EFISIENSI FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI TERHADAPPENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA (ZEA MAYS. L) DI KECAMATAN TIMANG GAJAH KABUPATEN BENER MERIAH



ABSTRAK



Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi faktor-faktor produksi dan biaya produksi serta untuk mengetahui seberapa besar perbandingan faktor produksi  terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Kampung yang menjadi tempat penelitian di Kecamatan Timang Gajah yaitu Kampung Timang Gajah, Kampung Digul, Kampung Reronga dengan jumlah populasi 83 petani jagung.
Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat bahwa Fhitung < Ftabel  maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha. Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Jagung adalah komoditas pertanian yang penting di Indonesia, bahkan beberapa daerah menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Usahatani budidaya jagung tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan data dari PT. BISI pada tahun 2003 produksi jagung di Indonesia mencapai 3.206.504 ton. Dari total panen tersebut Propinsi Jawa Timur merupakan kontributor utama dengan total panen sebanyak 1.132.407 ton, sedangkan Nusa Tenggara Timur di urutan kedua dengan total produksi sebanyak 206.664 ton.
Kebutuhan jagung selalu meningkat dari tahun ketahun. Peningkatan kebutuhan jagung ini disebabkan karena semakin berkembangnya industri-industri berbahan baku jagung. Peranan komoditas jagung semakin penting dalam beberapa tahun terakhir ini baik sebagai bahan baku industri makanan maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung nasional untuk bahan baku pakan ternak terus meningkat.
Sebagai gambaran, pada tahun 1990 kebutuhan jagung untuk pakan ternak mencapai 1.585,000 ton, tahun 1996 melonjak menjadi 3.510.000 ton dan pada tahun 1997 menjadi 3,813.000 ton. Produksi jagung Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga Indonesia harus mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Impor jagung Indonesia tahun 1994 mencapai 1.118.000 ton dan tahun 1995 meningkat menjadi 1.330.000 ton (Bachtriadi, 1995). Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia terus dilakukan, baik melalui perbaikan budidaya maupun melalui kajian-kajian faktor sosial ekonomi masyarakat petani, hasil dari usaha-usaha tersebut adalah tidak melambungnya angka impor jagung dari tahun ke tahun.
Untuk mendapatkan hasil jagung yang baik maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi jagung tersebut. Faktor produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak berjalan dengan baik.
Luas lahan merupakan luas areal yang digunakan petani dalam melakukan budidaya, luas lahan biasanya mempengaruhi skala pendapatan petani dalam mengelola usahanya, jika luas lahan yang diusahakan lebih luas maka pendapatan akan lebih besar bila pengelolaan dilakukan secara baik dan benar.
Tenaga kerja merupakan curahan tenaga yang digunakan dalam berusahatani baik tenaga manusia, tenaga mesin pertanian ataupun tenaga hewan. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga yang terdiri dari tenaga pria, wanita dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP.
Biaya produksi yaitu segala biaya yang digunakan dalam proses produksi baik biaya tunai ataupun tidak tunai. Yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya tetap dan biaya sarana produksi.
Usahatani dikatakan mencapai efisien apabila sudah mencapai keuntungan maksimum, yaitu mencapai Nilai Produk Marginal (NPMx) untuk faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Px). Tingkat keuntungan maksimum akan diperoleh jika petani atau produsen menggunakan pilihan kombinasi faktor-faktor produksi yang optimal. Sehingga pada saat keuntungan maksimum telah dicapai berarti penggunaan faktor-faktor produksi dikatakan telah efisien.
Syarat keharusan bagi penentuan tingkat efesiensi dan tingkat produksi optimum adalah diketahuinya hubungan fisik antara faktor-faktor produksi dengan produksi yang dihasilkan. Syarat keharusan menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang dipenuhi, yaitu harus diketahui elastisitas produksi yang bisa diturunkan dari fungsi produksi. Syarat kedua yang harus dipenuhi untuk mencapai keuntungan maksimum adalah syarat kecukupan. Syarat kecukupan menunjukkan tingkat efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis dengan keuntungan maksimum tercapai jika NPMx sama dengan Px, yang berarti setiap penambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan tambahan penerimaan dengan jumlah yang sama dengan tambahan biayanya.
Analisa efisiensi merupakan ukuran perbandingan antara output dan input, serta untuk mengetahui besarnya rasio masing-masing faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, yaitu luas lahan, tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi secara fisik dengan dengan menggunakan faktor produksi yang sama.
Efesiensi faktor produksi luas lahan merupakan efesiensi penggunaan luas lahan yang efektif dan berhasil guna serta pemanfaatan lahan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimum.
Efisiensi faktor produksi tenaga kerja adalah efisiensi fisik yang dinilai dengan uang, semakin efektif penggunaan tenaga kerja maka semakin efesien hasil yang diperoleh dalam berbudidaya jagung hibrida.
Efisiensi faktor produksi biaya produksi sendiri adalah efesiensi penggunaan biaya produksi sehingga hasil yang didapat menjadi maksimal. Pada setiap panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas lahan dikalikan hasil per satuan luas dan semua dinilai dengan uang. Tetapi hasil itu masih harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi, barulah petani memperoleh hasil bersih. Apabila hasil bersih petani besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien.
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah merupakan salah satu daerah yang petaninya banyak mengusahakan tanaman jagung sebagai tanaman pangan untuk kebutuhan sampingan selain tanaman kopi, dengan luas lahan yang diusahakan untuk areal penanaman jagung sebesar 380 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
      Tabel 1. Luas lahan dan produksi usahatani jagung rata-rata per tahun di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011

No
Kecamatan
Luas (Ha)
Produksi
1.
Bukit
33
47
2.
P. Rime Gayo
563,5
6.784
3.
Bandar
49
22
4.
Syiah Utama
19
0
5.
Permata
663
36
6.
Wih Pesam
129,5
381
7.
Timang Gajah
219,5
115
8.
Gajah Putih
25
7
9.
Bener Kelipah
17
0
10.
Mesidah
1
3,5

Jumlah
1.880
7.395,5
Sumber Data Sekunder : Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011


Dari tabel di atas terlihat luas areal tanaman jagung di Kecamatan Timang Gajah 219,5 ha dengan rata-rata produksi 115 ton per tahun.Luas lahan dan jumlah populasi setiap kampung di Kecamatan Timang Gajah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Luas lahan dan sebaran populasi setiap kampung di Kecamatan Timang Gajah Tahun 2011

No
Kampung
Luas Lahan (Ha)
Populasi (orang)
1
Bukit Mulie
16
22
2
Kulem Parakanis
11
17
3
Lampahan Barat
11
12
4
Pantan Padirga
4
6
5
Gunung Tunyang
5
10
6
Karang Jadi
2
5
7
Kening
5
8
8
Lampahan Induk
2
4
9
Fajar Harapan
6
12
10
Linung Bale Tunyang
14,5
20
11
Tunyang Induk
8
9
12
Lampahan Timur
6
7
13
Sumber Jaya
5,5
22
14
Mekar Ayu
7
10
15
Simpang Layang
12,5
18
16
Cekal Baru
4
4
17
Datu Beru
13
13
18
Timang Gajah
25
35
19
Digul
16
20
20
Reronga
18
28
Jumlah
219,5
282
Sumber Data Sekunder :    Balai Penyuluh Pertanian (BPP) dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011

Dari tabel di atas terlihat Kampung Timang Gajah memiliki areal terluas pembudidayaan jagung hibrida dengan luas 25 ha dengan jumlah populasi populasi 35 orang. Jumlah keseluruhan luas lahan 219,5 ha dan jumlah keseluruhan populasi 282 orang.
Dalam upaya pengembangan jagung yang lebih maju diperlukan upaya efisiensi usahatani, baik ekonomi mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai penanaman, pemerliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat.
Penanganan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat spesifikasi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik petani maupun padagang dan konsumen.
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.
Tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien. Karena pentingnya komoditi jagung, maka akan dilakukan penelitian mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung hibrida  (Zea mays L) di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.    Apakah terdapat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida?
2.    Apakah penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien pada usahatani jagung hibrida?

C. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida
2.    Untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung hibrida

D.   Manfaat Penelitian
1.    Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan usahatani jagung.
2.    Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengembangan usahatani jagung yang berimplikasi terhadap pendapatan daerah serta menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Bener Meriah.
3.    Sebagai bahan informasi tambahan pengembangan ilmu pengetahuan petani dalam mengembangkan usahatani tanaman hortikultura khususnya tanaman jagung.

E.  Hipotesa
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian di atas maka hipotesa penelitian sebagai berikut :
1.    Diduga ada pengaruh faktor-faktor produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida.
2.    Diduga bahwa telah efisien penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung hibrida.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Usahatani
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila tidak ada barang yang terbuang percuma atau penggunaannya seefektif mungkin untuk memenuhi keinginan masyarakat (Paul Samuelson, 2003:12)
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya.(A.T.Mosher, 1968:57). Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.
Indah Susilowati, Budi Suprihono (2003:24), menyatakan bahwa usahatani adalah kegiatan untuk memproduksi dilingkungan pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dari penerimaan yang diperoleh.
Pembangunan usahatani menuju usahatani yang tangguh dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani masa depan yang tegar dalam posisinya (Hernanto F, 1991:12).
Usahatani  adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1995 : 59).
Usahatani menurut Hernanto F (1991:28), diartikan sebagai kesatuan organisasi antara modal, kerja dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soeharjo (1993:21) menyatakan ada 4 hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usahatani, yaitu (1) Organisasi usahatani ; dengan perhatian khusus pada pengelolaan unsur-unsur produksi dan tujuan usahanya, (2) Pola pemilikan tanah usahatani, (3) Kerja usahatani ; dengan perhatian khusus pada distribusi kerja dan pengangguran dalam usahatani, dan (4) Modal usahatani ; dengan perhatian khusus kepada proporsi dan sumber petani memperoleh modal
Usahatani sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian, dimana usahatani ini semata-mata menuju pada keuntungan yang secara terus-menerus, bersifat komersial (Bachtiar, 1980 : 17).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang dikuasai sebaik-baiknya, dikatakan efesien bila pemanfaatan sumberdaya menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 1995 : 10).
Usahatani tanaman jagung dapat diusahakan hampir disemua jenis tanah, yang terpenting dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur nitrogen, posfor, kalium pada tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Di lahan tegalan, jagung di tanam pada musim hujan dan dilahan sawah jagung di tanam pada awal musim hujan pada umutmnya disebut jagung labuhan, sedangkan bila di tanam pada akhir musim hujan sesudah tanaman padi disebut jagung marengan. Dalam usahatani jagung ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Suharno, Syamsiar, 2009).

Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat geologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto, 1993:34).

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.  Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).
Lebih lanjut para patani dalam usaha meningkatkan pendapatannya selalu berhubungan pula dengan usaha-usaha perdagangan, agar petani dalam usaha-usaha peningkatan hasil pertanian tidak menderita kerugian jika produk pertaniannya dipasarkan, maka mereka harus dibekali pula dengan pengetahuan tentang perniagaan, bekal ini jelas harus diberikan karena mereka itu dalam dunia usaha adalah produsen-produsen (Kartasapoetra dkk, 1986 : 10).
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (M. Firdaus, 2009 : 6).
Jagung hibrida memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak (Warsana, 2007:10).
Usahatani dikatakan produktif atau efisien apabila usahatani tersebut mempunyai produktivitas tinggi. Produktivitas merupakan penggabungan dari konsep efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efesiensi fisik adalah mengukur banyaknya hasil (output) yang dapat diperoleh dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah adalah menggambarkan penyerapan tenaga kerja dan modal sehingga memberikan produk yang sebesar-besarnya (Mubyarto, 1983:45).
Tipe hibrida mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi daripada tipe bersari bebas, karena hibrida memiliki gen-gen dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan adanya gejala hybrid vigor atau heterosis dengan menggunakan galur tanaman generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu benih hibrida selalu dibuat ataupun diperbaharui untuk mendapatkan generasi F1. Penggunaan tipe hibrida selain meningkatkan hasil, jagung hibrida juga memberikan beberapa keuntungan lain yaitu lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan, pertanaman dan tongkol lebih seragam, di samping itu jumlah biji lebih banyak dan lebih berat (Jugenheimer, 1985:45).


Namun demikian, kondisi lingkungan untuk pertanaman jagung sangat bervariasi dari waktu ke waktu dan beragam pada berbagai lokasi, sedang tipe hibrida sangat peka terhadap lingkungan tumbuhnya.  Soemartono (1995:34) mengatakan bahwa untuk memperbaiki atau mengembangkan genotipe tanaman agar tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dapat dilakukan dengan introduksi tanaman budidaya baru atau mengembangkan varietas tahan.

Dalam rangka meningkatkan kinerja ekonomi komoditas jagung hibrida dan lainnya perlu diketahui hubungan berbagai faktor mikro, baik aspek produksi seperti luas areal produktif, luas areal baru, penanaman kembali, produksi jagung, maupun aspek produksi jagung yang berkaitan dengan permintaan dan harga jagung serta aspek perdagangan jagung hibrida (Soekartawi, 1990:32).

B. Faktor-Faktor Produksi
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang tdiperoleh. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecinya produksi yang diperoleh. Untuk menghasilkan suatu produk, diperlukan diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan fungsi produksi atau “factor realitionship” Soekartawi (2001 : 23).
 Dalam usahatani jagung, lahan pertanian, tenaga kerja, dan biaya produksi, merupakan faktor penting dalam usaha tani jagung. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.  Lahan Pertanian
Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 2005 : 33).
Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995:5).
Zulkifli (2005:12), mengemukakan bahwa jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase) dan tata udara tanahnya baik.

2.  Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja, ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi (Soekartawi, 1990 : 23).
Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1995:32).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khusunya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah tangga petani yang pada umumnya sangat terbatas kemampuanya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga kerja luar, yang berati menghemat biaya. Ken suratiyah (2009, 20).

3.  Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu segala biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan suatu usaha. Dalam proses produksi terdapat biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Mubyarto (1989:5) mengkategorikan biaya sebagai berikut :
a.    Biaya tetap
Yaitu biaya-biaya yang tidak habis dalam sekali proses produksi atau modal yang tidak berkaitan dengan jumlah produksi yang dihasilkan dan harus dibayar walaupun tanaman tidak berproduksi, yang termasuk dalam biaya ini antara lain pajak tanah, pajak air, penyusutan alat-alat pertanian. Penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan menggunakan rumus :
  Dimana :
  P    =    Penyusutan
  Naw =    Nilai awal
  Nak =    Nilai akhir
  Wp =    Waktu pakai    


b.  Biaya variabel
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi, yang termasuk kedalam biaya ini adalah biaya pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, pengolahan tanah dan upah tenaga kerja.
c.   Biaya total
Keseluruhan biaya produksi yang diperoleh dari penjumlahan total    biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai (Soekartawi, et al. 1986 : 34).

C. Produksi
Produksi pada hakekatnya adalah setiap usaha manusia yang membawa benda kedalam suatu keadaan sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik.
Assauri (1978:7) memberikan batasan produksi adalah sebagai berikut “segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi, yang dalam ekonomi berupa tanah, biaya dan tenaga kerja”.
Sedangkan menurut Winardi (1984:25) “Produksi yaitu setiap kegiatan yang mempertinggi guna ekonomi suatu benda”. Lebih lanjut menurut Darwin (1988:1) “Produksi adalah sebagai penciptaan penambahan faedah, antara lain faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat dan kombinasi dari faedah-faedah tersebut”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produksi adalah suatu proses pengubahan dari masukan-masukan, melalui suatu pengelolaan sehingga dapat menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa.

D. Nilai Produksi
Nilai produksi atau penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : (Soekartawi, 2006 : 54).
TR = Y . P
Dimana :
TR    =    Nilai produksi/penerimaan
Y      =    Produksi
P      =    Harga

Menurut Soekartawi (2002:55) dalam menghitung nilai produksi usahatani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : (1) Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian karena tidak semua produksi pertanian dapat dipanen secara serentak ; (2) Hati-hati menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali sehingga diperlukan data frekuensi penjualan ; (3) Jika penelitian usahatani menggunakan responden petani diperlukan teknik wawancara dengan baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperoleh.
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena keragaman kualitas tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian kadang-kadang tidak mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga bayangannya/shadow price.

E.  Harga
Menurut Soedarso (1991:72) mengemukakan “Harga adalah nilai-nilai yang tercantum dalam daftar harga. Harga ini merupakan suatu struktur harga yang terdiri dari harga dalam daftar ditambah komponen-komponen potongan harga yang diberikan kepada pembeli”.
Selanjutnya Basu Swastha DH dan Iraan (1990:241) mendifinisikan “Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”. Sedangkan Nitisemito (1985: 241) menyebutkan “Harga sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan akan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain”.
Kemudian Kotler (1984:48) mengemukakan “Harga adalah satu-satunya unsur pasar yang menghasilkan pendapatan penjualan, sedangkan unsur-unsur lainnya semata-mata merupakan unsur biaya”.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan harga adalah nilai tukar dari suatu barang dan jasa yang dapat dinyatakan dengan kesatuan hitung biasanya berupa satuan mata uang.

F.  Pendapatan Usahatani
Pendapatan bersih dari usahatani tanaman jagung meliputi nilai jual hasil produksi dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani tanaman jagung selama proses produksi yang dihitung dalam rupiah per hektar. Pendapatan bisa katakan untung bila nilai hasil produksi lebih tinggi dari biaya produksi, sebaliknya jika biaya produksi lebih tinggi dari nilai hasil produksi maka dikatakan rugi.
Pendapatan merupakan kanaikan faktor-faktor produksi dalam modal yang berasal dari kegiatan usaha, pendapatan ini dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien persewaan harta, meminjamkan uang dan semua kegiatan usaha dari profesi yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan (Niswonger, 1986:21).
Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu priode usaha yang diperhitungkan dari hasil penjualan dan pertukaran. Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan beberapa alternatif usahatani (Soekartawi, 1986 : 67).

TR   =    PR – BT
Dimana :
TR      =    Pendapatan/keuntungan
PR      =    Penerimaan
BT      =    Biaya total

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan pendapatan usahatani adalah sejumlah uang/barang yang diterima dari seseorang sebagai hasil dari pekerjaan dalam melakukan usahatani yang dilakukan dan diterima pada setiap penjualan hasil usahataninya.

G. Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi

Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan (Soekartawi,  1990 : 35).
Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesr-besarnya atau disebut juga dengan istilah meminimumkan biaya (Cost minimization). Penggunaan faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan yaitu banyaknya areal yang digunakan dalam melakukan usahatani jagung, tenaga kerja merupakan pencurahan tenaga kerja dalam mengelola usahatani jagung dan sarana produksi yaitu sarana yang dibutuhkan dalam usahatani untuk menghasilkan produksi, seperti benih, pupuk dan pestisida.
Pengertian efisiensi menurut Susantun (2000:149) merupakan antara perbandingan output dan input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output).

Dalam kaitannya dengan proses produksi, efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum sehingga dalam melakukan produksi, seorang petani yang rasional akan bersedia menambah input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh penambahan sejumlah input tersebut.
Efisiensi penggunaan faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang “maksimum”. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi alokatif /harga.
Menurut Doll dan Orazem (1978:24) terdapat dua syarat untuk mencapai efisiensi ekonomi, yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition). Syarat keharusan bagi penentuan efisiensi dan tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor produksi dengan produksi harus diketahui.
Menurut Soekartawi (1986:24) efisiensi adalah penggunaan input yang sekecil-kecil untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian ini akan terjadi apabila petani mampu membuat upaya Nilai Produk Marjinal input usahatani yang digunakan adalah sama dengan input tersebut.
Soekartawi (2002:12) konsep efisiensi mengandung tiga pengertian yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis ditujukan dengan pengalokasiaan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Efisiensi harga dapat tercapai jika petani dapat memperolah keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai pada saat penggunaan faktor produksi sudah dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa apabila petani menerapkan efisiensi teknis dan efisiensi harga maka produktivitas akan semakin tinggi.
Efisiensi akan tercapai jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut atau dapat ditulis dengan rumus :
NPMx  = Px     atau      
Dimana:
 Artinya penggunaan infut x sudah efesien dan diperoleh   keuntungan
 Artinya penggunaan infut x belum efesien
   Artinya penggunaan infut x tidak efesien
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi adalah NPMx/Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah. NPMx/Px < 1, artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mencapai  efisien, input X perlu dikurangi. NPMx/Px = 1, artinya penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan. Efisiensi yang demikian disebut juga efisiensi harga atau allocative effisiency.
Untuk mengetahui Nilai Produk Marginal (NPM) dari faktor-faktor produksi komoditas pertanian digunakan turunan persamaan dari Cobb Douglas sebagai berikut :
=
Dimana:
NPMx     =       Nilai produk marginal Xi
bi            =       Koefisien regresi Xi
Y            =       Jumlah produksi
Py          =       Harga jual usahatani jagung
Xi            =       Faktor produksi

H. Analisis Faktor Produksi
Untuk menganalisis variabel-variabel penduga/bebas yang berpengaruh terhadap variabel yang diduga dengan menggunakan  data sampel maka penulis menggunakan rumus : (Soekartawi, 1994).


1.  Cobb Douglas Fungsi Produksi Cobb Douglas
Fungsi cob-douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variable yang satu disebut dengan variable dependen (variabel terikat), yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen (variabel bebas), yang dijelaskan (X). Dengan suatu fungsi sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3,…….Xn)
Fungsi diatas diuraikan dalam bentuk persamaan eksponensial maka:
  Ŷ = β0 X1β1 X2β2 X3β3…. Xnβ e
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas maka persamaan tersebut diubah menjadi :
  Ŷ = b0 X1b1 X2b2 X3b3….. Xnb e
Persamaan diatas ditransformasikan dalam bentuk persamaan logaritma dengan tujuan untuk memudahkan penentuan nilai koefesien-koefesien variabelnya, sehingga persamaan diatas menjadi :
Log Ŷ = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log  X3 + .. + bn log X n + e
Dimana :
β0β1β2                                 = Konstanta yang akan ditentukan untuk data
populasi
b1 b2 b3                  = Konstanta yang diduga untuk data sampel
e                         = Galat / tingkat kesalahan
Ŷ                                    = Variabel yang diduga
X1  X2 ….Xn        = Variabel penduga
Dalam fungsi produksi cob-douglas nilai bi disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dimana bi merupakan jumlah dari b1 + b2 + b3 ini menunjukan tingkat kelangsungan proses produksi dimana terdapat kemungkinan alternatif. Soekartawi, (2003:162)
a.  Bila (bi) < 1 berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi, bila penggunaan faktor produksi ditambah 15% maka produksi akan bertambah sebesar 15%. (decreasing return to scale).
b.  Bila (bi) = 1 berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh, dimana penambahan proporsi input sama dengan proporsi output (constant return to scale).
c.   Bila (bi) > 1 berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar, bila faktor produksi ditambah 10%, maka produksi akan bertambah sebesar 20%. (increasing return to scale).

2.  Uji Koefisien Regresi Secara Serempakk(Uji F)
Untuk menguji masing-masing koefisien regresi secara serentak, maka tahapan-tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : (Sudjana, 2002).

1.  Rumusan Hipotesa
             H0:b1=b2...=b2=0 (diduga variabel-variabel penduga tidak   berpengaruh terhadap variabel yang diduga)
              H0:b1≠b2≠...≠bn≠0   (diduga variabel-variabelpenduga  berpengaruh terhadap variabel yang diduga)

2.         Rumus Uji F
   Ftabel = Fα/2 ( V1,V2)
                   V1 = k - 1
V1 = n – k

      Dimana :
      JKreg         =   Jumlah kuadrat-kuadrat regresi
      JKres         =   Jumlah kuadrat-kuadrat residuals
      K                =   Jumlah variabel
                       n                  =   Jumlah sampel


3.  Kriteria Keputusan
               Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0
               Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima H0





3.    Uji Koefisien Secara Parsial  (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial/terpisah maka digunakan uji t dengan langkah sebagai berikut : (Sudjana, 2002)
1.  Rumusan Hipotesa
H0 : bi = 0      (Diduga tidak terdapat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent)
               H1 : bi ≠ 0        (Diduga terdapat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent)

2.  Rumus Uji t
                       atau   
 ttabel = t α/2 (n –k )                
Dimana:
          = Koefesien yang di cari
            = Standar Error


3.  Kriteria Keputusan
Jika thitung > ttabel maka tolak H0
Jika thitung ≤ ttabel maka terima H0



4.  Uji Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi
Pada dasarnya prinsip penggunaan faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin, dalam ilmu ekonomi, maka pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga macam :
a.  Efisiensi Teknik (ET) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi yang sebenarnya dengan produksi maksimum.
b.  Efisiensi Alokatif (harga) menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif dapat tercapai jika dapat memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya.
c.   Efisiensi Ekonomi adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya Efisiensi ekonomi dapat tercapai jika efisiensi teknik dan efisiensi harga (alokatif) dapat tercapai.
 Efisiensi ekonomi pada usahatani tercapai apabila dapat mengkombinasikan masukan-masukan, sehingga Nilai Produk Marginal (NPM) untuk suatu masukan sama dengan harga faktor produksi (Px) tersebut, yang dapat dirumuskan sebagai serikut :
 atau ................................................(Soekartawi,1989)
Dengan kriteria :
, Berarti penggunaan masukan x telah efisiensi
, berarti penggunaan masukan x tidak efisien




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Gambaran Umum Daerah Penelitian.
1.  Letak dan Luas daerah
Kecamatan Timang Gajah merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Timang Gajah terletak pada posisi 4º 34’50” - 4º54’50 Lintang Utara dan 96º 40’75” - 97º 17’80 Bujur Timur dan berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter Di Atas Permukaan Laut (DPL), merupakan daerah yang umumnya areal pertanian komoditi kopi, tanaman keras selebihnya bertanam hortikultura. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
-          Sebelah Utara dengan Pintu Rime Gayo
-          Sebelah Selatan dengan Kecamatan Wih Pesam
-          Sebelah Barat dengan Kecamatan Ketol
-          Sebelah Timur dengan Kecamatan Bandar
Adapun kampung yang ada di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah berjumlah 20 kampung yaitu :
1         Kampung Bukit Mulie
2         Kampung Para Kanis
3         Kampung Lampahan Barat
4         Kampung Pantan Padirga
5         Kampung Gunung Tunyang
6         Kampung Karang Jadi
7         Kampung Kening
8         Kampung Lampahan Induk
9         Kampung Fajar Harapan
10      Kampung Linung Bale Tunyang
11      Kampung Tunyang Induk
12      Kampung Lampahan Timur
13      Kampung Sumber Jaya
14      Kampung Mekar Ayu
15      Kampung Simpang Layang
16      Kampung Cekal Baru
17      Kampung Datu Beru
18      Kampung Timang Gajah
19      Kampung Digul
20      Kampung Reronga

2. Keadaan Iklim dan Tanah
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang memegang peranan penting yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara biologis maupun secara fisik, hal-hal yang penting dari iklim dan banyak mempengaruhi tanaman antara lain curah hujan, temperatur, kelembapan dan angin.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping itu faktor-faktor tumbuh lainnya, iklim juga berperan dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah, disamping menentukan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman.
Di Kecamatan Timang Gajah umumnya daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah dikenal dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Secara umum tanaman jagung ini tidak menuntut iklim yang spesifik terhadap pertumbuhannya, namun untuk memperoleh hasil yang tinggi, jagung menghendaki syarat iklim . Penyinaran sinar matahari minimum 10 jam sehari , Curah hujan 760 – 1.015 mm/tahun. Temperatur minimum 10ºC daerah pertanaman adalah 12º Lintang Utara dan 12º Lintang Selatan. Ketinggian antara 845 – 1.500 m Dari Permukaan Laut (DPL).
Tanah adalah media untuk bercocok tanam maka dari itu tanah  merupakan faktor produksi yang sangat menentukan tinggi rendahnya produktivitas dibidang pertanian. Keadaan dan jenis tanah akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, demikian juga dengan tanaman jagung memerlukan tanah yang subur dan kaya akan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Struktur tanah di Kecamatan Timang Gajah pada umumnya sangat baik karena tanah topsoil masih banyak ditemukan yang memiliki ciri gembur dan tekstur serta lempung berpasir, liat dan jenis tanah andosol topografi bergelombang tetapi banyak terdapat lahan  datar. Ketinggian tempat pada umumnya 1200 DPL, dengan pH tanah berkisar antara 6 – 6,5.

3. Potensi Daerah
Berdasarkan iklim, curah hujan, suhu rata-rata, keadaan air, tofograpi, keadaan alam dan lingkungan sekitarnya sangat sesuai dengan lingkungan untuk pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini didukung pula dengan sarana dan prasarana yang cukup. Seperti transportasi yang lancar dan dekat dengan pasar sehingga mudah dalam penyediaan bahan/peralatan yang dibutuhkan serta pemasaran hasilnya.
Selain iklim yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman jagung, lahan yang tersedia masih luas untuk pengembangan usahatani jagung. Dan faktor pengalaman dalam berusahatani jagung akan sangat membantu petani dalam mengurangi resiko kegagalan panen.
Potensi daerah sangat menjanjikan dalam pengelolaan usahatani jagung hibrida dimana masyarakat ini telah memiliki banyak pengalaman dan tentunya sudah mengembangkan ilmu didalam membudidayakan jagung hibrida, sehingga dapat dilihat hasil yang didapat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Sebagai penunjang usahatani Kecamatan Timang Gajah telah memiliki sarana dan prasarana yang baik sehingga mempermudah petani dalam pengangkutan hasil pertanian. Pembangunan di bidang transportasi sudah cukup baik pada kawasan ini, serta banyaknya berdiri lembaga-lembaga koperasi banyak membantu petani, baik dalam permodalan dan pemasaran hasil.

B. Karakteristik Petani Sampel
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh karakteristik petani sampel sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012.

No
Uraian
Satuan
Jumlah
Keterangan
1
Luas Lahan
Hektar
0,2651

2
Umur
Tahun
53

3
Pendidikan
Tahun
7

4
Lama Berusaha
Tahun
24

5
Tanggungan
Jiwa
3

    Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat karakteristik petani sampel pada usahatani jagung didaerah penelitian dengan rata-rata luas lahan petani 0,2651 hektar, dengan rata-rata umur petani 53 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun atau rata-rata setingkat dengan SD – SMP, lama berusaha 24 tahun, dan jumlah tanggungan sebanyak 3 orang.
Karakteristik petani akan sangat menentukan bagaimana seseorang dalam mengelola dan menjalankan usahataninya, pengalaman berusahatani sangat membantu petani jagung dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapai dalam melakukan budaya tanaman jagung hibrida.

C. Biaya Produksi Usahatani Jagung (Zea Mays.L)
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani jagung, biaya produksi dalam usahatani jagung terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya tenaga kerja.
Biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.     Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Biaya Sewa Lahan
197,926

2.
Biaya Penyusutan Alat
313,581

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan sebesar       Rp 197,926,- dan biaya penyusutan alat Rp 313,581,-/musim tanam/hektar yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Biaya variabel dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan dalam satu kali proses produksi yakni biaya sarana produksi terdiri dari pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan. Dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6.    Rata-Rata Biaya sarana produksi Usahatani Jagung Persatu Kali Musim Tanam Perhektar Didaerah Penelitian.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Benih
185,229

2.
Urea
304,747

3.
Sp36
710,291

4.
KCL
492,092

5.
Insektisida
685,702

Jumlah
6,378,061

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya sarana produksi sebesar Rp 6,378,061 persatu kali musim tanam  perhektar pada usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Pencurahan tanaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP) dan Hari Kerja Wanita (HKW), hari kerja wanita dikonversikan kedalam 1 HKP baik itu tenaga dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.  HKP diartikan sebagai hari kerja pria dewasa dimana masa bekerja selama 7 jam per hari kerja yang dihitung berdasarkan biaya yang berlaku di daerah penelitian.
Tabel 4.     Rata-Rata Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung Di Daerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.


No
Uraian
HKP
Jumlah (Rp)
1.
Persiapan lahan
10

50,000
2.
Penanaman benih
19

50,000
3.
Penyiraman dan penyemprotan
26

50,000
4.
Penyiangan dan pemupukan
28

50,000
5.
Panen
20

50,000
6.
Pemipilan biji
25

50,000
7.
Penjemuran
25

50,000
Jumlah
154

50,000
Sumber : Data primer diolah Tahun 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pencurahan tenaga kerja didaerah penelitian dengan jumlah rata-rata 154 HKP dengan upah kerja per hari Rp 50.000 musim tanam/hektar.

D. Produksi dan Nilai Produksi
Nilai penjualan merupakan pendapatan kotor dari usahatani, dimana nilai produksi merupakan nilai penjualan dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan perluasan lahan dikalikan dengan harga jagung perkilogram, sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. . Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Kg,Rp)
Keterangan
1.
Produksi
6,257 Kg

2.
Harga Jual
15,686

3.
Nilai Produksi
25,029,838

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai produksi usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dengan rata-rata produksi 6,257 kg/musim tanam/hektar, dengan harga jual pada saat penelitian adalah sebesar Rp 4.000,-/kilogram, dengan nilai produksi sebesar Rp ,-

E.  Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil pengurangan antara nilai penjualan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani jagung atau nilai bersih yang didapatkan petani dalam mengelola suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9.    Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Nilai Produksi
25,029,838

2.
Biaya Produksi
10,596,254

3.
Pendapatan
14,433,584

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata nilai penjualan Rp 25,029,838,- dengan rata-rata biaya produksi Rp 10,596,254,- sehingga rata-rata pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar Rp 14,433,584,-/musim tanam/hektar.
F.  Analisis Faktor Produksi

1.  Fungsi Produksi Cob Douglas

Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas besarnya pengaruh faktor produksi sewa lahan, biaya sarana produksi dan tenaga kerja  terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung.
Rata-rata luas lahan usahatani jagung Hibrida 0,2651/Ha dan rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Menunjukan rata-rata pendapatan yang diterima petani jagung/musim tanam dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar menunjukan bahwa besarnya biaya sarana produksi  yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Untuk mengetahui efesensi faktor-faktor produksi terhadap pendapatan usahatani jagung. Dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 10.   Hasil Analisis Cobb Douglas faktor-faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012

Variabel
Koefisien Regresi
t hitung
Fhitung
X1 Sewa lahan
0,411
1,962
1,979
X2 Tenaga kerja
0,290
1,285
X3 Biaya sarana produksi
0,262
1,248
Konstanta
9,559

R = 0,356
R­­­­2 = 0,127
ttabel = 1,30
Ftabel = 2,84
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.

Dari tabel diatas bahwa nilai koefesien korelasi (R) sebesar  0,356 menunjukan hubungan yang sangat kuat artinya efesiensi faktor-faktor produksi sangai mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani jagung Hibrida di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Koefesien determinasi (R2) sebesar 0,127 atau 12,7% adalah kontribusi yang diberikan oleh efesiensi faktor-faktor  produksi biaya tetap, biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani jagung Hibrida di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan 87,3 % adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diproses dalam penelitian ini.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) pendapatan sebesar Rp 2,042,-/musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku biaya tetap Rp 1,440,-/musim tanam/hektar yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya sarana produksi sebesar Rp 1,330,-/musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,433,- /musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas didapat nilai koefisien regresi fungsi produksi diperoleh persamaan regresi Y = 9,559 X11,962 X2 1,285X3 1,248 atau dalam bentuk logaritma menjadi sebagai berikut : Y = log 9,559 +1,962 log X1+1,285 log X2 +1,248 log X3.
Dari persamaan diatas bahwa hasil perhitungan menunjukan konstanta (log b0) sebesar 0,980 dan setiap perubahan faktor produksi sewa lahan X1 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,962,- setiap perubahan faktor produksi sarana produksi X2 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,285,- dan setiap penambahan faktor produksi tenaga kerja X3 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,248,-.
Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani jagung hibrida bertujuan untuk mengetahui apakah setiap penambahan pengeluaran untuk pembelian faktor produksi dapat memberikan peningkatan pendapatan. Keuntungan maksimal tercapai apabila nilai produk maksimalnya (NPMx) suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Px). Perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dan harga faktor produksi (Px) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel  11. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012

No
Uraian
bi
NPMx
Px
NPMx/Px
1.
Sewa lahan
1,962
185,231
197,926
0,94
2.
Biaya Sarana Produksi
1,285
0,0495
2,378,061
0,02
3.
Tenaga kerja
1,248
0,2088
7,706,658
0,03
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas besarnya perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dengan harga faktor produksi (Px) adalah : untuk faktor produksi sewa lahan dengan nilai produk margina 185,231 dan nilai harga faktor produksi 197,926 maka NPMx/Px = 0,94. Untuk faktor produksi sarana produksi dengan nilai produk margina 0,0495l  dan nilai harga faktor produksi 2,378,061 maka NPMx/Px = 0,02. Untuk faktor produksi tenaga kerja dengan nilai produk marginal 0,2088 dan nilai harga faktor produksi 7,706,685 maka NPMx/Px = 0,03.
Maka :    
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal atau tidak mencapai efisien ekonomi. Faktor produksi sewa lahan mempunyai nilai perbandingan NPMx dengan Px lebih besar dari satu, sehingga penggunaan faktor produksi tersebut secara ekonomi belum efisien. Untuk mencapai efisiensi, penggunaan faktor produksi tersebut harus ditambah karena tambahan biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu pengurangan tenaga kerja.
Nilai perbandingan NPMx dengan Px untuk faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi secara ekonomi tidak efisien. Penambahan tenaga kerja dan biaya sarana produksi menyebabkan tambahan pengeluaran yang lebih besar dari pada tambahan penerimaan yang akan diperoleh.
Jika diperhatikan dari tabel analisis ragam,, diperoleh nilai Fhitung = 1,979 dan Ftabel dengan nilai α = 10% atau 0,1 (3 ; 45) adalah 2,84. Karena Fhitung < Ftabel atau dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier fungsi produksi Log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 yang diajukan dapat diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung < Ftabel maka faktor-faktor produksi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida maka terima Ha dan tolak H0.
Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi sewa lahan, faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi biaya sarana produksi dalam persamaan yang terbentuk, maka diuji dengan menggunakan uji t, dimana nilai thitung masing-masing faktor produksi adalah sebagai berikut :
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Faktor produksi sarana produksi thitung <  tTabel atau 1,285 < 1,30. Koefisien regresi faktor produksi tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika tenaga kerja ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung secara signifikan.
Faktor produksi tenaga kerja thitung < tTabel atau 1,248 < 1,30, koefisien regresi faktor produksi biaya sarana produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya bila biaya sarana produksi ditambah akan menurunkan pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian dengan tingkat kesalahan atau α = 10%.
Berdasarkan pada uji t tersebut bahwa penggunaan faktor produksi sewa lahan dan tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung, sedangkan faktor produksi biaya sarana produksi tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.  Usahatani jagung Hibrida (Zea Mays.L) di Kecamatan Timang Gajah rata-rata luas lahan  0,2651. Efesiensi faktor-faktor produksi usahatani Jagung meliputi Sewa Lahan , Biaya Sarana Produksi dan Biaya Tenaga Kerja.
2.  rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
3.  Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat bahwa Fhitung < Ftabel  maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha.
4.  Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
5.      Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.

B.   Saran
1.    Mengingat tingkat keuntungan yang tercapai produsen tidak saja ditentukan oleh besar kecilnya produksi melainkan juga oleh harga- harga input dan output maka ketika musim tanam jagung telah tiba maka pemerintah mengambil peran dalam pengendalian kelancaran distribusi sarana produksi khususnya ketersediaan pupuk dan kestabilan harga input lainnya.
2.    Pihak instansi terkait memberikan pengarahan dan penyuluhan terutana kepada petani skala besar agar dapat meningkatkan efektifitas produksinya. Hal ini dilakukan didasari pada petani besar memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan petani kecil.
3.    Hendaknya petani dapat mengidentifikasi pada saat musim kapan usahatani jagung ini dapat diusahakan untuk mendapatkan harga jual yang optimal sehingga akan mempengaruhi besarnya pendapatan.




DAFTAR PUSTAKA



Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Dan Apllikasinya. Cet I . Jakarta. Ghalia Indonesia.

Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jugenheimer, R.W.1985. Corn Improvement, Seed production, and Uses. John Wiley, New York.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi I. Jakarta. Rajawali Pers

Soekartawi, et al. 1986. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

_________. 1995. Analisis Usahatani. Cet I. Jakarta. UI-Press.

_________. 1990, Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajawali Pers.

_________ dkk. 2005. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cet III. Jakarta. UI-Press

Suprapto. 1992. Usahatani dan Budidaya Tanaman Jagung. Edisi ke Empat. Jakarta. Penerbit. Penebar Swadaya.

Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung. Indonesia.

Suharno, Syamsiar. 2009. Teknologi Budidaya Jagung Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.

Soeharjo, A. dan Patong, D.1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Bogor.

Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5  No. 2, hal 149 – 161.





















































































Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH