,000
0.327


Jumlah M
2.234




Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017

            Tabel 13  dapat dilihat bahwa hasil sortasi bulan September, Oktober dan November nilai mean tidak ada perbedaan yang signifikan dan selisih mean dengan nilai 0 hal ini tidak terdapat perbedaan produksi hasil sotrasi dari ke tiga bulan ini. Untuk total hasil sortasi dari bulan September, oktober dan November  nilai mean total hasil sortasi dengan mesin conveyer dengan nilai 2.238 nilai mean sortasi manual dengan nilai 2.234 selisih nilai mean 0,004 artinya hasil sortasi sistem conveyer lebih tinggi dari  sortasi sistem manual. Nilai sig yaitu 0,000 artinya data jumlah produksi tidak homogen. Nilai sig 2 Tailed yaitu 0,327 nilai yang diperoleh lebih lebih besar dari nilai  5  %  atau 0,05 artinya  tidak terdapat perbedaan produksi hasil sortasi antara sistem manual dengan sistem mesin compeyer.
            Tenaga kerja manual tidak memiliki target dalam melakukan sortasi hanya berdasarkan jumlah yang di peroleh perhari yang dikumpulkan selama seminggu, sementara untuk tenaga kerja konveyer memiliki target dengan tenaga kerja yang sudah diseleksi berdasarkan kelompok, mesin konveyer digunakan untuk melakukan sortasi dengan lebih cepat yang sudah terukur persatuan jam dalam melakukan sortasi sehingga disaat musim panen kopi, dapat tersortasi dengan cepat sehingga biji kopi green been dapat langsung di simpan atau di ekspor,  Sehingga  tidak terjadi penumpukan kopi asalan di bagian sortasi kopi.
            Sortasi manual dengan sortasi conveyer tidak terdapat perbedaan hal ini karena jumlah yang di sortasi per minggunya sama antara conveyer dengan manual, hal ini karena untuk manual tergantung individu dalam melakukan sortasi, sementara untuk conveyer karena memakai grup maka tergantung hasil grup yang selanjutnya total yang di sortasi dibagikan dengan jumlah yang melakukan pada grup tersebut yang rata-rata per kg nya sama dengan manual.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1  Kesimpulan
1.      Hasil analisis menggunakan uji t karakteristik tenaga sortasi untuk umur (0.008) dan lama bekerja ( 0,000) terdapat perbedaan, sedangkan pendidikan (0,294) dan jumlah tanggungan (0,34) tidak terdapat perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga sortasi mesin conveyer.
2.      Hasil sortasi bulan September, Oktober,  November  dan total sortasi (0,0327) tidak terdapat perbedaan antara tenaga sortasi manual dengan tenaga kerja sortasi dengan mesin conveyer.

5.2  Saran
1.      Disarankan kepada tenaga kerja sortasi manual dan sortasi conveyer untuk memaksimalkan jam kerja sehingga hasil sortasi dapat ditingkatkan.
2.      Disarankan kepada Koperasi Baitul Qiradh Baburayyan selalu meperhatikan tenaga kerja sistem sortasi manual dan sistem sortasi conveyer seperti menydiakan fasilitas kesehatan yang lebih baik sehingga tenaga kerja dapat meningkatkan hasil sortasi.




DAFTAR PUSTAKA

Apri D. & Mariaty I. (2016), Pengaruh Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Bank Riaukepri Cabang Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi, Riau : Universitas Riau
Arofah (2015), Pengaruh Fasilitas Kantor, Motivasi Kerja, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Perangkat Desa Di Kecamatan Tulis Kabupaten Batang, Semarang : Universitas Negeri Semarang
Anas (2015), Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Karya Mitra Muda, Padang : Universitas Negeri Padang
Bamatraf, dkk (2014), Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Fasilitas Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Pada PT.PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan II, Medan, Makasar : Universitas Hasanuddin Makassar.
Ermiati T. (2015), Pengaruh Fasilitas Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Studi Kasus PTPN LI Kebun Sampali Medan, Jurnal : Darma Agung
Fuad K, Muhammad (2013), Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Konveksi Kota Malang, Malang : Universitas Brawijaya
Fitra H. (2014), Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja Dan Fasilitas Terhadap Kinerja Karyawan PT. Radio Suara Singgalang Mahimbau (Radio Sushi Fm) Padang, Padang : Universitas Tamansiswa Padang

Herdian D. (2010), Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang
Hendro S. (2007), Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawanpada Pt. Omega Mas Pasuruan, Pasuruan : Universitas Merdeka Pasuruan
Muryanto (2011), Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating, Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta
Maria (2012) Faktor Pendorong Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Sector Industry Pedagang Dan Jasa Di Kalimatan: Universitas Gajah Mada
Melani S. (2012), Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja (Studi pada Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi” Yayasan Pharmasi” Semarang), Semarang : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala

Novianto (2015), Pengaruh Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap     Kepuasan Kerja PT. Galang Kreasi Sempurna, Surabaya : STIESIA Surabaya
Ni Kadek S. (2012), Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Columbus Megah Sarana Cabang Denpasar Tahun 2012, Denpasar : Universitas Pendidikan Ganesha Indonesia
Oktaviana D. (2011), Analisa Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Salatiga, Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.
Sujarwo (2015), Pengaruh Fasilitas Kerja, Waktu Kerja, Job Context Dan Job Content Pegawai Terhadap Kepuasan Dan Prestasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Jember, Jember : Universitas Jember
Sugiono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA : Bandung

Sugiono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA : Bandung

Suliyanto, (2011) Ekonomika Terapan – Teori dan aplikasi dengan SPSS, ANDI Bandung









 

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH