PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TERHADAP PRODUKSI BAWANG MERAH DI KECAMATAN LUT TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH



ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi faktor-faktor produksi dan biaya produksi serta untuk mengetahui seberapa besar perbandingan faktor produksi  terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Kampung yang menjadi tempat penelitian di Kecamatan Timang Gajah yaitu Kampung Timang Gajah, Kampung Digul, Kampung Reronga dengan jumlah populasi 83 petani jagung.
Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat bahwa Fhitung < Ftabel  maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha. Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata pencaharian penduduk sebahagian besar mata pencaharian penduduk merupakan pada sektor pertanian. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan pertanian sebagai penopang pembangunan perekonomian dan sebagai sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan makanan, dan subsektor kehutanan.
Kabupaten Aceh Tengah khususnya Kecamatan Lut Tawar, dalam kegiatan sektor pertanian lahan yang dimiliki sangat luas, pada prinsipnya bertujuan ingin meningkatkan produktifitas tanaman persatuan luas lahan dan sekaligus meningkatkan kualitas produksinya, sehingga dengan demikian pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan, serta taraf hidup para petani dan pengelolaanya. Dalam pembangunan jangka panjang, pembangunan sektor pertanian diarahkan pada pola agribisnis dalam pelaksanaanya berorientasi pada permintaan pasar.
Di Kecataman Lut Tawar jumlah penduduk per kampung nya sangat beragam, sehingga jumlah populasi tentunya berbeda-beda, baik dari segi mata pencaharian dan pengolahan usahatani, namun mata pencaharian di bidang pertanian yang paling unggul diusahakan masyarakat setempat dari pada usahatani lainya, khsusnya yang ada di Kecamatan Lut Tawar dalam tabel dibawah ini akan tampak jumlah penduduk per kampung di Kecamatan Lut Tawar.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Kampung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2013.
No.
Nama Kampung
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
L
P
1
Takengon timur
1.484
3.003
2.904
2
Asir-asir
538
1.026
1.003
3
Asir-asir asia
296
567
567
4
Bale atu
835
1.704
1.513
5
Bujang
166
280
307
6
Gunung suku
130
266
234
7
Hakim bale bujang
552
1.058
1.035
8
Kenawat
365
611
641
9
Kuteni reje
247
503
482
10
Pedemun one-one
179
329
335
11
Rawe
100
184
202
12
Takengon barat
508
946
893
13
Toweren antara
157
299
289
14
Toweren toa
227
417
414
15
Toweren uken
121
219
213

Jumlah
4422
4628
4583








       Sumber    :     Kepala Dinas Kependudukan Dan Pencatatan
                             Sipil Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2013.


Dari tabel 1 diatas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan nama kampung yang ada di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, jumlah yang ada pada kampung sangat beragam jumlah penduduknyang unggul diantara kampung yang lain yaitu pada kampung Takengon Timur pada tahun 2013.
[
Produksi dalam usahatani yaitu adalah hasil akhir dari kegiatan suatu usahatani yang merupakan proses untuk menambah dan meningkatkan nilai tambah suatu barang. Mengungkapkan fungsi produksi adalah gambaran yang menunjukkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi.

Dalam proses produksi kegiatan usahatani tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor produksi.  Faktor-faktor produksi yang meliputi seperti tenaga kerja, modal, lahan, manajemen dan yang lainnya, guna mendukung kelancaran untuk usahatani yang diusahakan. Dalam kegiatan apa saja yang mendukung usaha pertanian yang tersedia secara lokal dan optimal dan dapat terpenuhi baik secara ketersediaan dan jumlah yang cukup. Sehingga dalam budidayanya tidak mengalami hambatan produksi dan tercapainya produktivitas yang optimal. Faktor- faktor produksi tersebut di harapkan dapat di penuhi sesuai dengan kebutuhan dari tanaman tersebut.
Dalam kegiatan usahatani bawang merah yang relatif singkat dan penggunaan faktor- faktor produksi yang terpenuhi sehingga hambatan dalam proses produksi dapat terpenuhi . Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak di tanami oleh petani, bawang merah ini banyak di minta oleh ibu rumah tangga dan rumah makan sebagai pelengkap dalam suatu olahan makanan. Bawang merah yang saat ini merupakan komoditi yang sangat familier di kalangan ibu rumah tangga dan rumah makan sehingga permintaannya terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap bawang merah petani bawang merah berupaya untuk meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Petani dalam mengusahakan bawang merah guna dapat memenuhi permintaan pasar, dan konsumen sehingga menambah penghasilan petani. Bawang merah yang umurnya relatif singkat dalam proses budidayanya yang mana hanya 2 bulan dari proses penanaman langsung bisa di panen dan proses perawatan yang tergolong mudah dan juga memerlukan keseriusan dalam budidayanya sehingga menghasilkan produksi yang optimal.
Di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu penghasil tanaman bawang merah yang tergolong lahan yang cukup luas, walaupun kepemilikan lahanya sempit dan banyak petani yang berdekatan memanfaatkan lahan tersebut untuk berusahatani. Lahan yang tersedia merupakan daerah pinggiran danau lut tawar yang banyak mengandung unsur hara sehingga tanaman bawang merah yang di tanami  pada umunnya sangat subur, sehingga dalam waktu yang lama di perlukan penggunaan faktor produksi yang optimal, berimbang dan berkesinambungan sehingga produksi dapat di tingkatkan dan mempertahankan produksi yang sudah ada.
Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen dan produksi Tanaman Sayuran/Ha/Ton di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2012.
No.
Jenis  Sayur-Sayuran
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen  (Ha)
Produksi (Ton)



1.
Bawang merah
13.0
13.0
111.0

2.
Bawang daun
18.0
13.0
46.0

3.
Bayam
13.0
12.0
16.0

4.
Labu siam
1.0
1.0
3.0

5.
Sawi
12.0
12.0
24.0

6.
Kangkung
13.0
12.0
23.0

7.
Tomat
28.0
27.0
338.0

8.
Cabe besar
25.0
20.0
120.0

9.
Cabe  rawit / caplak
27.0
20.0
120.0

10.
Kentang
0.0
0.0
0.0

11.
Terung
3.0
3.0
10.0

12.
Buncis
9.0
9.0
32.0

13.
Kacang panjang
12.0
10.0
16.0

14.
Ketimun
2.0
2.0
3.0

Sumber : Kepala Kantor Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2012.

Dari  tabel 2 diatas dapat dilihat luas tanam, luas panen dan produksi tanaman sayuran, dengan berbagai macam sayuran dan penggunahan kapasitas lahan yang berbeda-beda, namun lahan dari tanaman bawang merah yang ada di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah lokasi penanaman dan sangat dekat dengan pasar baik dari segi tempat kegiatan usahatani atau  pasar pemasaran hasil pertanian yang tidak jauh dari perkotaan.
1.2.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:.
1.        Berapakah produksi dan produktifitas bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
2.        Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

1.3.       Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.             Untuk mengetahui produksi dan produktifitas bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
2.             Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

1.4.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1.        Sebagai sumber bacaan dan reverensi bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan usahatani bawang merah.
2.        Sebagai pertimbangan petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi dan Sebagai pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bawang merah.

1.5.       Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian maka hipotesis yang dapat di angkat yaitu:
1.             Diduga produksi dan produktifitas bawang merah meningkat dari tahun sebelumnya.
2.             Diduga faktor-faktor  mempengaruhi produksi bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.  Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).

Usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ditatalaksanakan berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang. Prof. Bachtiar Rivai tahun ( 1980).
   Kegiatan usahatani sesungguhnya tidak sekedar terbatas pada pengambilan hasil (Ekstraktif), melainkan benar-benar merupakan hasil produksi. Disini berlangsung pendayagunaan tanah, investasi, tenaga kerja, manajemen, keberhasilan pendayagunaan barulah akan mendatangkan hasil yang dapat diambil. Kwalitas dan kwantitas akan sangat tergantung pada pengelolaanya, apabila pengelolaan berlangsung baik sejak awal sampai pemungutan hasil dan pemeliharaan hasil, maka kwalitas dan kwantitas hasil akan sangat memuaskan produsennya (Kartasapoetra, AG 1980 : 16).

Usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian atau sebagai ilmu penerapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada usaha. Fadholi Hernanto, (1996:7).

2.2.       Produksi
Produksi adalah hasil dari kegiatan suatu usahatani yang merupakan proses untuk menambah dan meningkatkan nilai suatu barang. Mengungkapkan fungsi produksi adalah gambaran yang menunjukkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi. Sukirno (Tahun, 1981).

Kegiatan usahatani sesungguhnya tidak sekedar terbatas pada pengambilan hasil, melainkan benar-benar merupakan hasil produksi langsung pendayagunaan faktor produksi barulah akan mendatangkan hasil yang dapat diambil. Kwalitas dan kwantitas akan sangat tergantung pada pengelolaanya, apabila pengelolaan berlangsung baik sejak awal sampai pemungutan hasil dan pemeliharaan hasil, maka kualitas dan kuantitas hasil akan sangat memeuaskan produsennya (Kartasoepoetra, Tahun, 1980).

Jumlah produksi dan keberhasilan suatu usahatani tergantung kepada siapa pengelolanya. Yaitu dengan seseorang dengan kreatifitas tinggi akan mamfu mengelola usahatani dengan baik. Dengan kata lain, manajemen sebagai sumber daya yang sangat dipengaruhi oleh human capital pengelola usahatani tersebut yang pada akhirnya akan menentukan suatu kegiatan usahatani. (Ken suratiyah, 2008 : 41).

2.3.       Faktor-Faktor Produksi
Dalam menunjang keberhasilan usahatani, maka ketersediaan produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain lahan, tenaga kerja, biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh sistem pengolahan yang dapat mempengaruhi produksi itu sendiri.
Faktor produksi merupakan semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja adalah faktor terpenting diantara faktor yang lain, faktor produksi sangat mementukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. (Soekartawi, 1999 : 47).
Istilah faktor produksi sering pula disebut ”korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut ”dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggri faktor produksi desebut ”input”. (Soekartawi, tahun 1990:3).
2.3.1.      Lahan Pertanian
Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 2005 : 33).


Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995:5).
2.3.2.      Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja, ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi (Soekartawi, 1990 : 23).

Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1995:32).

Keseluruhan biaya produksi yang diperoleh dari penjumlahan total    biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai (Soekartawi, 1986 : 34).

2.3.4.      Manajemen

Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah sebuah seni ert maka akan sangat mengkuantifikasi atau mengukurnya, (Ken suratiya, 2008 :40).

Akhirnya yang dimaksud modal adalah sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi  non-manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya bila kita menunjuk pada modal dalam arti luas dan umum (misalnya jumlah modal perani secara keseluruhan) kita akan memasukkan semua sumber ekonomi termasuk tanah tetapi diluar tenaga kerja. Pengertian umum dan luas yang demikian dipakai pula oleh petani-petani kita bila mereka mengatakan bahwa modal utama atau modal satu-satunya yang mereka miliki adalah tanah. Hal ini nampaknya cukup beralasan karena bagaimanpun juga petani sudah memasukkan berbagai unsur modal kedalam tanah misalnya pupuk (buatan atau kompos) dan air yang sudah menyumbang pada kesuburan tanahnya. (Prof. Dr. Mubyarto, 1989).


2.4.      Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah dengan pertumbuhan akar serabut dan dengan dengan pertumbuhan bunga tumbuh daun meruncing seperti tombak, tetapi biasanya lebih langsing selanjutnya tangkai bunga ini tumbuh panjang keatas dan menbesar.  (Singgih, Wibowo, 2003 : 92).


2.4.1.      Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

Upaya peningkatan  produksi bawang merah di lahan sawah  Bawang merah tidak hanya dengan berkembangnya suatu perekonomian maka produksi lambat laun dispesialisasikan secara mendalam kepada produsen. Hubungan antara produsen dan konsumen, perlu diupayakan agar semakin dekat untuk mencapai keseimbangan pasar, sehingga diperlukan kebijaksanaan dalam bidang penerapan harga yang harus menitik beratkan pada persoalan bagaimana menyesuaikan jumlah produksi dan jumlah permintaan serta faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan harga.  (Singgih, Wibowo 2003).

2.4.2        Jenis Tanah
Tanaman bawang menyukai keadaan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah subur dan gembur akan mendorong pertumbuhan umbi sehingga hasilnya memusakan. Jenis tanah yang baik untuk tanaman bawang merah adalah lempung berpasir atau lempung berdebu.
2.4.3.     Bibit
Tanaman bawang merah pada umumnya diperbanyak dengan menggunakan umbi. Penyediaan bibit bawang merah dapat diperoleh dengan mengusahakan atau membeli. Bibit yang bermutu, baik, sehat, bersifat unggul, warna umbi cerah, utuh, padat, tidak cacat, berukuran sedang dan umbi sudah disimpan selama 2-6 bulan.
2.4.4.     Pengolahan Tanah
Lahan yang akan ditanami bawang merah sebelumnya harus diolah. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang subur dan gembur. Kegiatan pengolahan tanah antara lain membersihkan gulma yang ada, membuka atau membuat selokan dengan lebar bedengan, ± 40-50 Cm, tanah dari selokan diangkat diatas bedengan, lebar bedengan ± 100-150 Cm dan panjangnya menyesuaikan lahan. Lahan yang sudah siap dibiarkan selama 7-10 hari sehingga dapat terkena sinar matahari. Setelah 7-10 hari tanah disiram dengan pupuk dasar dengan disebar merata keseluruh bedengan tanaman bawang merah.
2.4.5.  Penanam
            Sebelum penanaman bawang merah dilakukan terlebih dahulu lahan yang akan ditanami bawang merah disiram dengan air secara merata, setelah umbi bawang merah yang telah dipotong ujungnya ditanam dengan cara telunjuk jari sebagai pembuat lubang tanaman dan umbi di benamkan kedalam lubang tadi.
          Pada dasarnya tanaman bawang merah memerlukan tiga unsure pokok dalam pupuk yaitu : N, P, dan K dalam bentuk N, P2, O5 dan K2O dosis yang diberikan adalah 100kg K2O. Akan tetapi pupuk tunggal semacam ini tentunya sulit diperoleh. Jenis pupuk tunggal yang banyak dijumpai dipasaran adalah urea, atau za untuk sumber N, TS, atau DS untuk sumber P2O5 dan KCL atau ZA untuk sumber K2O. (Singih wibowo, 2003 : 116.)

2.4.6    Pestisida (Penanggulangan Hama dan Penyakit)

Masalah terpenting dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit, hama dan penyakit ini tidak pandang bulu, mulai dari akar, umbi, batang, bahkan daun ujungpun dapat diserangnya. Tidak menyerang hanya disebagian kebun, beberapa hama dan penyakit juga mengejar umbi bawang merah hingga sampai dengan tempat penyimpanan. Sia-sialah semua usaha yang telah susah payah dikerjakan jika tanaman diserang hama dan penyakit. (Singih wibowo, 2003 : 117.)



2.4.7.  Pemeliharaan 
Untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, salah satu langkah yang terpenting dalam budidaya tanaman bawang merah adalah pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah antara lain : Penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan.
            Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan tanaman bawang merah dilakukan, supaya tidak adanya penyerapan unsur hara selain tanaman bawang merah dan dilakukan penggemburan pada tanaman bawang merah, tujuanya yaitu supaya memperlancar sirkulasi udara di dalam tanah.
2.4.8.      Panen
            Pada umumnya pemanenan bawang merah dilakukan pada umur 60-70 hari setelam tanam. Ciri-cir  tanaman bawang merah yang dapa dipanen antara lain daunya sudah mulai layu dan menguning sekitar 70-80% dari jumlah tanaman, pangkal batang mengeras, sebagian umbi telah timbul diatas tanah dan lapisan umbinya telah penuh berisi, berwarna merah. Pemanenan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah, tidak hujan, pemanenan dilakukan dengan mencabut selurh tanamanya. (Ir. Rahmat Rukmana, 1995).

         Suatu usaha dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat luar  yang digunakan, upah tenaga kerja luar serta sarana produksi yang lain dan termasuk kewajiban pada pihak ketiga. (Anonimous, tahun 2012).
Kebutuhan akan masyarakat akan tanaman bawang merah sangat dibutuhkan untuk bumbu masakan di dapur, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan daya belinya. Terkait pula peningkatan akan bawang merah  maka dibutuhkan penambahan kegiatan usahatani tanaman bawang merah sebagai bahan peran pembantunya . (Anonimous, tahun 2012).

Usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian atau sebagai ilmu penerapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada usaha. Fadholi Hernanto, (1996:7).
2.5.      Regresi Linier Berganda
Penelitian ini dilakukan guna untuk melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan usahatani bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, dengan menggunakan alat uji Regresi Linier Berganda.

Model analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression) memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memasukan lebih dari satu variabel. Sehingga model regresi dapat ditunjukan sebagai berikut :
Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 …..+an Xn + e
Dimana :
Y                           = Variabel Tak Bebas (Dependent Variable)
X1, X2, ….Xn           = Variabel Bebas (Independent)
ao, a1, a2,…an         = Bilangan Konstan (Konstanta)
e                            = Galat (Eror)


2.5.1.      Uji Secara Serempak
Untuk melihat hubungan secara serempak variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji “F” (Sudjana, 2005: 385)
a.     Dengan rumusan hipotesis
H0 : a1 =  a2 = 0   (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang merah berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).

H0 : a1 ≠ a2 ≠ 0  (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang merah tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah)

b.   

Dimana :
R2    = Koefisien determinasi ganda
K     = Banyaknya Variabel bebas
N     = Banyaknya sampel
c.     Dengan Kretiria Keputusan Sebagai Berikut :
Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak H0 dan terima Ha
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0 dan tolak Ha

2.5.2.      Uji Secara Parsial
Untuk menguji pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t, (Sudjana, 2005: 388)
a.     Dengan formulasi hipotesisnya :
H0 :  a1 =  a2 = 0      (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang merah berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).

H0 : a1 ≠ a2 ≠ 0  (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang merah tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).

b.   
Dimana :
       = Koefisien regresi
                            = Standar error dari koefisien regresi

c.      Dengan kaedah keputusan sebagai berikut :
Bila thitung > ttabel, maka terima Ha dan tolak H0
Bila thitung ≤ ttabel, maka terima H0 dan tolak Ha

Hubungan Y dan X adalah searah, dimana X akan selalu mempengaruhi Y, dan tidak mungkin terjadi hal yang sebaliknya. Oleh karena itu dalam model development, maka pemilihan variabel Y dan X harus cermat dan benar (Soekartawi, 2002).
2.5.2    Asumsi-Asumsi Model Regresi Linier Berganda
2.5.2.1.   Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah terjadinya hubungan linier antara variabel bebas dalam  suatu model regresi linier berganda (Gujarati, 2003). Hubungan linier  antara variabel bebas  dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna (perfect) dan hubungan linier yang kurang sempurna (imperfect).
Adapun dampak adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda adalah (Gujarati, 2003 dan Widarjono, 2007):
1. Penaksir OLS masih bersifat BLUE, tetapi mempunyai variansi dan kovariansi yang besar sehingga sulit mendapatkan taksiran (estimasi) yang tepat.
2. Akibat penaksir OLS mempunyai variansi dan kovariansi yang yang besar, menyebabkan interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan kecil, sehingga membuat variabel bebas secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas.
3. Walaupun secara individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas melalui uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2) masih bisa relatif tinggi. Selanjutnya untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda dapat digunakan nilai variance inflation factor(VIF) dan tolerance (TOL) dengan ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi multikolinieritas dalam model regresi. Kemudian jika nilai TOL sama dengan 1, maka tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresi.
2.5.2.2 Normalitas
        Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.

Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode grafik.

2.5.2.3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variansi dari error model regresi tidak konstan atau variansi antar error yang satu dengan erroryang lain berbeda (Widarjono, 2007).
Dampak adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah walaupun estimator OLS masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum dan menyebabkan perhitungan standard errormetode OLS tidak bisa dipercaya kebenarannya. Selain itu interval estimasi maupun pengujian hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.
Akibat dari dampak heteroskedastisitas tersebut menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang BLUE dan hanya menghasilkan estimator OLS yang linear unbiased estimator(LUE). Selanjutnya dilakukan deteksi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan Metode Glejser. Glejser merupakan seorang ahli ekonometrika dan mengatakan bahwa nilai variansi variabel errormodel regresi tergantung dari variabel bebas. Selanjutnya untuk mengetahui apakah pola variabel error mengandung heteroskedastisitas Glejser menyarankan untuk melakukan regresi nilai mutlak residual dengan variabel bebas. Jika hasil uji F dari model regresi yang diperoleh tidak signifikan, maka tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi (Widarjono, 2007).


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Gambaran Umum Daerah Penelitian.
1.  Letak dan Luas daerah
Kecamatan Timang Gajah merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Timang Gajah terletak pada posisi 4º 34’50” - 4º54’50 Lintang Utara dan 96º 40’75” - 97º 17’80 Bujur Timur dan berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter Di Atas Permukaan Laut (DPL), merupakan daerah yang umumnya areal pertanian komoditi kopi, tanaman keras selebihnya bertanam hortikultura. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
-          Sebelah Utara dengan Pintu Rime Gayo
-          Sebelah Selatan dengan Kecamatan Wih Pesam
-          Sebelah Barat dengan Kecamatan Ketol
-          Sebelah Timur dengan Kecamatan Bandar
Adapun kampung yang ada di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah berjumlah 20 kampung yaitu :
1         Kampung Bukit Mulie
2         Kampung Para Kanis
3         Kampung Lampahan Barat
4         Kampung Pantan Padirga
5         Kampung Gunung Tunyang
6         Kampung Karang Jadi
7         Kampung Kening
8         Kampung Lampahan Induk
9         Kampung Fajar Harapan
10      Kampung Linung Bale Tunyang
11      Kampung Tunyang Induk
12      Kampung Lampahan Timur
13      Kampung Sumber Jaya
14      Kampung Mekar Ayu
15      Kampung Simpang Layang
16      Kampung Cekal Baru
17      Kampung Datu Beru
18      Kampung Timang Gajah
19      Kampung Digul
20      Kampung Reronga

2. Keadaan Iklim dan Tanah
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang memegang peranan penting yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara biologis maupun secara fisik, hal-hal yang penting dari iklim dan banyak mempengaruhi tanaman antara lain curah hujan, temperatur, kelembapan dan angin.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping itu faktor-faktor tumbuh lainnya, iklim juga berperan dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah, disamping menentukan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman.
Di Kecamatan Timang Gajah umumnya daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah dikenal dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Secara umum tanaman jagung ini tidak menuntut iklim yang spesifik terhadap pertumbuhannya, namun untuk memperoleh hasil yang tinggi, jagung menghendaki syarat iklim . Penyinaran sinar matahari minimum 10 jam sehari , Curah hujan 760 – 1.015 mm/tahun. Temperatur minimum 10ºC daerah pertanaman adalah 12º Lintang Utara dan 12º Lintang Selatan. Ketinggian antara 845 – 1.500 m Dari Permukaan Laut (DPL).
Tanah adalah media untuk bercocok tanam maka dari itu tanah  merupakan faktor produksi yang sangat menentukan tinggi rendahnya produktivitas dibidang pertanian. Keadaan dan jenis tanah akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, demikian juga dengan tanaman jagung memerlukan tanah yang subur dan kaya akan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Struktur tanah di Kecamatan Timang Gajah pada umumnya sangat baik karena tanah topsoil masih banyak ditemukan yang memiliki ciri gembur dan tekstur serta lempung berpasir, liat dan jenis tanah andosol topografi bergelombang tetapi banyak terdapat lahan  datar. Ketinggian tempat pada umumnya 1200 DPL, dengan pH tanah berkisar antara 6 – 6,5.

3. Potensi Daerah
Berdasarkan iklim, curah hujan, suhu rata-rata, keadaan air, tofograpi, keadaan alam dan lingkungan sekitarnya sangat sesuai dengan lingkungan untuk pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini didukung pula dengan sarana dan prasarana yang cukup. Seperti transportasi yang lancar dan dekat dengan pasar sehingga mudah dalam penyediaan bahan/peralatan yang dibutuhkan serta pemasaran hasilnya.
Selain iklim yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman jagung, lahan yang tersedia masih luas untuk pengembangan usahatani jagung. Dan faktor pengalaman dalam berusahatani jagung akan sangat membantu petani dalam mengurangi resiko kegagalan panen.
Potensi daerah sangat menjanjikan dalam pengelolaan usahatani jagung hibrida dimana masyarakat ini telah memiliki banyak pengalaman dan tentunya sudah mengembangkan ilmu didalam membudidayakan jagung hibrida, sehingga dapat dilihat hasil yang didapat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Sebagai penunjang usahatani Kecamatan Timang Gajah telah memiliki sarana dan prasarana yang baik sehingga mempermudah petani dalam pengangkutan hasil pertanian. Pembangunan di bidang transportasi sudah cukup baik pada kawasan ini, serta banyaknya berdiri lembaga-lembaga koperasi banyak membantu petani, baik dalam permodalan dan pemasaran hasil.

B. Karakteristik Petani Sampel
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh karakteristik petani sampel sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012.

No
Uraian
Satuan
Jumlah
Keterangan
1
Luas Lahan
Hektar
0,2651

2
Umur
Tahun
53

3
Pendidikan
Tahun
7

4
Lama Berusaha
Tahun
24

5
Tanggungan
Jiwa
3

    Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat karakteristik petani sampel pada usahatani jagung didaerah penelitian dengan rata-rata luas lahan petani 0,2651 hektar, dengan rata-rata umur petani 53 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun atau rata-rata setingkat dengan SD – SMP, lama berusaha 24 tahun, dan jumlah tanggungan sebanyak 3 orang.
Karakteristik petani akan sangat menentukan bagaimana seseorang dalam mengelola dan menjalankan usahataninya, pengalaman berusahatani sangat membantu petani jagung dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapai dalam melakukan budaya tanaman jagung hibrida.

C. Biaya Produksi Usahatani Jagung (Zea Mays.L)
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani jagung, biaya produksi dalam usahatani jagung terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya tenaga kerja.
Biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.     Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Biaya Sewa Lahan
197,926

2.
Biaya Penyusutan Alat
313,581

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan sebesar       Rp 197,926,- dan biaya penyusutan alat Rp 313,581,-/musim tanam/hektar yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Biaya variabel dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan dalam satu kali proses produksi yakni biaya sarana produksi terdiri dari pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan. Dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6.    Rata-Rata Biaya sarana produksi Usahatani Jagung Persatu Kali Musim Tanam Perhektar Didaerah Penelitian.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Benih
185,229

2.
Urea
304,747

3.
Sp36
710,291

4.
KCL
492,092

5.
Insektisida
685,702

Jumlah
6,378,061

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya sarana produksi sebesar Rp 6,378,061 persatu kali musim tanam  perhektar pada usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Pencurahan tanaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP) dan Hari Kerja Wanita (HKW), hari kerja wanita dikonversikan kedalam 1 HKP baik itu tenaga dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga.  HKP diartikan sebagai hari kerja pria dewasa dimana masa bekerja selama 7 jam per hari kerja yang dihitung berdasarkan biaya yang berlaku di daerah penelitian.
Tabel 4.     Rata-Rata Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung Di Daerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.


No
Uraian
HKP
Jumlah (Rp)
1.
Persiapan lahan
10

50,000
2.
Penanaman benih
19

50,000
3.
Penyiraman dan penyemprotan
26

50,000
4.
Penyiangan dan pemupukan
28

50,000
5.
Panen
20

50,000
6.
Pemipilan biji
25

50,000
7.
Penjemuran
25

50,000
Jumlah
154

50,000
Sumber : Data primer diolah Tahun 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pencurahan tenaga kerja didaerah penelitian dengan jumlah rata-rata 154 HKP dengan upah kerja per hari Rp 50.000 musim tanam/hektar.

D. Produksi dan Nilai Produksi
Nilai penjualan merupakan pendapatan kotor dari usahatani, dimana nilai produksi merupakan nilai penjualan dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan perluasan lahan dikalikan dengan harga jagung perkilogram, sebelum dikurangi dengan biaya produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. . Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Kg,Rp)
Keterangan
1.
Produksi
6,257 Kg

2.
Harga Jual
15,686

3.
Nilai Produksi
25,029,838

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai produksi usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dengan rata-rata produksi 6,257 kg/musim tanam/hektar, dengan harga jual pada saat penelitian adalah sebesar Rp 4.000,-/kilogram, dengan nilai produksi sebesar Rp ,-

E.  Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil pengurangan antara nilai penjualan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani jagung atau nilai bersih yang didapatkan petani dalam mengelola suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9.    Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Nilai Produksi
25,029,838

2.
Biaya Produksi
10,596,254

3.
Pendapatan
14,433,584

Sumber : Data primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata nilai penjualan Rp 25,029,838,- dengan rata-rata biaya produksi Rp 10,596,254,- sehingga rata-rata pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar Rp 14,433,584,-/musim tanam/hektar.
F.  Analisis Faktor Produksi

1.  Fungsi Produksi Cob Douglas

Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas besarnya pengaruh faktor produksi sewa lahan, biaya sarana produksi dan tenaga kerja  terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung.
Rata-rata luas lahan usahatani jagung Hibrida 0,2651/Ha dan rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Menunjukan rata-rata pendapatan yang diterima petani jagung/musim tanam dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar menunjukan bahwa besarnya biaya sarana produksi  yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Untuk mengetahui efesensi faktor-faktor produksi terhadap pendapatan usahatani jagung. Dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 10.   Hasil Analisis Cobb Douglas faktor-faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012

Variabel
Koefisien Regresi
t hitung
Fhitung
X1 Sewa lahan
0,411
1,962
1,979
X2 Tenaga kerja
0,290
1,285
X3 Biaya sarana produksi
0,262
1,248
Konstanta
9,559

R = 0,356
R­­­­2 = 0,127
ttabel = 1,30
Ftabel = 2,84
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.

Dari tabel diatas bahwa nilai koefesien korelasi (R) sebesar  0,356 menunjukan hubungan yang sangat kuat artinya efesiensi faktor-faktor produksi sangai mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani jagung Hibrida di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Koefesien determinasi (R2) sebesar 0,127 atau 12,7% adalah kontribusi yang diberikan oleh efesiensi faktor-faktor  produksi biaya tetap, biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani jagung Hibrida di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan 87,3 % adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diproses dalam penelitian ini.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) pendapatan sebesar Rp 2,042,-/musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku biaya tetap Rp 1,440,-/musim tanam/hektar yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya sarana produksi sebesar Rp 1,330,-/musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,433,- /musim tanam/hektar. Menunjukan besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas didapat nilai koefisien regresi fungsi produksi diperoleh persamaan regresi Y = 9,559 X11,962 X2 1,285X3 1,248 atau dalam bentuk logaritma menjadi sebagai berikut : Y = log 9,559 +1,962 log X1+1,285 log X2 +1,248 log X3.
Dari persamaan diatas bahwa hasil perhitungan menunjukan konstanta (log b0) sebesar 0,980 dan setiap perubahan faktor produksi sewa lahan X1 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,962,- setiap perubahan faktor produksi sarana produksi X2 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,285,- dan setiap penambahan faktor produksi tenaga kerja X3 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,248,-.
Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani jagung hibrida bertujuan untuk mengetahui apakah setiap penambahan pengeluaran untuk pembelian faktor produksi dapat memberikan peningkatan pendapatan. Keuntungan maksimal tercapai apabila nilai produk maksimalnya (NPMx) suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi (Px). Perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dan harga faktor produksi (Px) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel  11. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012

No
Uraian
bi
NPMx
Px
NPMx/Px
1.
Sewa lahan
1,962
185,231
197,926
0,94
2.
Biaya Sarana Produksi
1,285
0,0495
2,378,061
0,02
3.
Tenaga kerja
1,248
0,2088
7,706,658
0,03
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas besarnya perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dengan harga faktor produksi (Px) adalah : untuk faktor produksi sewa lahan dengan nilai produk margina 185,231 dan nilai harga faktor produksi 197,926 maka NPMx/Px = 0,94. Untuk faktor produksi sarana produksi dengan nilai produk margina 0,0495l  dan nilai harga faktor produksi 2,378,061 maka NPMx/Px = 0,02. Untuk faktor produksi tenaga kerja dengan nilai produk marginal 0,2088 dan nilai harga faktor produksi 7,706,685 maka NPMx/Px = 0,03.
Maka :    
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal atau tidak mencapai efisien ekonomi. Faktor produksi sewa lahan mempunyai nilai perbandingan NPMx dengan Px lebih besar dari satu, sehingga penggunaan faktor produksi tersebut secara ekonomi belum efisien. Untuk mencapai efisiensi, penggunaan faktor produksi tersebut harus ditambah karena tambahan biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu pengurangan tenaga kerja.
Nilai perbandingan NPMx dengan Px untuk faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi secara ekonomi tidak efisien. Penambahan tenaga kerja dan biaya sarana produksi menyebabkan tambahan pengeluaran yang lebih besar dari pada tambahan penerimaan yang akan diperoleh.
Jika diperhatikan dari tabel analisis ragam,, diperoleh nilai Fhitung = 1,979 dan Ftabel dengan nilai α = 10% atau 0,1 (3 ; 45) adalah 2,84. Karena Fhitung < Ftabel atau dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi linier fungsi produksi Log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 yang diajukan dapat diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa nilai Fhitung < Ftabel maka faktor-faktor produksi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida maka terima Ha dan tolak H0.
Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi sewa lahan, faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi biaya sarana produksi dalam persamaan yang terbentuk, maka diuji dengan menggunakan uji t, dimana nilai thitung masing-masing faktor produksi adalah sebagai berikut :
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Faktor produksi sarana produksi thitung <  tTabel atau 1,285 < 1,30. Koefisien regresi faktor produksi tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika tenaga kerja ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung secara signifikan.
Faktor produksi tenaga kerja thitung < tTabel atau 1,248 < 1,30, koefisien regresi faktor produksi biaya sarana produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya bila biaya sarana produksi ditambah akan menurunkan pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian dengan tingkat kesalahan atau α = 10%.
Berdasarkan pada uji t tersebut bahwa penggunaan faktor produksi sewa lahan dan tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung, sedangkan faktor produksi biaya sarana produksi tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.  Usahatani jagung Hibrida (Zea Mays.L) di Kecamatan Timang Gajah rata-rata luas lahan  0,2651. Efesiensi faktor-faktor produksi usahatani Jagung meliputi Sewa Lahan , Biaya Sarana Produksi dan Biaya Tenaga Kerja.
2.  rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar,  dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
3.  Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat bahwa Fhitung < Ftabel  maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha.
4.  Faktor produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30. dengan tingkat kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
5.      Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya  penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya  penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida belum  efesien , untuk mencapai efesien maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.

B.   Saran
1.    Mengingat tingkat keuntungan yang tercapai produsen tidak saja ditentukan oleh besar kecilnya produksi melainkan juga oleh harga- harga input dan output maka ketika musim tanam jagung telah tiba maka pemerintah mengambil peran dalam pengendalian kelancaran distribusi sarana produksi khususnya ketersediaan pupuk dan kestabilan harga input lainnya.
2.    Pihak instansi terkait memberikan pengarahan dan penyuluhan terutana kepada petani skala besar agar dapat meningkatkan efektifitas produksinya. Hal ini dilakukan didasari pada petani besar memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan petani kecil.
3.    Hendaknya petani dapat mengidentifikasi pada saat musim kapan usahatani jagung ini dapat diusahakan untuk mendapatkan harga jual yang optimal sehingga akan mempengaruhi besarnya pendapatan.



DAFTAR  PUSTAKA



Anonimous, Tahun 2012, Tehnik Berusahatani, Surabaya

Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Pertanian, Surabaya

Anonimous, Tahun 1991, Penelaahan Usahatani dan Usaha-Usaha Pengembangan. Program Bantuan dan Reboisasi. Bogor.

Anonimous, Tahun 1999, Usaha-Usaha Pengembangan, Tanggerang.

Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Usaha Rakyat, Surabaya.

Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Pertanian Swadaya, Surabaya

Bahtiar Rivai,   Tahun 1980, Ilmu Usahatani, Surabaya

        
Fadholi Hernanto, Tahun 1996, Ilmu Usahatani, Penerbit Penebar Swadaya.

Ken Suratiyah. Tahun 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

         Ir. A.G. Kartasoeputra. Tahun 1980 Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.         
        
        
         Soekartawi. Tahun, 1980  Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian

         Suddjana, 1988, Metode Statistika, Jakarta

        

         Wibowo, Singgih Budi Daya Bawang Merah. Penerbit PT. Penebar Swadaya 2003. Jakarta.

Hand out regresi linier berganda, Widarjono, tahun 1981

























 

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH