EFISIENSI FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI TERHADAPPENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA (ZEA MAYS. L) DI KECAMATAN TIMANG GAJAH KABUPATEN BENER MERIAH
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efisiensi faktor-faktor produksi dan biaya produksi
serta untuk mengetahui seberapa besar perbandingan faktor produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Kampung yang menjadi tempat
penelitian di Kecamatan Timang Gajah yaitu Kampung Timang Gajah, Kampung Digul,
Kampung Reronga dengan jumlah populasi 83 petani jagung.
Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian
sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk
sewa lahan sebesar 197,926/musim
tanam/hektar, dan biaya penyusutan alat
diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil
penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per
hektar.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak)
terlihat bahwa Fhitung
< Ftabel
maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor
produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani
jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha. Faktor
produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30.
Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat
kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan
terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah
akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Berdasakan
nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1)
usahatani Jagung Hibrida belum efesien ,
untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM
< 1 atau 0,02 < 1 artinya penggunaan faktor sarana produksi (X2)
usahatani Jagung Hibrida belum efesien ,
untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM <
1 atau 0,03 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jagung adalah komoditas pertanian yang
penting di Indonesia, bahkan beberapa daerah menggunakan jagung sebagai makanan
pokok. Usahatani budidaya jagung tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Berdasarkan data dari PT. BISI pada tahun 2003 produksi jagung di Indonesia
mencapai 3.206.504 ton. Dari total panen tersebut Propinsi Jawa Timur merupakan
kontributor utama dengan total panen sebanyak 1.132.407 ton, sedangkan Nusa
Tenggara Timur di urutan kedua dengan total produksi sebanyak 206.664 ton.
Kebutuhan jagung selalu meningkat dari tahun
ketahun. Peningkatan kebutuhan jagung ini disebabkan karena semakin
berkembangnya industri-industri berbahan baku jagung. Peranan komoditas jagung
semakin penting dalam beberapa tahun terakhir ini baik sebagai bahan baku
industri makanan maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung
nasional untuk bahan baku pakan ternak terus meningkat.
Sebagai gambaran, pada tahun 1990 kebutuhan
jagung untuk pakan ternak mencapai 1.585,000 ton, tahun 1996 melonjak menjadi
3.510.000 ton dan pada tahun 1997 menjadi 3,813.000 ton. Produksi jagung
Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga Indonesia harus
mengimpor jagung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Impor jagung Indonesia
tahun 1994 mencapai 1.118.000 ton dan tahun 1995 meningkat menjadi 1.330.000
ton (Bachtriadi, 1995). Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi
jagung di Indonesia terus dilakukan, baik melalui perbaikan budidaya maupun
melalui kajian-kajian faktor sosial ekonomi masyarakat petani, hasil dari
usaha-usaha tersebut adalah tidak melambungnya angka impor jagung dari tahun ke
tahun.
Untuk mendapatkan hasil jagung yang
baik maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses
produksi jagung tersebut. Faktor produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga
kerja dan biaya sarana produksi. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang
berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak
tersedia maka proses produksi tidak berjalan dengan baik.
Luas lahan merupakan luas areal yang
digunakan petani dalam melakukan budidaya, luas lahan biasanya mempengaruhi
skala pendapatan petani dalam mengelola usahanya, jika luas lahan yang
diusahakan lebih luas maka pendapatan akan lebih besar bila pengelolaan
dilakukan secara baik dan benar.
Tenaga kerja merupakan curahan
tenaga yang digunakan dalam berusahatani baik tenaga manusia, tenaga mesin
pertanian ataupun tenaga hewan. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam
keluarga dan luar keluarga yang terdiri dari tenaga pria, wanita dan anak-anak.
Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan
menggunakan satuan HKP.
Biaya produksi yaitu segala biaya
yang digunakan dalam proses produksi baik biaya tunai ataupun tidak tunai. Yang
termasuk dalam biaya produksi adalah biaya tetap dan biaya sarana produksi.
Usahatani dikatakan mencapai efisien apabila sudah
mencapai keuntungan maksimum, yaitu mencapai Nilai Produk Marginal (NPMx) untuk
faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Px). Tingkat keuntungan
maksimum akan diperoleh jika petani atau produsen menggunakan pilihan kombinasi
faktor-faktor produksi yang optimal. Sehingga pada saat keuntungan maksimum
telah dicapai berarti penggunaan faktor-faktor produksi dikatakan telah
efisien.
Syarat keharusan bagi penentuan tingkat efesiensi dan
tingkat produksi optimum adalah diketahuinya hubungan fisik antara
faktor-faktor produksi dengan produksi yang dihasilkan. Syarat keharusan
menunjukkan tingkat efisiensi teknis yang dipenuhi, yaitu harus diketahui
elastisitas produksi yang bisa diturunkan dari fungsi produksi. Syarat kedua
yang harus dipenuhi untuk mencapai keuntungan maksimum adalah syarat kecukupan.
Syarat kecukupan menunjukkan tingkat efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis
dengan keuntungan maksimum tercapai jika NPMx sama dengan Px, yang berarti
setiap penambahan biaya yang dikeluarkan untuk faktor produksi mampu memberikan
tambahan penerimaan dengan jumlah yang sama dengan tambahan biayanya.
Analisa efisiensi merupakan ukuran perbandingan antara
output dan input, serta untuk mengetahui besarnya rasio masing-masing faktor
produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, yaitu luas lahan,
tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Seorang petani secara teknis dikatakan
lebih efisien dibandingkan dengan yang lain bila petani itu dapat berproduksi
lebih tinggi secara fisik dengan dengan menggunakan faktor produksi yang sama.
Efesiensi faktor produksi
luas lahan merupakan efesiensi penggunaan luas lahan yang efektif dan berhasil
guna serta pemanfaatan lahan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang
maksimum.
Efisiensi faktor produksi
tenaga kerja adalah efisiensi fisik yang dinilai dengan uang, semakin efektif
penggunaan tenaga kerja maka semakin efesien hasil yang diperoleh dalam
berbudidaya jagung hibrida.
Efisiensi faktor produksi
biaya produksi sendiri adalah efesiensi penggunaan biaya produksi sehingga
hasil yang didapat menjadi maksimal. Pada setiap panen petani akan menghitung
berapa hasil bruto produksinya yaitu luas lahan dikalikan hasil per satuan luas
dan semua dinilai dengan uang. Tetapi hasil itu masih harus dikurangi dengan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Setelah semua biaya-biaya tersebut
dikurangi, barulah petani memperoleh hasil bersih. Apabila hasil bersih petani
besar, maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin
tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien.
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah merupakan
salah satu daerah yang petaninya banyak mengusahakan tanaman jagung sebagai
tanaman pangan untuk kebutuhan sampingan selain tanaman kopi, dengan luas lahan
yang diusahakan untuk areal penanaman jagung sebesar 380 hektar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Luas
lahan dan produksi usahatani jagung rata-rata per tahun di Kabupaten
Bener Meriah Tahun 2011
No
|
Kecamatan
|
Luas (Ha)
|
Produksi
|
1.
|
Bukit
|
33
|
47
|
2.
|
P. Rime Gayo
|
563,5
|
6.784
|
3.
|
Bandar
|
49
|
22
|
4.
|
Syiah Utama
|
19
|
0
|
5.
|
Permata
|
663
|
36
|
6.
|
Wih Pesam
|
129,5
|
381
|
7.
|
Timang Gajah
|
219,5
|
115
|
8.
|
Gajah Putih
|
25
|
7
|
9.
|
Bener Kelipah
|
17
|
0
|
10.
|
Mesidah
|
1
|
3,5
|
|
Jumlah
|
1.880
|
7.395,5
|
Sumber
Data Sekunder : Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011
Dari
tabel di atas terlihat luas areal tanaman jagung di Kecamatan Timang Gajah
219,5 ha dengan rata-rata produksi 115 ton per tahun.Luas lahan dan jumlah populasi setiap
kampung di Kecamatan Timang Gajah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel
2. Luas lahan dan sebaran populasi setiap
kampung di Kecamatan Timang Gajah Tahun 2011
No
|
Kampung
|
Luas Lahan (Ha)
|
Populasi (orang)
|
1
|
Bukit Mulie
|
16
|
22
|
2
|
Kulem Parakanis
|
11
|
17
|
3
|
Lampahan Barat
|
11
|
12
|
4
|
Pantan Padirga
|
4
|
6
|
5
|
Gunung Tunyang
|
5
|
10
|
6
|
Karang Jadi
|
2
|
5
|
7
|
Kening
|
5
|
8
|
8
|
Lampahan Induk
|
2
|
4
|
9
|
Fajar Harapan
|
6
|
12
|
10
|
Linung
Bale Tunyang
|
14,5
|
20
|
11
|
Tunyang
Induk
|
8
|
9
|
12
|
Lampahan
Timur
|
6
|
7
|
13
|
Sumber
Jaya
|
5,5
|
22
|
14
|
Mekar
Ayu
|
7
|
10
|
15
|
Simpang
Layang
|
12,5
|
18
|
16
|
Cekal
Baru
|
4
|
4
|
17
|
Datu
Beru
|
13
|
13
|
18
|
Timang
Gajah
|
25
|
35
|
19
|
Digul
|
16
|
20
|
20
|
Reronga
|
18
|
28
|
Jumlah
|
219,5
|
282
|
Sumber Data Sekunder : Balai
Penyuluh Pertanian (BPP) dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bener Meriah Tahun 2011
Dari
tabel di atas terlihat Kampung Timang Gajah memiliki areal terluas
pembudidayaan jagung hibrida dengan luas 25 ha dengan jumlah populasi populasi
35 orang. Jumlah keseluruhan luas lahan 219,5 ha dan jumlah keseluruhan
populasi 282 orang.
Dalam
upaya pengembangan jagung yang lebih maju diperlukan upaya efisiensi usahatani,
baik ekonomi mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai
penanaman, pemerliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat.
Penanganan
varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) mempunyai peranan penting dalam
upaya peningkatan produktivitas jagung. Memilih varietas hendaknya melihat
spesifikasi varietas terutama potensi hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau
penyakit, ketahanannya terhadap kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji
dan disenangi baik petani maupun padagang dan konsumen.
Jagung
menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait
dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran buah jagung juga
bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu pipilan keringnya dimanfaatkan
untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang
sangat menjanjikan baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih
lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa
panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta
produktivitasnya lebih banyak.
Tersedianya
sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani
akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien. Karena
pentingnya komoditi jagung, maka akan dilakukan penelitian mengenai efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung hibrida (Zea
mays L) di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka, identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah terdapat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida?
2.
Apakah penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien
pada usahatani jagung hibrida?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida
2.
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani jagung hibrida
D. Manfaat
Penelitian
1.
Bagi peneliti, penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan
usahatani jagung.
2.
Sebagai
bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengembangan usahatani jagung yang
berimplikasi terhadap pendapatan daerah serta menjadi bahan masukan dalam
penyusunan kebijakan pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Bener Meriah.
3.
Sebagai
bahan informasi tambahan pengembangan ilmu pengetahuan petani dalam
mengembangkan usahatani tanaman hortikultura khususnya tanaman jagung.
E. Hipotesa
Berdasarkan latar
belakang dan tujuan penelitian di atas maka hipotesa penelitian sebagai berikut
:
1.
Diduga ada pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida.
2.
Diduga bahwa telah efisien penggunaan faktor-faktor
produksi usahatani jagung hibrida.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Usahatani
Ilmu
usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila tidak ada barang yang terbuang percuma
atau penggunaannya seefektif mungkin untuk memenuhi keinginan masyarakat (Paul
Samuelson, 2003:12)
Usahatani
adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya.(A.T.Mosher,
1968:57). Usahatani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.
Indah Susilowati, Budi
Suprihono (2003:24), menyatakan bahwa usahatani adalah kegiatan untuk
memproduksi dilingkungan pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya
yang dikeluarkan dari penerimaan yang diperoleh.
Pembangunan usahatani
menuju usahatani yang tangguh dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani
masa depan yang tegar dalam posisinya (Hernanto F, 1991:12).
Usahatani adalah
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu ya”ng diperlukan untuk
produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah
dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di
atas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1995 : 59).
Usahatani menurut Hernanto F (1991:28), diartikan sebagai
kesatuan organisasi antara modal, kerja dan pengelolaan yang ditujukan untuk
memperoleh produksi di lapangan pertanian. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Soeharjo (1993:21) menyatakan ada 4 hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan
usahatani, yaitu (1) Organisasi usahatani ; dengan perhatian khusus pada
pengelolaan unsur-unsur produksi dan tujuan usahanya, (2) Pola pemilikan tanah
usahatani, (3) Kerja usahatani ; dengan perhatian khusus pada distribusi kerja
dan pengangguran dalam usahatani, dan (4) Modal usahatani ; dengan perhatian
khusus kepada proporsi dan sumber petani memperoleh modal
Usahatani sebagai
organisasi dari alam, tenaga kerja, modal yang ditujukan kepada produksi di
lapangan pertanian, dimana usahatani ini semata-mata menuju pada keuntungan
yang secara terus-menerus, bersifat komersial (Bachtiar, 1980 : 17).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang dikuasai sebaik-baiknya, dikatakan efesien bila pemanfaatan
sumberdaya menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input
(Soekartawi, 1995 : 10).
Usahatani
tanaman jagung dapat diusahakan hampir disemua jenis tanah, yang terpenting
dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur nitrogen, posfor, kalium pada
tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung
memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Di lahan tegalan, jagung di tanam pada musim hujan dan
dilahan sawah jagung di tanam pada awal musim hujan pada umutmnya disebut
jagung labuhan, sedangkan bila di tanam pada akhir musim hujan sesudah tanaman
padi disebut jagung marengan. Dalam usahatani jagung ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu curah hujan ideal sekitar
85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpl (Suharno, Syamsiar, 2009).
Usahatani merupakan organisasi dari
alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi ini sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang,
segolongan sosial, baik yang terikat geologis, politis maupun teritorial
sebagai pengelolanya (Hernanto, 1993:34).
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).
Lebih lanjut para patani dalam usaha meningkatkan
pendapatannya selalu berhubungan pula dengan usaha-usaha perdagangan, agar
petani dalam usaha-usaha peningkatan hasil pertanian tidak menderita kerugian
jika produk pertaniannya dipasarkan, maka mereka harus dibekali pula dengan
pengetahuan tentang perniagaan, bekal ini jelas harus diberikan karena mereka
itu dalam dunia usaha adalah produsen-produsen (Kartasapoetra dkk, 1986 : 10).
Usahatani (farm) adalah
organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada
produksi dilapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri
sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai
pengelolanya (M. Firdaus, 2009 : 6).
Jagung
hibrida memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jagung biasa. Keunggulan
tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan
penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak (Warsana, 2007:10).
Usahatani dikatakan produktif atau efisien apabila
usahatani tersebut mempunyai produktivitas tinggi. Produktivitas merupakan
penggabungan dari konsep efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah.
Efesiensi fisik adalah mengukur banyaknya hasil (output) yang dapat diperoleh
dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah adalah menggambarkan penyerapan
tenaga kerja dan modal sehingga memberikan produk yang sebesar-besarnya
(Mubyarto, 1983:45).
Tipe
hibrida mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi daripada tipe bersari bebas,
karena hibrida memiliki gen-gen dominan yang mampu untuk memberi hasil tinggi.
Hibrida dikembangkan berdasarkan adanya gejala hybrid vigor atau heterosis
dengan menggunakan galur tanaman generasi F1 sebagai tanaman
produksi. Oleh karena itu benih hibrida selalu dibuat ataupun diperbaharui
untuk mendapatkan generasi F1. Penggunaan tipe hibrida selain
meningkatkan hasil, jagung hibrida juga memberikan beberapa keuntungan lain
yaitu lebih toleran terhadap hama penyakit, lebih tanggap terhadap pemupukan,
pertanaman dan tongkol lebih seragam, di samping itu jumlah biji lebih banyak
dan lebih berat (Jugenheimer, 1985:45).
Namun demikian,
kondisi lingkungan untuk pertanaman jagung sangat bervariasi dari waktu ke waktu
dan beragam pada berbagai lokasi, sedang tipe hibrida sangat peka terhadap
lingkungan tumbuhnya. Soemartono (1995:34)
mengatakan bahwa untuk memperbaiki atau mengembangkan genotipe tanaman agar
tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dapat dilakukan dengan
introduksi tanaman budidaya baru atau mengembangkan varietas tahan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja
ekonomi komoditas jagung hibrida dan lainnya perlu diketahui hubungan berbagai
faktor mikro, baik aspek produksi seperti luas areal produktif, luas areal
baru, penanaman kembali, produksi jagung, maupun aspek produksi jagung yang
berkaitan dengan permintaan dan harga jagung serta aspek perdagangan jagung
hibrida (Soekartawi, 1990:32).
B.
Faktor-Faktor
Produksi
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor
produksi dikenal juga dengan istilah input. Faktor produksi memang sangat
menentukan besar kecilnya produksi yang tdiperoleh. Faktor produksi dikenal
pula dengan istilah input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor
produksi memang sangat menentukan besar kecinya produksi yang diperoleh. Untuk
menghasilkan suatu produk, diperlukan diperlukan pengetahuan hubungan antara
faktor produksi (input) dan produksi (output). Hubungan antara input dan output
ini disebut dengan fungsi produksi atau “factor realitionship” Soekartawi (2001
: 23).
Dalam usahatani jagung, lahan pertanian, tenaga kerja,
dan biaya produksi, merupakan faktor penting dalam usaha tani jagung.
Faktor-faktor produksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Lahan Pertanian
Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian.
Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan
usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian
adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas
lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran
luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka
ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 2005 : 33).
Faktor produksi tanah
mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa
yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto,
1995:5).
Zulkifli (2005:12), mengemukakan bahwa
jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman
ini dapat tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan
kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung
masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase)
dan tata udara tanahnya baik.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam
jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi
kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Jumlah tenaga kerja
ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja, ini tidak
diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi (Soekartawi,
1990 : 23).
Upah tenaga kerja pria
umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah
tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia
(Mubyarto, 1995:32).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam
usahatani keluarga khusunya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya.
Rumah tangga petani yang pada umumnya sangat terbatas kemampuanya dari segi
modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat
diselesaikan oleh keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan
oleh tenaga kerja sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga kerja luar, yang
berati menghemat biaya. Ken suratiyah (2009, 20).
3. Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu
segala biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan suatu usaha. Dalam proses
produksi terdapat biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Mubyarto (1989:5) mengkategorikan biaya sebagai berikut :
a. Biaya
tetap
Yaitu biaya-biaya yang tidak habis dalam
sekali proses produksi atau modal yang tidak berkaitan dengan jumlah produksi
yang dihasilkan dan harus dibayar walaupun tanaman tidak berproduksi, yang
termasuk dalam biaya ini antara lain pajak tanah, pajak air, penyusutan
alat-alat pertanian. Penyusutan alat-alat pertanian dihitung dengan menggunakan
rumus :
Dimana
:
P = Penyusutan
Naw = Nilai
awal
Nak = Nilai
akhir
Wp = Waktu
pakai
b. Biaya
variabel
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
satu kali proses produksi, yang termasuk kedalam biaya ini adalah biaya
pembelian bibit, pupuk, obat-obatan, pengolahan tanah dan upah tenaga kerja.
c. Biaya
total
Keseluruhan biaya
produksi yang diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran
usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di
dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja petani. Pengeluaran
usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai (Soekartawi, et al. 1986 : 34).
C. Produksi
Produksi pada hakekatnya adalah setiap
usaha manusia yang membawa benda kedalam suatu keadaan sehingga dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik.
Assauri (1978:7) memberikan batasan produksi
adalah sebagai berikut “segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor
produksi, yang dalam ekonomi berupa tanah, biaya dan tenaga kerja”.
Sedangkan menurut
Winardi (1984:25) “Produksi yaitu setiap kegiatan yang mempertinggi guna
ekonomi suatu benda”. Lebih lanjut menurut Darwin (1988:1) “Produksi adalah
sebagai penciptaan penambahan faedah, antara lain faedah bentuk, faedah waktu,
faedah tempat dan kombinasi dari faedah-faedah tersebut”.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan produksi adalah suatu proses
pengubahan dari masukan-masukan, melalui suatu pengelolaan sehingga dapat
menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa.
D. Nilai Produksi
Nilai produksi atau
penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : (Soekartawi, 2006
: 54).
TR = Y . P
Dimana :
TR = Nilai
produksi/penerimaan
Y = Produksi
P = Harga
Menurut Soekartawi (2002:55) dalam menghitung nilai
produksi usahatani, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : (1) Hati-hati
dalam menghitung produksi pertanian karena tidak semua produksi pertanian dapat
dipanen secara serentak ; (2) Hati-hati menghitung penerimaan karena produksi
mungkin dijual beberapa kali sehingga diperlukan data frekuensi penjualan ; (3)
Jika penelitian usahatani menggunakan responden petani diperlukan teknik
wawancara dengan baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan
hasil penjualan yang diperoleh.
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau
output. Dalam bidang pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena
perbedaan kualitas pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena
keragaman kualitas tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian
kadang-kadang tidak mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi
diukur menurut harga bayangannya/shadow price.
E. Harga
Menurut Soedarso (1991:72)
mengemukakan “Harga adalah nilai-nilai yang tercantum dalam daftar harga. Harga
ini merupakan suatu struktur harga yang terdiri dari harga dalam daftar
ditambah komponen-komponen potongan harga yang diberikan kepada pembeli”.
Selanjutnya Basu Swastha DH dan Iraan (1990:241)
mendifinisikan “Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya”. Sedangkan Nitisemito (1985: 241)
menyebutkan “Harga sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
jumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan akan
bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain”.
Kemudian Kotler (1984:48)
mengemukakan “Harga adalah satu-satunya unsur pasar yang menghasilkan
pendapatan penjualan, sedangkan unsur-unsur lainnya semata-mata merupakan unsur
biaya”.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan harga adalah nilai tukar dari
suatu barang dan jasa yang dapat dinyatakan dengan kesatuan hitung biasanya
berupa satuan mata uang.
F. Pendapatan Usahatani
Pendapatan bersih dari usahatani tanaman
jagung meliputi nilai jual hasil produksi dikurangi biaya produksi yang
dikeluarkan pada usahatani tanaman jagung selama proses produksi yang dihitung
dalam rupiah per hektar. Pendapatan
bisa katakan untung bila nilai hasil produksi lebih tinggi dari biaya produksi,
sebaliknya jika biaya produksi lebih tinggi dari nilai hasil produksi maka
dikatakan rugi.
Pendapatan merupakan kanaikan faktor-faktor produksi
dalam modal yang berasal dari kegiatan usaha, pendapatan ini dihasilkan dari
penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada pelanggan atau klien
persewaan harta, meminjamkan uang dan semua kegiatan usaha dari profesi yang
bertujuan untuk memperoleh penghasilan (Niswonger, 1986:21).
Pendapatan kotor merupakan pendapatan yang diperoleh dari
usahatani selama satu priode usaha yang diperhitungkan dari hasil penjualan dan
pertukaran. Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor
usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan
ukuran keuntungan yang dapat dipakai untuk membandingkan beberapa alternatif
usahatani (Soekartawi, 1986 : 67).
TR = PR –
BT
Dimana :
TR = Pendapatan/keuntungan
PR = Penerimaan
BT = Biaya
total
Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dapat dikatakan pendapatan usahatani adalah sejumlah uang/barang
yang diterima dari seseorang sebagai hasil dari pekerjaan dalam melakukan
usahatani yang dilakukan dan diterima pada setiap penjualan hasil usahataninya.
G.
Efisiensi Penggunaan
Faktor-faktor Produksi
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau
produksi suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan (Soekartawi, 1990 : 35).
Efisiensi produksi dapat diartikan sebagai upaya
penggunaan input atau faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
hasil produksi yang sebesr-besarnya atau disebut juga dengan istilah
meminimumkan biaya (Cost minimization).
Penggunaan faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan yaitu banyaknya
areal yang digunakan dalam melakukan usahatani jagung, tenaga kerja merupakan
pencurahan tenaga kerja dalam mengelola usahatani jagung dan sarana produksi
yaitu sarana yang dibutuhkan dalam usahatani untuk menghasilkan produksi,
seperti benih, pupuk dan pestisida.
Pengertian
efisiensi menurut Susantun (2000:149) merupakan antara perbandingan output dan
input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika
rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan
bahwa efisiensi adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output).
Dalam kaitannya dengan
proses produksi, efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa
input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Asumsi dasar dari efisiensi
adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum sehingga dalam
melakukan produksi, seorang petani yang rasional akan bersedia menambah input
selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input tersebut sama atau
lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh penambahan sejumlah
input tersebut.
Efisiensi penggunaan faktor
produksi luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi dikatakan efisien secara
teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan
produksi yang “maksimum”. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi
alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi
luas lahan, tenaga kerja dan biaya produksi yang bersangkutan dan dikatakan
efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan
sekaligus juga mencapai efisiensi alokatif /harga.
Menurut Doll dan Orazem (1978:24) terdapat dua syarat untuk mencapai efisiensi
ekonomi, yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan syarat
kecukupan (sufficient condition). Syarat keharusan bagi penentuan
efisiensi dan tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor
produksi dengan produksi harus diketahui.
Menurut
Soekartawi (1986:24)
efisiensi adalah penggunaan input yang sekecil-kecil untuk mendapatkan produksi
yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian ini akan terjadi apabila petani
mampu membuat upaya Nilai Produk Marjinal input usahatani yang digunakan adalah
sama dengan input tersebut.
Soekartawi (2002:12) konsep efisiensi mengandung tiga pengertian yaitu efisiensi teknis,
efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis ditujukan dengan pengalokasiaan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai.
Efisiensi harga dapat tercapai jika petani dapat memperolah keuntungan yang
besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut
dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga.
Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai pada saat penggunaan faktor produksi
sudah dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Berdasarkan keterangan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa apabila petani menerapkan efisiensi teknis dan
efisiensi harga maka produktivitas akan semakin tinggi.
Efisiensi akan tercapai jika nilai produk marginal (PM)
untuk suatu input sama dengan harga input (P) tersebut atau dapat ditulis
dengan rumus :
NPMx = Px atau
Dimana:
Artinya penggunaan infut x sudah efesien dan
diperoleh keuntungan
Artinya penggunaan infut x belum efesien
Artinya penggunaan infut x tidak efesien
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang
sering terjadi adalah NPMx/Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien.
Untuk mencapai efisien, input X perlu ditambah. NPMx/Px < 1, artinya
penggunaan input X tidak efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx/Px =
1, artinya penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan. Efisiensi
yang demikian disebut juga efisiensi harga atau allocative effisiency.
Untuk mengetahui Nilai Produk Marginal (NPM) dari
faktor-faktor produksi komoditas pertanian digunakan turunan persamaan dari
Cobb Douglas sebagai berikut :
=
Dimana:
NPMx = Nilai produk marginal Xi
bi = Koefisien regresi Xi
Y = Jumlah produksi
Py = Harga jual usahatani jagung
Xi = Faktor
produksi
H. Analisis Faktor Produksi
Untuk menganalisis
variabel-variabel penduga/bebas yang berpengaruh terhadap variabel yang diduga
dengan menggunakan data sampel maka
penulis menggunakan rumus : (Soekartawi, 1994).
1. Cobb
Douglas Fungsi Produksi Cobb Douglas
Fungsi cob-douglas adalah suatu fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variable yang satu disebut
dengan variable dependen (variabel terikat), yang dijelaskan (Y) dan yang lain
disebut variabel independen (variabel bebas), yang dijelaskan (X). Dengan suatu
fungsi sebagai berikut :
Y
= f (X1,
X2, X3,…….Xn)
Fungsi
diatas diuraikan dalam bentuk persamaan eksponensial maka:
Ŷ
= β0 X1β1 X2β2 X3β3….
Xnβ e
Untuk memudahkan pendugaan terhadap
persamaan diatas maka persamaan tersebut diubah menjadi :
Ŷ = b0 X1b1 X2b2
X3b3….. Xnb e
Persamaan diatas ditransformasikan dalam
bentuk persamaan logaritma dengan tujuan untuk memudahkan penentuan nilai
koefesien-koefesien variabelnya, sehingga persamaan diatas menjadi :
Log Ŷ = log b0
+ b1 log X1 + b2 log X2 + b3
log X3 + .. + bn log X n + e
Dimana :
β0β1β2 =
Konstanta
yang akan ditentukan untuk data
populasi
b1
b2 b3 =
Konstanta yang diduga untuk data sampel
e = Galat / tingkat
kesalahan
Ŷ = Variabel
yang diduga
X1 X2 ….Xn = Variabel penduga
Dalam fungsi produksi cob-douglas nilai bi
disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas
produksi. Dimana bi merupakan jumlah dari b1 + b2
+ b3 ini menunjukan tingkat kelangsungan proses
produksi dimana terdapat kemungkinan alternatif. Soekartawi, (2003:162)
a. Bila
(bi) < 1 berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi
proporsi penambahan produksi, bila penggunaan faktor produksi ditambah 15% maka
produksi akan bertambah sebesar 15%. (decreasing return to scale).
b. Bila
(bi) = 1 berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi yang diperoleh, dimana penambahan proporsi input sama
dengan proporsi output (constant return to scale).
c. Bila
(bi) > 1 berarti proporsi penambahan faktor produksi akan
menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar, bila faktor
produksi ditambah 10%, maka produksi akan bertambah sebesar 20%. (increasing
return to scale).
2. Uji Koefisien Regresi Secara Serempakk(Uji
F)
Untuk menguji
masing-masing koefisien regresi secara serentak, maka tahapan-tahapan analisis
yang dilakukan adalah sebagai berikut : (Sudjana, 2002).
1. Rumusan Hipotesa
H0:b1=b2...=b2=0
(diduga variabel-variabel penduga tidak
berpengaruh terhadap variabel yang diduga)
H0:b1≠b2≠...≠bn≠0 (diduga variabel-variabelpenduga berpengaruh terhadap variabel yang diduga)
2.
Rumus Uji F
Ftabel = Fα/2
( V1,V2)
V1 = k - 1
V1 = n – k
Dimana :
JKreg = Jumlah
kuadrat-kuadrat regresi
JKres = Jumlah kuadrat-kuadrat residuals
K = Jumlah variabel
n = Jumlah sampel
3. Kriteria Keputusan
Jika Fhitung > Ftabel maka tolak
H0
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima H0
3. Uji Koefisien Secara Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas secara parsial/terpisah maka digunakan uji
t dengan langkah sebagai berikut : (Sudjana, 2002)
1. Rumusan Hipotesa
H0 : bi = 0 (Diduga tidak
terdapat pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent)
H1 :
bi ≠ 0 (Diduga terdapat pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent)
2. Rumus Uji t
atau
ttabel = t
α/2 (n –k )
Dimana:
= Koefesien
yang di cari
= Standar Error
3.
Kriteria Keputusan
Jika thitung > ttabel maka tolak
H0
Jika thitung ≤ ttabel maka terima H0
4. Uji Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi
Pada dasarnya prinsip
penggunaan faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi
tersebut seefisien mungkin,
dalam ilmu ekonomi, maka pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga
macam :
a. Efisiensi
Teknik (ET) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi yang
sebenarnya dengan produksi maksimum.
b. Efisiensi
Alokatif (harga) menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif dapat
tercapai jika dapat memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marginal
setiap faktor produksi dengan harganya.
c.
Efisiensi Ekonomi adalah
besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya
Efisiensi ekonomi dapat tercapai jika efisiensi teknik dan efisiensi harga
(alokatif) dapat tercapai.
Efisiensi ekonomi pada usahatani tercapai apabila dapat
mengkombinasikan masukan-masukan, sehingga Nilai Produk Marginal (NPM) untuk
suatu masukan sama dengan harga faktor produksi (Px) tersebut, yang dapat
dirumuskan sebagai serikut :
atau
................................................(Soekartawi,1989)
Dengan kriteria :
, Berarti
penggunaan masukan x telah efisiensi
, berarti
penggunaan masukan x tidak efisien
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian.
1.
Letak dan Luas daerah
Kecamatan Timang Gajah merupakan salah satu Kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Timang Gajah terletak pada
posisi 4º 34’50” - 4º54’50 Lintang Utara dan 96º 40’75” - 97º 17’80 Bujur Timur
dan berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter Di Atas Permukaan Laut (DPL),
merupakan daerah yang umumnya areal pertanian komoditi kopi, tanaman keras
selebihnya bertanam hortikultura. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
-
Sebelah Utara dengan Pintu Rime Gayo
-
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Wih Pesam
-
Sebelah Barat dengan Kecamatan Ketol
-
Sebelah Timur dengan Kecamatan Bandar
Adapun kampung yang ada di Kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Bener Meriah berjumlah 20 kampung yaitu :
1
Kampung Bukit Mulie
2
Kampung Para Kanis
3
Kampung Lampahan Barat
4
Kampung Pantan Padirga
5
Kampung Gunung Tunyang
6
Kampung Karang Jadi
7
Kampung Kening
8
Kampung Lampahan Induk
9
Kampung Fajar Harapan
10
Kampung Linung Bale Tunyang
11
Kampung Tunyang Induk
12
Kampung Lampahan Timur
13
Kampung Sumber Jaya
14
Kampung Mekar Ayu
15
Kampung Simpang Layang
16
Kampung Cekal Baru
17
Kampung Datu Beru
18
Kampung Timang Gajah
19
Kampung Digul
20
Kampung Reronga
2. Keadaan Iklim
dan Tanah
Iklim merupakan
salah satu faktor alam yang memegang peranan penting yang secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara biologis maupun secara fisik,
hal-hal yang penting dari iklim dan banyak mempengaruhi tanaman antara lain
curah hujan, temperatur, kelembapan dan angin.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping itu faktor-faktor tumbuh
lainnya, iklim juga berperan dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah,
disamping menentukan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman.
Di Kecamatan Timang Gajah umumnya daerah Aceh Tengah dan
Bener Meriah dikenal dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Secara
umum tanaman jagung ini tidak menuntut iklim yang spesifik terhadap
pertumbuhannya, namun untuk memperoleh hasil yang tinggi, jagung menghendaki
syarat iklim . Penyinaran sinar matahari minimum 10 jam sehari , Curah hujan
760 – 1.015 mm/tahun. Temperatur minimum 10ºC daerah pertanaman adalah 12º
Lintang Utara dan 12º Lintang Selatan. Ketinggian antara 845 – 1.500 m Dari
Permukaan Laut (DPL).
Tanah adalah
media untuk bercocok tanam maka dari itu tanah
merupakan faktor produksi yang sangat menentukan tinggi rendahnya
produktivitas dibidang pertanian. Keadaan dan jenis tanah akan sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, demikian juga dengan tanaman jagung
memerlukan tanah yang subur dan kaya akan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Struktur tanah di Kecamatan Timang Gajah pada umumnya sangat
baik karena tanah topsoil masih banyak ditemukan yang memiliki ciri gembur dan
tekstur serta lempung berpasir, liat dan jenis tanah andosol topografi
bergelombang tetapi banyak terdapat lahan
datar. Ketinggian tempat pada umumnya 1200 DPL, dengan pH tanah berkisar
antara 6 – 6,5.
3. Potensi Daerah
Berdasarkan iklim, curah hujan, suhu rata-rata, keadaan
air, tofograpi, keadaan alam dan lingkungan sekitarnya sangat sesuai dengan
lingkungan untuk pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini didukung pula dengan
sarana dan prasarana yang cukup. Seperti transportasi yang lancar dan dekat
dengan pasar sehingga mudah dalam penyediaan bahan/peralatan yang dibutuhkan
serta pemasaran hasilnya.
Selain iklim yang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman jagung, lahan yang tersedia masih luas untuk
pengembangan usahatani jagung. Dan faktor pengalaman dalam berusahatani jagung
akan sangat membantu petani dalam mengurangi resiko kegagalan panen.
Potensi daerah
sangat menjanjikan dalam pengelolaan usahatani jagung hibrida dimana masyarakat
ini telah memiliki banyak pengalaman dan tentunya sudah mengembangkan ilmu didalam
membudidayakan jagung hibrida, sehingga dapat dilihat hasil yang didapat dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Sebagai penunjang
usahatani Kecamatan Timang Gajah telah memiliki sarana dan prasarana yang baik
sehingga mempermudah petani dalam pengangkutan hasil pertanian. Pembangunan di
bidang transportasi sudah cukup baik pada kawasan ini, serta banyaknya berdiri
lembaga-lembaga koperasi banyak membantu petani, baik dalam permodalan dan
pemasaran hasil.
B.
Karakteristik Petani Sampel
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan diperoleh karakteristik petani sampel sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik
Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012.
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Luas Lahan
|
Hektar
|
0,2651
|
|
2
|
Umur
|
Tahun
|
53
|
|
3
|
Pendidikan
|
Tahun
|
7
|
|
4
|
Lama Berusaha
|
Tahun
|
24
|
|
5
|
Tanggungan
|
Jiwa
|
3
|
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat karakteristik petani sampel pada usahatani jagung didaerah
penelitian dengan rata-rata luas lahan petani 0,2651 hektar, dengan rata-rata
umur petani 53 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun atau rata-rata setingkat
dengan SD – SMP, lama berusaha 24 tahun, dan jumlah tanggungan sebanyak 3
orang.
Karakteristik petani akan
sangat menentukan bagaimana seseorang dalam mengelola dan menjalankan
usahataninya, pengalaman berusahatani sangat membantu petani jagung dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapai dalam melakukan budaya tanaman jagung hibrida.
C. Biaya Produksi
Usahatani Jagung (Zea Mays.L)
Biaya produksi
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani jagung,
biaya produksi dalam usahatani jagung terdiri dari biaya tetap, biaya variabel
dan biaya tenaga kerja.
Biaya tetap dalam
penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Jagung
Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Biaya Sewa
Lahan
|
197,926
|
|
2.
|
Biaya
Penyusutan Alat
|
313,581
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di
atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan sebesar Rp 197,926,- dan biaya penyusutan alat
Rp 313,581,-/musim tanam/hektar yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Biaya variabel
dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan dalam satu
kali proses produksi yakni biaya sarana produksi terdiri dari pembelian bibit,
pupuk dan obat-obatan. Dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Rata-Rata Biaya sarana produksi Usahatani
Jagung Persatu Kali Musim Tanam Perhektar Didaerah Penelitian.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Benih
|
185,229
|
|
2.
|
Urea
|
304,747
|
|
3.
|
Sp36
|
710,291
|
|
4.
|
KCL
|
492,092
|
|
5.
|
Insektisida
|
685,702
|
|
Jumlah
|
6,378,061
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di
atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya sarana produksi sebesar Rp
6,378,061 persatu kali musim tanam
perhektar pada usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten
Bener Meriah.
Pencurahan tanaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP)
dan Hari Kerja Wanita (HKW), hari kerja wanita dikonversikan kedalam 1 HKP baik
itu tenaga dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. HKP diartikan sebagai hari kerja pria dewasa
dimana masa bekerja selama 7 jam per hari kerja yang dihitung berdasarkan biaya
yang berlaku di daerah penelitian.
Tabel 4. Rata-Rata
Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung Di Daerah Penelitian/Musim
Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
HKP
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Persiapan lahan
|
10
|
|
50,000
|
2.
|
Penanaman benih
|
19
|
|
50,000
|
3.
|
Penyiraman dan penyemprotan
|
26
|
|
50,000
|
4.
|
Penyiangan dan pemupukan
|
28
|
|
50,000
|
5.
|
Panen
|
20
|
|
50,000
|
6.
|
Pemipilan biji
|
25
|
|
50,000
|
7.
|
Penjemuran
|
25
|
|
50,000
|
Jumlah
|
154
|
|
50,000
|
Sumber
: Data primer diolah Tahun 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pencurahan tenaga kerja
didaerah penelitian dengan jumlah rata-rata 154 HKP dengan upah
kerja per hari Rp 50.000 musim
tanam/hektar.
D. Produksi dan Nilai Produksi
Nilai penjualan merupakan
pendapatan kotor dari usahatani, dimana nilai produksi merupakan nilai
penjualan dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan perluasan lahan
dikalikan dengan harga jagung perkilogram, sebelum dikurangi dengan biaya
produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. . Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi
Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Kg,Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Produksi
|
6,257 Kg
|
|
2.
|
Harga Jual
|
15,686
|
|
3.
|
Nilai Produksi
|
25,029,838
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai produksi usahatani jagung di Kecamatan
Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dengan rata-rata produksi 6,257 kg/musim tanam/hektar,
dengan harga jual pada saat penelitian adalah sebesar Rp 4.000,-/kilogram,
dengan nilai produksi sebesar Rp ,-
E. Pendapatan
Pendapatan
merupakan hasil pengurangan antara nilai penjualan dengan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam usahatani jagung atau nilai bersih yang didapatkan petani
dalam mengelola suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung
Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Nilai Produksi
|
25,029,838
|
|
2.
|
Biaya Produksi
|
10,596,254
|
|
3.
|
Pendapatan
|
14,433,584
|
|
Sumber : Data primer
diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat
rata-rata nilai penjualan Rp 25,029,838,- dengan rata-rata biaya produksi Rp 10,596,254,-
sehingga rata-rata pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar Rp 14,433,584,-/musim tanam/hektar.
F. Analisis Faktor Produksi
1.
Fungsi Produksi Cob Douglas
Berdasarkan
fungsi produksi Cobb Douglas besarnya pengaruh faktor produksi sewa lahan, biaya sarana
produksi dan tenaga
kerja terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung.
Rata-rata luas lahan usahatani jagung Hibrida 0,2651/Ha dan rata-rata pendapatan
usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim
tanam/hektar. Menunjukan rata-rata pendapatan yang diterima petani jagung/musim
tanam dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tetap
untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar, dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian
sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar menunjukan bahwa besarnya biaya sarana
produksi yang dikeluarkan petani
permusim tanam jagung dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya
tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim
tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Untuk mengetahui efesensi faktor-faktor produksi terhadap pendapatan
usahatani jagung. Dianalisis dengan
menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam
persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel
10. Hasil Analisis Cobb Douglas faktor-faktor Produksi
Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012
Variabel
|
Koefisien Regresi
|
t hitung
|
Fhitung
|
X1 Sewa lahan
|
0,411
|
1,962
|
1,979
|
X2 Tenaga kerja
|
0,290
|
1,285
|
|
X3 Biaya sarana produksi
|
0,262
|
1,248
|
|
Konstanta
|
9,559
|
|
|
R = 0,356
|
R2 = 0,127
|
ttabel = 1,30
|
Ftabel
= 2,84
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Dari tabel diatas bahwa nilai koefesien korelasi (R) sebesar 0,356 menunjukan hubungan yang sangat kuat
artinya efesiensi faktor-faktor produksi sangai mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani jagung Hibrida di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Koefesien determinasi (R2) sebesar 0,127 atau 12,7% adalah
kontribusi yang diberikan oleh efesiensi faktor-faktor produksi biaya tetap, biaya sarana produksi
dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani jagung Hibrida di
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan 87,3 % adalah
kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diproses dalam
penelitian ini.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) pendapatan sebesar Rp 2,042,-/musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku biaya tetap Rp 1,440,-/musim tanam/hektar yang terjadi
dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya sarana produksi sebesar Rp 1,330,-/musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45
sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,433,- /musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45
sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Berdasarkan
hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas didapat nilai koefisien
regresi fungsi produksi diperoleh persamaan regresi Y
= 9,559 X11,962 X2 1,285X3 1,248 atau
dalam bentuk logaritma menjadi sebagai berikut : Y = log 9,559 +1,962
log X1+1,285 log X2 +1,248 log X3.
Dari persamaan diatas bahwa hasil
perhitungan menunjukan konstanta (log b0) sebesar 0,980 dan setiap perubahan faktor
produksi sewa lahan
X1 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,962,- setiap perubahan faktor
produksi sarana produksi X2 sebesar 1 unit akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp.1,285,-
dan setiap penambahan faktor produksi tenaga kerja X3 sebesar 1 unit akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp.1,248,-.
Analisis efisiensi penggunaan faktor
produksi usahatani jagung hibrida bertujuan untuk mengetahui apakah setiap
penambahan pengeluaran untuk pembelian faktor produksi dapat memberikan
peningkatan pendapatan. Keuntungan maksimal tercapai apabila nilai produk
maksimalnya (NPMx) suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi
(Px). Perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dan harga faktor produksi (Px)
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012
No
|
Uraian
|
bi
|
NPMx
|
Px
|
NPMx/Px
|
1.
|
Sewa
lahan
|
1,962
|
185,231
|
197,926
|
0,94
|
2.
|
Biaya Sarana Produksi
|
1,285
|
0,0495
|
2,378,061
|
0,02
|
3.
|
Tenaga
kerja
|
1,248
|
0,2088
|
7,706,658
|
0,03
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel di atas besarnya perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dengan harga
faktor produksi (Px) adalah : untuk faktor produksi sewa lahan dengan nilai
produk margina 185,231 dan nilai harga faktor
produksi 197,926
maka NPMx/Px = 0,94.
Untuk faktor produksi sarana produksi dengan nilai produk margina 0,0495l dan nilai harga faktor produksi 2,378,061 maka NPMx/Px = 0,02. Untuk faktor produksi tenaga kerja dengan nilai produk
marginal 0,2088 dan
nilai harga faktor produksi 7,706,685
maka NPMx/Px = 0,03.
Maka
:
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal atau tidak
mencapai efisien ekonomi. Faktor produksi sewa lahan mempunyai nilai
perbandingan NPMx dengan Px lebih besar dari satu, sehingga penggunaan faktor
produksi tersebut secara ekonomi belum efisien. Untuk mencapai efisiensi,
penggunaan faktor produksi tersebut harus ditambah karena tambahan biaya yang
dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar.
Berdasakan nilai produk Marjinal
faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya
penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung
Hibrida belum efesien , untuk mencapai
efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X2) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor sarana produksi perlu pengurangan tenaga kerja.
Nilai perbandingan NPMx dengan Px
untuk faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi lebih kecil dari
satu, menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan biaya
sarana produksi secara ekonomi tidak efisien. Penambahan tenaga kerja dan biaya
sarana produksi menyebabkan tambahan pengeluaran yang lebih besar dari pada
tambahan penerimaan yang akan diperoleh.
Jika
diperhatikan dari tabel analisis ragam,, diperoleh nilai Fhitung = 1,979 dan Ftabel
dengan nilai α = 10% atau 0,1 (3 ; 45) adalah 2,84. Karena Fhitung < Ftabel atau
dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf
signifikan (0,000 < 0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
linier fungsi produksi Log Y = log b0 + b1
log X1 + b2 log X2
+ b3 log X3 yang diajukan dapat diterima. Artinya dapat disimpulkan
bahwa nilai Fhitung < Ftabel maka faktor-faktor produksi secara
serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida
maka terima Ha dan tolak H0.
Untuk menguji signifikan atau tidak
signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi
sewa lahan, faktor produksi tenaga kerja dan faktor
produksi biaya sarana produksi dalam persamaan yang terbentuk, maka diuji dengan
menggunakan uji t, dimana nilai thitung masing-masing faktor
produksi adalah sebagai berikut :
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung
= 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel =
1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat kesalahan
atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan
meningkatkan produksi usahatani jagung.
Faktor
produksi sarana produksi
thitung < tTabel atau 1,285 <
1,30. Koefisien regresi faktor
produksi tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
artinya jika tenaga kerja ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung
secara signifikan.
Faktor
produksi tenaga kerja thitung < tTabel atau 1,248 < 1,30, koefisien regresi
faktor produksi biaya sarana produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya bila biaya sarana produksi ditambah
akan menurunkan pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian dengan tingkat kesalahan atau α =
10%.
Berdasarkan
pada uji t tersebut bahwa penggunaan faktor produksi sewa lahan dan tenaga
kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung, sedangkan faktor
produksi biaya sarana produksi tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Usahatani jagung Hibrida (Zea Mays.L) di Kecamatan Timang Gajah rata-rata luas lahan 0,2651. Efesiensi faktor-faktor produksi
usahatani Jagung meliputi Sewa Lahan , Biaya Sarana Produksi dan Biaya Tenaga
Kerja.
2.
rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah
penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya
tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar, dan biaya
penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim
tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya
tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim
tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
3.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat
bahwa Fhitung
< Ftabel
maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor
produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha.
4.
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung
= 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30.
Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat kesalahan
atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan
meningkatkan produksi usahatani jagung.
5.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas
lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya
penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung
Hibrida belum efesien , untuk mencapai
efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien maka,
faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.
B. Saran
1.
Mengingat
tingkat keuntungan yang tercapai produsen tidak saja ditentukan oleh besar
kecilnya produksi melainkan juga oleh harga- harga input dan output maka ketika
musim tanam jagung telah tiba maka pemerintah mengambil peran dalam
pengendalian kelancaran distribusi sarana produksi khususnya ketersediaan pupuk
dan kestabilan harga input lainnya.
2.
Pihak instansi
terkait memberikan pengarahan dan penyuluhan terutana kepada petani skala besar
agar dapat meningkatkan efektifitas produksinya. Hal ini dilakukan didasari
pada petani besar memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
petani kecil.
3.
Hendaknya petani dapat mengidentifikasi pada saat musim
kapan usahatani jagung ini dapat diusahakan untuk mendapatkan harga jual yang
optimal sehingga akan mempengaruhi besarnya pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Dan
Apllikasinya. Cet I . Jakarta. Ghalia Indonesia.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Jugenheimer,
R.W.1985. Corn Improvement, Seed production, and Uses. John Wiley, New York.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode
Penelitian Kuantitatif. Edisi I. Jakarta.
Rajawali Pers
Soekartawi, et al. 1986. Teori
Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
_________. 1995. Analisis Usahatani. Cet I. Jakarta. UI-Press.
_________. 1990, Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajawali Pers.
_________ dkk. 2005. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil. Cet III. Jakarta.
UI-Press
Suprapto. 1992. Usahatani dan Budidaya Tanaman Jagung. Edisi
ke Empat. Jakarta. Penerbit. Penebar Swadaya.
Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung. Indonesia.
Suharno, Syamsiar. 2009. Teknologi Budidaya Jagung Hibrida. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.
Soeharjo, A. dan Patong, D.1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Bogor.
Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi
Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5 No. 2, hal 149 – 161.
Comments
Post a Comment