PENGARUH FAKTOR-FAKTOR TERHADAP PRODUKSI BAWANG MERAH DI KECAMATAN LUT TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efisiensi faktor-faktor produksi dan biaya produksi
serta untuk mengetahui seberapa besar perbandingan faktor produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Kampung yang menjadi tempat
penelitian di Kecamatan Timang Gajah yaitu Kampung Timang Gajah, Kampung Digul,
Kampung Reronga dengan jumlah populasi 83 petani jagung.
Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian
sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tetap untuk
sewa lahan sebesar 197,926/musim
tanam/hektar, dan biaya penyusutan alat
diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya tenaga kerja diperoleh dari hasil
penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani permusim tanam jagung dalam per
hektar.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak)
terlihat bahwa Fhitung
< Ftabel
maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor
produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani
jagung dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha. Faktor
produksi sewa lahan dengan thitung = 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30.
Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat
kesalahan atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan
terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah
akan meningkatkan produksi usahatani jagung.
Berdasakan
nilai produk Marjinal faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya penggunaan faktor produksi luas lahan (X1)
usahatani Jagung Hibrida belum efesien ,
untuk mencapai efesien maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM
< 1 atau 0,02 < 1 artinya penggunaan faktor sarana produksi (X2)
usahatani Jagung Hibrida belum efesien ,
untuk mencapai efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM <
1 atau 0,03 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga mata
pencaharian penduduk sebahagian besar mata pencaharian penduduk merupakan pada
sektor pertanian. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang
berarti negara yang mengandalkan pertanian sebagai penopang pembangunan
perekonomian dan sebagai sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian
di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan makanan, dan subsektor kehutanan.
Kabupaten
Aceh Tengah khususnya Kecamatan Lut Tawar, dalam kegiatan sektor pertanian lahan
yang dimiliki sangat luas, pada prinsipnya bertujuan ingin meningkatkan
produktifitas tanaman persatuan luas lahan dan sekaligus meningkatkan kualitas
produksinya, sehingga dengan demikian pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan, serta taraf hidup para petani dan pengelolaanya. Dalam pembangunan
jangka panjang, pembangunan sektor pertanian diarahkan pada pola agribisnis dalam
pelaksanaanya berorientasi pada permintaan pasar.
Di Kecataman Lut Tawar jumlah penduduk per
kampung nya sangat beragam, sehingga jumlah populasi tentunya berbeda-beda,
baik dari segi mata pencaharian dan pengolahan usahatani, namun mata
pencaharian di bidang pertanian yang paling unggul diusahakan masyarakat
setempat dari pada usahatani lainya, khsusnya yang ada di Kecamatan Lut Tawar
dalam tabel dibawah ini akan tampak jumlah penduduk per kampung di Kecamatan
Lut Tawar.
Tabel 1. Jumlah
Penduduk Per Kampung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2013.
No.
|
Nama Kampung
|
Jumlah KK
|
Jumlah Penduduk
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
Takengon timur
|
1.484
|
3.003
|
2.904
|
2
|
Asir-asir
|
538
|
1.026
|
1.003
|
3
|
Asir-asir asia
|
296
|
567
|
567
|
4
|
Bale atu
|
835
|
1.704
|
1.513
|
5
|
Bujang
|
166
|
280
|
307
|
6
|
Gunung suku
|
130
|
266
|
234
|
7
|
Hakim bale bujang
|
552
|
1.058
|
1.035
|
8
|
Kenawat
|
365
|
611
|
641
|
9
|
Kuteni reje
|
247
|
503
|
482
|
10
|
Pedemun one-one
|
179
|
329
|
335
|
11
|
Rawe
|
100
|
184
|
202
|
12
|
Takengon barat
|
508
|
946
|
893
|
13
|
Toweren antara
|
157
|
299
|
289
|
14
|
Toweren toa
|
227
|
417
|
414
|
15
|
Toweren uken
|
121
|
219
|
213
|
|
Jumlah
|
4422
|
4628
|
4583
|
Sumber : Kepala
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan
Sipil
Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2013.
Dari
tabel 1 diatas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan nama kampung yang ada
di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, jumlah yang ada pada kampung
sangat beragam jumlah penduduknyang unggul diantara kampung yang lain yaitu
pada kampung Takengon Timur pada tahun 2013.
[
Produksi
dalam usahatani yaitu adalah hasil akhir dari kegiatan suatu usahatani yang
merupakan proses untuk menambah dan meningkatkan nilai tambah suatu barang. Mengungkapkan fungsi produksi adalah gambaran
yang menunjukkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah
faktor produksi.
Dalam proses produksi kegiatan usahatani tentunya
tidak terlepas dari faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang meliputi seperti tenaga
kerja, modal, lahan, manajemen dan yang lainnya, guna mendukung kelancaran
untuk usahatani yang diusahakan. Dalam kegiatan apa saja yang mendukung usaha
pertanian yang tersedia secara lokal dan optimal dan dapat terpenuhi baik
secara ketersediaan dan jumlah yang cukup. Sehingga dalam budidayanya tidak
mengalami hambatan produksi dan tercapainya produktivitas yang optimal. Faktor-
faktor produksi tersebut di harapkan dapat di penuhi sesuai dengan kebutuhan
dari tanaman tersebut.
Dalam kegiatan usahatani bawang merah yang relatif
singkat dan penggunaan faktor- faktor produksi yang terpenuhi sehingga hambatan
dalam proses produksi dapat terpenuhi . Bawang merah merupakan salah satu jenis
tanaman hortikultura yang banyak di tanami oleh petani, bawang merah ini banyak
di minta oleh ibu rumah tangga dan rumah makan sebagai pelengkap dalam suatu
olahan makanan. Bawang merah yang saat ini merupakan komoditi yang sangat familier
di kalangan ibu rumah tangga dan rumah makan sehingga permintaannya terus
meningkat. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap bawang merah petani bawang
merah berupaya untuk meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani.
Petani dalam mengusahakan bawang merah guna dapat
memenuhi permintaan pasar, dan konsumen sehingga menambah penghasilan petani. Bawang
merah yang umurnya relatif singkat dalam proses budidayanya yang mana hanya 2
bulan dari proses penanaman langsung bisa di panen dan proses perawatan yang
tergolong mudah dan juga memerlukan keseriusan dalam budidayanya sehingga menghasilkan
produksi yang optimal.
Di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah
salah satu penghasil tanaman bawang merah yang tergolong lahan yang cukup luas,
walaupun kepemilikan lahanya sempit dan banyak petani yang berdekatan
memanfaatkan lahan tersebut untuk berusahatani. Lahan yang tersedia merupakan
daerah pinggiran danau lut tawar yang banyak mengandung unsur hara sehingga
tanaman bawang merah yang di tanami pada
umunnya sangat subur, sehingga dalam waktu yang lama di perlukan penggunaan
faktor produksi yang optimal, berimbang dan berkesinambungan sehingga produksi
dapat di tingkatkan dan mempertahankan produksi yang sudah ada.
Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen dan
produksi Tanaman Sayuran/Ha/Ton di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah,
Tahun 2012.
No.
|
Jenis Sayur-Sayuran
|
Luas
Tanam (Ha)
|
Luas
Panen (Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
|
1.
|
Bawang merah
|
13.0
|
13.0
|
111.0
|
|
2.
|
Bawang daun
|
18.0
|
13.0
|
46.0
|
|
3.
|
Bayam
|
13.0
|
12.0
|
16.0
|
|
4.
|
Labu siam
|
1.0
|
1.0
|
3.0
|
|
5.
|
Sawi
|
12.0
|
12.0
|
24.0
|
|
6.
|
Kangkung
|
13.0
|
12.0
|
23.0
|
|
7.
|
Tomat
|
28.0
|
27.0
|
338.0
|
|
8.
|
Cabe besar
|
25.0
|
20.0
|
120.0
|
|
9.
|
Cabe rawit / caplak
|
27.0
|
20.0
|
120.0
|
|
10.
|
Kentang
|
0.0
|
0.0
|
0.0
|
|
11.
|
Terung
|
3.0
|
3.0
|
10.0
|
|
12.
|
Buncis
|
9.0
|
9.0
|
32.0
|
|
13.
|
Kacang panjang
|
12.0
|
10.0
|
16.0
|
|
14.
|
Ketimun
|
2.0
|
2.0
|
3.0
|
Sumber : Kepala Kantor Kecamatan Lut
Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2012.
Dari tabel 2
diatas dapat dilihat luas tanam, luas panen dan produksi tanaman sayuran,
dengan berbagai macam sayuran dan penggunahan kapasitas lahan yang
berbeda-beda, namun lahan dari tanaman bawang merah yang ada di Kecamatan Lut
Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah lokasi penanaman dan sangat dekat dengan
pasar baik dari segi tempat kegiatan usahatani atau pasar pemasaran hasil pertanian yang tidak
jauh dari perkotaan.
1.2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:.
1.
Berapakah produksi dan
produktifitas bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
2.
Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh
Tengah.
1.3.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui produksi
dan produktifitas bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
2.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani bawang
merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
1.4.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai sumber bacaan dan
reverensi bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan usahatani bawang
merah.
2.
Sebagai pertimbangan
petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi dan Sebagai pertimbangan bagi pemerintah
dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bawang merah.
1.5.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah penelitian maka hipotesis yang dapat di angkat yaitu:
1.
Diduga produksi dan
produktifitas bawang merah meningkat dari tahun sebelumnya.
2.
Diduga faktor-faktor mempengaruhi produksi bawang merah di
Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).
Usahatani
adalah organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di
lapangan pertanian. Organisasi ini ditatalaksanakan berdiri sendiri dan sengaja
diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang. Prof. Bachtiar Rivai tahun (
1980).
Kegiatan
usahatani sesungguhnya tidak sekedar terbatas pada pengambilan hasil
(Ekstraktif), melainkan benar-benar merupakan hasil produksi. Disini
berlangsung pendayagunaan tanah, investasi, tenaga kerja, manajemen,
keberhasilan pendayagunaan barulah akan mendatangkan hasil yang dapat diambil.
Kwalitas dan kwantitas akan sangat tergantung pada pengelolaanya, apabila
pengelolaan berlangsung baik sejak awal sampai pemungutan hasil dan
pemeliharaan hasil, maka kwalitas dan kwantitas hasil akan sangat memuaskan
produsennya (Kartasapoetra, AG 1980 : 16).
Usahatani adalah
sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal ditujukan kepada produksi
dilapangan pertanian atau sebagai ilmu penerapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada usaha. Fadholi
Hernanto, (1996:7).
2.2.
Produksi
Produksi adalah hasil dari kegiatan suatu
usahatani yang merupakan proses untuk menambah dan meningkatkan nilai suatu
barang. Mengungkapkan
fungsi produksi adalah gambaran yang menunjukkan hubungan diantara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi. Sukirno (Tahun, 1981).
Kegiatan usahatani sesungguhnya tidak sekedar
terbatas pada pengambilan hasil, melainkan benar-benar merupakan hasil produksi
langsung pendayagunaan faktor produksi barulah akan mendatangkan hasil yang
dapat diambil. Kwalitas dan kwantitas akan sangat tergantung pada
pengelolaanya, apabila pengelolaan berlangsung baik sejak awal sampai
pemungutan hasil dan pemeliharaan hasil, maka kualitas dan kuantitas hasil akan
sangat memeuaskan produsennya (Kartasoepoetra, Tahun, 1980).
Jumlah produksi dan keberhasilan suatu
usahatani tergantung kepada siapa pengelolanya. Yaitu dengan seseorang dengan
kreatifitas tinggi akan mamfu mengelola usahatani dengan baik. Dengan kata
lain, manajemen sebagai sumber daya yang sangat dipengaruhi oleh human capital pengelola usahatani
tersebut yang pada akhirnya akan menentukan suatu kegiatan usahatani. (Ken
suratiyah, 2008 : 41).
2.3.
Faktor-Faktor
Produksi
Dalam
menunjang keberhasilan usahatani, maka ketersediaan produksi dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi antara lain lahan, tenaga kerja, biaya sarana produksi
yang dikeluarkan oleh sistem pengolahan yang dapat mempengaruhi produksi itu
sendiri.
Faktor produksi
merupakan semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut
mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi lahan, modal untuk
membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja adalah faktor terpenting
diantara faktor yang lain, faktor produksi sangat mementukan besar kecilnya
produksi yang diperoleh. (Soekartawi, 1999 : 47).
Istilah faktor produksi sering pula disebut
”korbanan produksi”, karena faktor produksi tersebut ”dikorbankan” untuk
menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggri faktor produksi desebut ”input”.
(Soekartawi, tahun 1990:3).
2.3.1.
Lahan Pertanian
Lahan
pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak
diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya
sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum
tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional
perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan
dengan hektar. Disamping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga
diperhatikan (Soekartawi, 2005 : 33).
Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting.
Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan
faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995:5).
2.3.2.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja
merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam
jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi
kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Jumlah tenaga kerja
ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis
kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja, ini tidak
diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi (Soekartawi,
1990 : 23).
Upah tenaga kerja
pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita.
Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja
manusia (Mubyarto, 1995:32).
Keseluruhan biaya produksi yang diperoleh dari
penjumlahan total biaya tetap dan biaya variabel. Pengeluaran usahatani adalah nilai semua masukan yang
habis dipakai atau dikeluarkan di dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk
tenaga kerja petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak
tunai (Soekartawi, 1986 : 34).
2.3.4. Manajemen
Manajemen yang
melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam
menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang
berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya
dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah sebuah seni ert maka akan sangat mengkuantifikasi
atau mengukurnya, (Ken suratiya, 2008 :40).
Akhirnya yang dimaksud modal adalah sumber-sumber ekonomi di luar tenaga
kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang
atau dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya
bila kita menunjuk pada modal dalam arti luas dan umum (misalnya jumlah modal
perani secara keseluruhan) kita akan memasukkan semua sumber ekonomi termasuk
tanah tetapi diluar tenaga kerja. Pengertian umum dan luas yang demikian
dipakai pula oleh petani-petani kita bila mereka mengatakan bahwa modal utama
atau modal satu-satunya yang mereka miliki adalah tanah. Hal ini nampaknya
cukup beralasan karena bagaimanpun juga petani sudah memasukkan berbagai unsur
modal kedalam tanah misalnya pupuk (buatan atau kompos) dan air yang sudah
menyumbang pada kesuburan tanahnya. (Prof. Dr.
Mubyarto, 1989).
2.4.
Tanaman Bawang Merah
Tanaman bawang merah dengan pertumbuhan akar serabut dan
dengan dengan pertumbuhan bunga tumbuh daun meruncing seperti tombak, tetapi
biasanya lebih langsing selanjutnya tangkai bunga ini tumbuh panjang keatas dan
menbesar. (Singgih, Wibowo, 2003 : 92).
2.4.1. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah
Upaya peningkatan produksi bawang merah di lahan sawah Bawang merah tidak hanya dengan berkembangnya
suatu perekonomian maka produksi lambat laun dispesialisasikan secara mendalam
kepada produsen. Hubungan antara produsen dan konsumen, perlu diupayakan agar
semakin dekat untuk mencapai keseimbangan pasar, sehingga diperlukan
kebijaksanaan dalam bidang penerapan harga yang harus menitik beratkan pada
persoalan bagaimana menyesuaikan jumlah produksi dan jumlah permintaan serta
faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan harga. (Singgih, Wibowo 2003).
2.4.2
Jenis Tanah
Tanaman bawang menyukai keadaan tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Tanah subur dan gembur akan mendorong pertumbuhan
umbi sehingga hasilnya memusakan. Jenis tanah yang baik untuk tanaman bawang
merah adalah lempung berpasir atau lempung berdebu.
2.4.3. Bibit
Tanaman bawang merah pada umumnya diperbanyak dengan menggunakan umbi.
Penyediaan bibit bawang merah dapat diperoleh dengan mengusahakan atau membeli.
Bibit yang bermutu, baik, sehat, bersifat unggul, warna umbi cerah, utuh,
padat, tidak cacat, berukuran sedang dan umbi sudah disimpan selama 2-6 bulan.
2.4.4. Pengolahan Tanah
Lahan yang akan ditanami bawang merah sebelumnya harus diolah. Tujuan
pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang subur dan gembur.
Kegiatan pengolahan tanah antara lain membersihkan gulma yang ada, membuka atau
membuat selokan dengan lebar bedengan, ± 40-50 Cm, tanah dari selokan diangkat
diatas bedengan, lebar bedengan ± 100-150 Cm dan panjangnya menyesuaikan lahan.
Lahan yang sudah siap dibiarkan selama 7-10 hari sehingga dapat terkena sinar
matahari. Setelah 7-10 hari tanah disiram dengan pupuk dasar dengan disebar
merata keseluruh bedengan tanaman bawang merah.
2.4.5. Penanam
Sebelum penanaman bawang merah dilakukan
terlebih dahulu lahan yang akan ditanami bawang merah disiram dengan air secara
merata, setelah umbi bawang merah yang telah dipotong ujungnya ditanam dengan
cara telunjuk jari sebagai pembuat lubang tanaman dan umbi di benamkan kedalam
lubang tadi.
Pada dasarnya tanaman bawang merah memerlukan tiga unsure
pokok dalam pupuk yaitu : N, P, dan K dalam bentuk N, P2, O5
dan K2O dosis yang diberikan adalah 100kg K2O. Akan
tetapi pupuk tunggal semacam ini tentunya sulit diperoleh. Jenis pupuk tunggal yang
banyak dijumpai dipasaran adalah urea, atau za untuk sumber N, TS, atau DS
untuk sumber P2O5 dan KCL atau ZA untuk sumber K2O.
(Singih wibowo, 2003 : 116.)
2.4.6 Pestisida
(Penanggulangan Hama dan Penyakit)
Masalah terpenting dalam budidaya bawang merah adalah hama dan penyakit,
hama dan penyakit ini tidak pandang bulu, mulai dari akar, umbi, batang, bahkan
daun ujungpun dapat diserangnya. Tidak menyerang hanya disebagian kebun,
beberapa hama dan penyakit juga mengejar umbi bawang merah hingga sampai dengan
tempat penyimpanan. Sia-sialah semua usaha yang telah susah payah dikerjakan
jika tanaman diserang hama dan penyakit. (Singih wibowo, 2003 : 117.)
2.4.7. Pemeliharaan
Untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, salah satu langkah yang
terpenting dalam budidaya tanaman bawang merah adalah pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman bawang merah
antara lain : Penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan.
Penyiangan dilakukan
sebelum pemupukan tanaman bawang merah dilakukan, supaya tidak adanya
penyerapan unsur hara selain tanaman bawang merah dan dilakukan penggemburan
pada tanaman bawang merah, tujuanya yaitu supaya memperlancar sirkulasi udara
di dalam tanah.
2.4.8.
Panen
Pada umumnya pemanenan bawang merah dilakukan
pada umur 60-70 hari setelam tanam. Ciri-cir
tanaman bawang merah yang dapa dipanen antara lain daunya sudah mulai
layu dan menguning sekitar 70-80% dari jumlah tanaman, pangkal batang mengeras,
sebagian umbi telah timbul diatas tanah dan lapisan umbinya telah penuh berisi,
berwarna merah. Pemanenan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah, tidak hujan,
pemanenan dilakukan dengan mencabut selurh tanamanya. (Ir. Rahmat Rukmana,
1995).
Suatu usaha
dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar
bunga modal, alat-alat luar yang
digunakan, upah tenaga kerja luar serta sarana produksi yang lain dan termasuk
kewajiban pada pihak ketiga. (Anonimous, tahun 2012).
Kebutuhan akan masyarakat akan tanaman bawang merah
sangat dibutuhkan untuk bumbu masakan di dapur, seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan daya belinya. Terkait pula peningkatan akan bawang merah maka dibutuhkan penambahan kegiatan usahatani
tanaman bawang merah sebagai bahan peran pembantunya . (Anonimous, tahun 2012).
Usahatani adalah
sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal ditujukan kepada produksi
dilapangan pertanian atau sebagai ilmu penerapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada usaha. Fadholi
Hernanto, (1996:7).
2.5. Regresi
Linier Berganda
Penelitian
ini dilakukan guna untuk melihat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
pendapatan usahatani bawang merah di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah,
dengan menggunakan alat uji Regresi Linier Berganda.
Model
analisis Regresi Linier Berganda (Multiple
Linier Regression) memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memasukan lebih
dari satu variabel. Sehingga model regresi dapat ditunjukan sebagai berikut :
Y = a0 + a1 X1 + a2
X2 …..+an Xn + e
Dimana :
Y = Variabel Tak Bebas
(Dependent Variable)
X1, X2, ….Xn = Variabel Bebas (Independent)
ao, a1, a2,…an = Bilangan Konstan (Konstanta)
e =
Galat (Eror)
2.5.1. Uji Secara Serempak
Untuk melihat
hubungan secara serempak variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji
“F” (Sudjana, 2005: 385)
a.
Dengan
rumusan hipotesis
H0 : a1 = a2 = 0 (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang
merah berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).
H0 : a1 ≠ a2 ≠ 0 (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang
merah tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah)
b.
Dimana :
R2 =
Koefisien determinasi ganda
K = Banyaknya
Variabel bebas
N = Banyaknya
sampel
c.
Dengan
Kretiria Keputusan Sebagai Berikut :
Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak H0
dan terima Ha
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0
dan tolak Ha
2.5.2.
Uji
Secara Parsial
Untuk menguji
pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan uji t, (Sudjana, 2005: 388)
a.
Dengan
formulasi hipotesisnya :
H0 :
a1 = a2 = 0
(Di duga bahwa faktor-faktor produksi
bawang merah berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).
H0 : a1 ≠ a2 ≠ 0 (Di duga bahwa faktor-faktor produksi bawang
merah tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah).
b.
Dimana :
= Koefisien regresi
= Standar error dari koefisien regresi
c. Dengan
kaedah keputusan sebagai berikut :
Bila thitung > ttabel, maka
terima Ha dan tolak H0
Bila thitung ≤ ttabel, maka
terima H0 dan tolak Ha
Hubungan Y dan X
adalah searah, dimana X akan selalu mempengaruhi Y, dan tidak mungkin terjadi
hal yang sebaliknya. Oleh karena itu dalam model development, maka pemilihan variabel Y dan X harus
cermat dan benar (Soekartawi, 2002).
2.5.2 Asumsi-Asumsi Model
Regresi Linier Berganda
2.5.2.1. Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah terjadinya
hubungan linier antara variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda (Gujarati,
2003). Hubungan linier antara variabel
bebas dapat terjadi dalam bentuk hubungan
linier yang sempurna (perfect) dan hubungan linier yang kurang sempurna
(imperfect).
Adapun dampak adanya multikolinieritas dalam model
regresi linier berganda adalah (Gujarati, 2003 dan Widarjono, 2007):
1. Penaksir OLS masih bersifat
BLUE, tetapi mempunyai variansi dan kovariansi yang besar sehingga sulit
mendapatkan taksiran (estimasi) yang tepat.
2. Akibat penaksir OLS mempunyai
variansi dan kovariansi yang yang besar, menyebabkan interval estimasi akan
cenderung lebih lebar dan nilai hitung statistik uji t akan kecil, sehingga
membuat variabel bebas secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel
tidak bebas.
3. Walaupun secara
individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tidak bebas melalui
uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2) masih bisa relatif tinggi. Selanjutnya
untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam model regresi linier berganda
dapat digunakan nilai variance inflation factor(VIF) dan tolerance (TOL) dengan
ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi multikolinieritas
dalam model regresi. Kemudian jika nilai TOL sama dengan 1, maka tidak terjadi
multikolinieritas dalam model regresi.
2.5.2.2 Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak
yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak
dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya
bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara
sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh
sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar berada pada
kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak
normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang
pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan.
Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim
tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai
rata-rata, modus dan median relatif dekat.
Uji normalitas dapat
dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan
Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau
paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan
perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji
normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada
jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian
dengan metode grafik.
2.5.2.3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variansi
dari error model regresi tidak konstan atau variansi antar error yang satu
dengan erroryang lain berbeda (Widarjono, 2007).
Dampak adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah walaupun estimator OLS masih linier dan tidak bias,
tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum dan menyebabkan perhitungan
standard errormetode OLS tidak bisa dipercaya kebenarannya. Selain itu interval
estimasi maupun pengujian hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F
tidak bisa lagi dipercaya untuk evaluasi hasil regresi.
Akibat dari dampak
heteroskedastisitas tersebut menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan
estimator yang BLUE dan hanya menghasilkan estimator OLS yang linear unbiased
estimator(LUE). Selanjutnya dilakukan deteksi masalah heteroskedastisitas dalam
model regresi.
Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi
adalah dengan Metode Glejser. Glejser merupakan seorang ahli ekonometrika dan
mengatakan bahwa nilai variansi variabel errormodel regresi tergantung dari
variabel bebas. Selanjutnya untuk mengetahui apakah pola variabel error
mengandung heteroskedastisitas Glejser menyarankan untuk melakukan regresi
nilai mutlak residual dengan variabel bebas. Jika hasil uji F dari model
regresi yang diperoleh tidak signifikan, maka tidak ada heteroskedastisitas
dalam model regresi (Widarjono, 2007).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian.
1.
Letak dan Luas daerah
Kecamatan Timang Gajah merupakan salah satu Kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Bener Meriah. Kecamatan Timang Gajah terletak pada
posisi 4º 34’50” - 4º54’50 Lintang Utara dan 96º 40’75” - 97º 17’80 Bujur Timur
dan berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter Di Atas Permukaan Laut (DPL),
merupakan daerah yang umumnya areal pertanian komoditi kopi, tanaman keras
selebihnya bertanam hortikultura. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut :
-
Sebelah Utara dengan Pintu Rime Gayo
-
Sebelah Selatan dengan Kecamatan Wih Pesam
-
Sebelah Barat dengan Kecamatan Ketol
-
Sebelah Timur dengan Kecamatan Bandar
Adapun kampung yang ada di Kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Bener Meriah berjumlah 20 kampung yaitu :
1
Kampung Bukit Mulie
2
Kampung Para Kanis
3
Kampung Lampahan Barat
4
Kampung Pantan Padirga
5
Kampung Gunung Tunyang
6
Kampung Karang Jadi
7
Kampung Kening
8
Kampung Lampahan Induk
9
Kampung Fajar Harapan
10
Kampung Linung Bale Tunyang
11
Kampung Tunyang Induk
12
Kampung Lampahan Timur
13
Kampung Sumber Jaya
14
Kampung Mekar Ayu
15
Kampung Simpang Layang
16
Kampung Cekal Baru
17
Kampung Datu Beru
18
Kampung Timang Gajah
19
Kampung Digul
20
Kampung Reronga
2. Keadaan Iklim
dan Tanah
Iklim merupakan
salah satu faktor alam yang memegang peranan penting yang secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara biologis maupun secara fisik,
hal-hal yang penting dari iklim dan banyak mempengaruhi tanaman antara lain
curah hujan, temperatur, kelembapan dan angin.
Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Di samping itu faktor-faktor tumbuh
lainnya, iklim juga berperan dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah,
disamping menentukan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman.
Di Kecamatan Timang Gajah umumnya daerah Aceh Tengah dan
Bener Meriah dikenal dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Secara
umum tanaman jagung ini tidak menuntut iklim yang spesifik terhadap
pertumbuhannya, namun untuk memperoleh hasil yang tinggi, jagung menghendaki
syarat iklim . Penyinaran sinar matahari minimum 10 jam sehari , Curah hujan
760 – 1.015 mm/tahun. Temperatur minimum 10ºC daerah pertanaman adalah 12º
Lintang Utara dan 12º Lintang Selatan. Ketinggian antara 845 – 1.500 m Dari
Permukaan Laut (DPL).
Tanah adalah
media untuk bercocok tanam maka dari itu tanah
merupakan faktor produksi yang sangat menentukan tinggi rendahnya
produktivitas dibidang pertanian. Keadaan dan jenis tanah akan sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, demikian juga dengan tanaman jagung
memerlukan tanah yang subur dan kaya akan unsur hara untuk pertumbuhannya.
Struktur tanah di Kecamatan Timang Gajah pada umumnya sangat
baik karena tanah topsoil masih banyak ditemukan yang memiliki ciri gembur dan
tekstur serta lempung berpasir, liat dan jenis tanah andosol topografi
bergelombang tetapi banyak terdapat lahan
datar. Ketinggian tempat pada umumnya 1200 DPL, dengan pH tanah berkisar
antara 6 – 6,5.
3. Potensi Daerah
Berdasarkan iklim, curah hujan, suhu rata-rata, keadaan
air, tofograpi, keadaan alam dan lingkungan sekitarnya sangat sesuai dengan
lingkungan untuk pertumbuhan tanaman jagung. Hal ini didukung pula dengan
sarana dan prasarana yang cukup. Seperti transportasi yang lancar dan dekat
dengan pasar sehingga mudah dalam penyediaan bahan/peralatan yang dibutuhkan
serta pemasaran hasilnya.
Selain iklim yang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman jagung, lahan yang tersedia masih luas untuk
pengembangan usahatani jagung. Dan faktor pengalaman dalam berusahatani jagung
akan sangat membantu petani dalam mengurangi resiko kegagalan panen.
Potensi daerah
sangat menjanjikan dalam pengelolaan usahatani jagung hibrida dimana masyarakat
ini telah memiliki banyak pengalaman dan tentunya sudah mengembangkan ilmu didalam
membudidayakan jagung hibrida, sehingga dapat dilihat hasil yang didapat dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Sebagai penunjang
usahatani Kecamatan Timang Gajah telah memiliki sarana dan prasarana yang baik
sehingga mempermudah petani dalam pengangkutan hasil pertanian. Pembangunan di
bidang transportasi sudah cukup baik pada kawasan ini, serta banyaknya berdiri
lembaga-lembaga koperasi banyak membantu petani, baik dalam permodalan dan
pemasaran hasil.
B.
Karakteristik Petani Sampel
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan diperoleh karakteristik petani sampel sebagai berikut:
Tabel 3. Karakteristik
Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012.
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1
|
Luas Lahan
|
Hektar
|
0,2651
|
|
2
|
Umur
|
Tahun
|
53
|
|
3
|
Pendidikan
|
Tahun
|
7
|
|
4
|
Lama Berusaha
|
Tahun
|
24
|
|
5
|
Tanggungan
|
Jiwa
|
3
|
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel di atas
dapat dilihat karakteristik petani sampel pada usahatani jagung didaerah
penelitian dengan rata-rata luas lahan petani 0,2651 hektar, dengan rata-rata
umur petani 53 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun atau rata-rata setingkat
dengan SD – SMP, lama berusaha 24 tahun, dan jumlah tanggungan sebanyak 3
orang.
Karakteristik petani akan
sangat menentukan bagaimana seseorang dalam mengelola dan menjalankan
usahataninya, pengalaman berusahatani sangat membantu petani jagung dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapai dalam melakukan budaya tanaman jagung hibrida.
C. Biaya Produksi
Usahatani Jagung (Zea Mays.L)
Biaya produksi
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam mengelola usahatani jagung,
biaya produksi dalam usahatani jagung terdiri dari biaya tetap, biaya variabel
dan biaya tenaga kerja.
Biaya tetap dalam
penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Jagung
Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Biaya Sewa
Lahan
|
197,926
|
|
2.
|
Biaya
Penyusutan Alat
|
313,581
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di
atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan sebesar Rp 197,926,- dan biaya penyusutan alat
Rp 313,581,-/musim tanam/hektar yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Biaya variabel
dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan dalam satu
kali proses produksi yakni biaya sarana produksi terdiri dari pembelian bibit,
pupuk dan obat-obatan. Dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Rata-Rata Biaya sarana produksi Usahatani
Jagung Persatu Kali Musim Tanam Perhektar Didaerah Penelitian.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Benih
|
185,229
|
|
2.
|
Urea
|
304,747
|
|
3.
|
Sp36
|
710,291
|
|
4.
|
KCL
|
492,092
|
|
5.
|
Insektisida
|
685,702
|
|
Jumlah
|
6,378,061
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari tabel di
atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya sarana produksi sebesar Rp
6,378,061 persatu kali musim tanam
perhektar pada usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten
Bener Meriah.
Pencurahan tanaga kerja menggunakan Hari Kerja Pria (HKP)
dan Hari Kerja Wanita (HKW), hari kerja wanita dikonversikan kedalam 1 HKP baik
itu tenaga dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. HKP diartikan sebagai hari kerja pria dewasa
dimana masa bekerja selama 7 jam per hari kerja yang dihitung berdasarkan biaya
yang berlaku di daerah penelitian.
Tabel 4. Rata-Rata
Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung Di Daerah Penelitian/Musim
Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
HKP
|
Jumlah (Rp)
|
|
1.
|
Persiapan lahan
|
10
|
|
50,000
|
2.
|
Penanaman benih
|
19
|
|
50,000
|
3.
|
Penyiraman dan penyemprotan
|
26
|
|
50,000
|
4.
|
Penyiangan dan pemupukan
|
28
|
|
50,000
|
5.
|
Panen
|
20
|
|
50,000
|
6.
|
Pemipilan biji
|
25
|
|
50,000
|
7.
|
Penjemuran
|
25
|
|
50,000
|
Jumlah
|
154
|
|
50,000
|
Sumber
: Data primer diolah Tahun 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pencurahan tenaga kerja
didaerah penelitian dengan jumlah rata-rata 154 HKP dengan upah
kerja per hari Rp 50.000 musim
tanam/hektar.
D. Produksi dan Nilai Produksi
Nilai penjualan merupakan
pendapatan kotor dari usahatani, dimana nilai produksi merupakan nilai
penjualan dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan perluasan lahan
dikalikan dengan harga jagung perkilogram, sebelum dikurangi dengan biaya
produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. . Rata-Rata Produksi, Nilai Produksi
Usahatani Jagung Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Kg,Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Produksi
|
6,257 Kg
|
|
2.
|
Harga Jual
|
15,686
|
|
3.
|
Nilai Produksi
|
25,029,838
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2012.
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai produksi usahatani jagung di Kecamatan
Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dengan rata-rata produksi 6,257 kg/musim tanam/hektar,
dengan harga jual pada saat penelitian adalah sebesar Rp 4.000,-/kilogram,
dengan nilai produksi sebesar Rp ,-
E. Pendapatan
Pendapatan
merupakan hasil pengurangan antara nilai penjualan dengan biaya produksi yang
dikeluarkan dalam usahatani jagung atau nilai bersih yang didapatkan petani
dalam mengelola suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung
Didaerah Penelitian/Musim Tanam/Hektar.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Nilai Produksi
|
25,029,838
|
|
2.
|
Biaya Produksi
|
10,596,254
|
|
3.
|
Pendapatan
|
14,433,584
|
|
Sumber : Data primer
diolah Tahun 2012.
Dari tabel di atas dapat dilihat
rata-rata nilai penjualan Rp 25,029,838,- dengan rata-rata biaya produksi Rp 10,596,254,-
sehingga rata-rata pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Bener Meriah adalah sebesar Rp 14,433,584,-/musim tanam/hektar.
F. Analisis Faktor Produksi
1.
Fungsi Produksi Cob Douglas
Berdasarkan
fungsi produksi Cobb Douglas besarnya pengaruh faktor produksi sewa lahan, biaya sarana
produksi dan tenaga
kerja terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung.
Rata-rata luas lahan usahatani jagung Hibrida 0,2651/Ha dan rata-rata pendapatan
usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim
tanam/hektar. Menunjukan rata-rata pendapatan yang diterima petani jagung/musim
tanam dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya tetap
untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar, dan biaya penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian
sebesar Rp 313,581,-/musim tanam/hektar menunjukan bahwa besarnya biaya sarana
produksi yang dikeluarkan petani
permusim tanam jagung dalam per hektar.
Rata-rata besarnya biaya
tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim
tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
Untuk mengetahui efesensi faktor-faktor produksi terhadap pendapatan
usahatani jagung. Dianalisis dengan
menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam
persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel
10. Hasil Analisis Cobb Douglas faktor-faktor Produksi
Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012
Variabel
|
Koefisien Regresi
|
t hitung
|
Fhitung
|
X1 Sewa lahan
|
0,411
|
1,962
|
1,979
|
X2 Tenaga kerja
|
0,290
|
1,285
|
|
X3 Biaya sarana produksi
|
0,262
|
1,248
|
|
Konstanta
|
9,559
|
|
|
R = 0,356
|
R2 = 0,127
|
ttabel = 1,30
|
Ftabel
= 2,84
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Dari tabel diatas bahwa nilai koefesien korelasi (R) sebesar 0,356 menunjukan hubungan yang sangat kuat
artinya efesiensi faktor-faktor produksi sangai mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani jagung Hibrida di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.
Koefesien determinasi (R2) sebesar 0,127 atau 12,7% adalah
kontribusi yang diberikan oleh efesiensi faktor-faktor produksi biaya tetap, biaya sarana produksi
dan biaya tenaga kerja terhadap pendapatan usahatani jagung Hibrida di
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Sedangkan 87,3 % adalah
kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain yang tidak diproses dalam
penelitian ini.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) pendapatan sebesar Rp 2,042,-/musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku biaya tetap Rp 1,440,-/musim tanam/hektar yang terjadi
dalam usahatani jagung dari 45 sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah
Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya sarana produksi sebesar Rp 1,330,-/musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45
sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Besarnya
nilai simpangan baku (standar deviasi) biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,433,- /musim tanam/hektar. Menunjukan
besarnya simpangan baku pendapatan yang terjadi dalam usahatani jagung dari 45
sampel penelitian di kecamatan Timang Gajah Kabupaten Aceh Tengah.
Berdasarkan
hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb Douglas didapat nilai koefisien
regresi fungsi produksi diperoleh persamaan regresi Y
= 9,559 X11,962 X2 1,285X3 1,248 atau
dalam bentuk logaritma menjadi sebagai berikut : Y = log 9,559 +1,962
log X1+1,285 log X2 +1,248 log X3.
Dari persamaan diatas bahwa hasil
perhitungan menunjukan konstanta (log b0) sebesar 0,980 dan setiap perubahan faktor
produksi sewa lahan
X1 sebesar 1 unit akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.1,962,- setiap perubahan faktor
produksi sarana produksi X2 sebesar 1 unit akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp.1,285,-
dan setiap penambahan faktor produksi tenaga kerja X3 sebesar 1 unit akan meningkatkan
pendapatan sebesar Rp.1,248,-.
Analisis efisiensi penggunaan faktor
produksi usahatani jagung hibrida bertujuan untuk mengetahui apakah setiap
penambahan pengeluaran untuk pembelian faktor produksi dapat memberikan
peningkatan pendapatan. Keuntungan maksimal tercapai apabila nilai produk
maksimalnya (NPMx) suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi
(Px). Perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dan harga faktor produksi (Px)
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11. Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Hibrida Didaerah Penelitian Tahun 2012
No
|
Uraian
|
bi
|
NPMx
|
Px
|
NPMx/Px
|
1.
|
Sewa
lahan
|
1,962
|
185,231
|
197,926
|
0,94
|
2.
|
Biaya Sarana Produksi
|
1,285
|
0,0495
|
2,378,061
|
0,02
|
3.
|
Tenaga
kerja
|
1,248
|
0,2088
|
7,706,658
|
0,03
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2012.
Berdasarkan
tabel di atas besarnya perbandingan nilai produk marginal (NPMx) dengan harga
faktor produksi (Px) adalah : untuk faktor produksi sewa lahan dengan nilai
produk margina 185,231 dan nilai harga faktor
produksi 197,926
maka NPMx/Px = 0,94.
Untuk faktor produksi sarana produksi dengan nilai produk margina 0,0495l dan nilai harga faktor produksi 2,378,061 maka NPMx/Px = 0,02. Untuk faktor produksi tenaga kerja dengan nilai produk
marginal 0,2088 dan
nilai harga faktor produksi 7,706,685
maka NPMx/Px = 0,03.
Maka
:
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal atau tidak
mencapai efisien ekonomi. Faktor produksi sewa lahan mempunyai nilai
perbandingan NPMx dengan Px lebih besar dari satu, sehingga penggunaan faktor
produksi tersebut secara ekonomi belum efisien. Untuk mencapai efisiensi,
penggunaan faktor produksi tersebut harus ditambah karena tambahan biaya yang
dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar.
Berdasakan nilai produk Marjinal
faktor produksi luas lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya
penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung
Hibrida belum efesien , untuk mencapai
efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan.
NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X2) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor sarana produksi perlu pengurangan tenaga kerja.
Nilai perbandingan NPMx dengan Px
untuk faktor produksi tenaga kerja dan biaya sarana produksi lebih kecil dari
satu, menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan biaya
sarana produksi secara ekonomi tidak efisien. Penambahan tenaga kerja dan biaya
sarana produksi menyebabkan tambahan pengeluaran yang lebih besar dari pada
tambahan penerimaan yang akan diperoleh.
Jika
diperhatikan dari tabel analisis ragam,, diperoleh nilai Fhitung = 1,979 dan Ftabel
dengan nilai α = 10% atau 0,1 (3 ; 45) adalah 2,84. Karena Fhitung < Ftabel atau
dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf
signifikan (0,000 < 0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
linier fungsi produksi Log Y = log b0 + b1
log X1 + b2 log X2
+ b3 log X3 yang diajukan dapat diterima. Artinya dapat disimpulkan
bahwa nilai Fhitung < Ftabel maka faktor-faktor produksi secara
serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida
maka terima Ha dan tolak H0.
Untuk menguji signifikan atau tidak
signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi
sewa lahan, faktor produksi tenaga kerja dan faktor
produksi biaya sarana produksi dalam persamaan yang terbentuk, maka diuji dengan
menggunakan uji t, dimana nilai thitung masing-masing faktor
produksi adalah sebagai berikut :
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung
= 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel =
1,30. Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat kesalahan
atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan
meningkatkan produksi usahatani jagung.
Faktor
produksi sarana produksi
thitung < tTabel atau 1,285 <
1,30. Koefisien regresi faktor
produksi tenaga kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
artinya jika tenaga kerja ditambah akan meningkatkan produksi usahatani jagung
secara signifikan.
Faktor
produksi tenaga kerja thitung < tTabel atau 1,248 < 1,30, koefisien regresi
faktor produksi biaya sarana produksi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya bila biaya sarana produksi ditambah
akan menurunkan pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian dengan tingkat kesalahan atau α =
10%.
Berdasarkan
pada uji t tersebut bahwa penggunaan faktor produksi sewa lahan dan tenaga
kerja signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung, sedangkan faktor
produksi biaya sarana produksi tidak signifikan terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Usahatani jagung Hibrida (Zea Mays.L) di Kecamatan Timang Gajah rata-rata luas lahan 0,2651. Efesiensi faktor-faktor produksi
usahatani Jagung meliputi Sewa Lahan , Biaya Sarana Produksi dan Biaya Tenaga
Kerja.
2.
rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah
penelitian sebesar Rp 14,433,584,/musim tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya
tetap untuk sewa lahan sebesar 197,926/musim tanam/hektar, dan biaya
penyusutan alat diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 313,581,-/musim
tanam/hektar. Rata-rata besarnya biaya
tenaga kerja diperoleh dari hasil penelitian sebesar Rp 7,706,685,-/musim
tanam/hektar, menunjukan bahwa besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan
petani permusim tanam jagung dalam per hektar.
3.
Hasil perhitungan uji F (pengujian secara serentak) terlihat
bahwa Fhitung
< Ftabel
maka kaedah keputusan bahwa faktor-faktor
produksi mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung
dengan kriteria keputusan tolak H0 dan terima Ha.
4.
Faktor produksi sewa lahan dengan thitung
= 1,962, faktor produksi sarana produksi thitung = 1,285 dan faktor produksi biaya tenaga kerja dengan thitung = 1,248, dan ttabel = 1,30.
Dimana faktor produksi sewa lahan thitung > ttabel atau 1,962 < 1,30.
dengan
tingkat kesalahan
atau α = 10%. Koefisien regresi faktor produksi sewa lahan signifikan terhadap
tingkat pendapatan usahatani jagung artinya jika sewa lahan ditambah akan
meningkatkan produksi usahatani jagung.
5.
Berdasakan nilai produk Marjinal faktor produksi luas
lahan, NPM < 1 atau 0,94 < 1 artinya
penggunaan faktor produksi luas lahan (X1) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien
maka, faktor produksi luas lahan perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,02 < 1 artinya
penggunaan faktor sarana produksi (X2) usahatani Jagung
Hibrida belum efesien , untuk mencapai
efesien maka, faktor sarana produksi perlu penambahan. NPM < 1 atau 0,03 < 1 artinya
penggunaan faktor tenaga kerja (X3) usahatani Jagung Hibrida
belum efesien , untuk mencapai efesien maka,
faktor tenaga kerja perlu pengurangan tenaga kerja.
B. Saran
1.
Mengingat
tingkat keuntungan yang tercapai produsen tidak saja ditentukan oleh besar
kecilnya produksi melainkan juga oleh harga- harga input dan output maka ketika
musim tanam jagung telah tiba maka pemerintah mengambil peran dalam
pengendalian kelancaran distribusi sarana produksi khususnya ketersediaan pupuk
dan kestabilan harga input lainnya.
2.
Pihak instansi
terkait memberikan pengarahan dan penyuluhan terutana kepada petani skala besar
agar dapat meningkatkan efektifitas produksinya. Hal ini dilakukan didasari
pada petani besar memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
petani kecil.
3.
Hendaknya petani dapat mengidentifikasi pada saat musim
kapan usahatani jagung ini dapat diusahakan untuk mendapatkan harga jual yang
optimal sehingga akan mempengaruhi besarnya pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, Tahun 2012, Tehnik Berusahatani, Surabaya
Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Pertanian, Surabaya
Anonimous, Tahun 1991, Penelaahan Usahatani dan Usaha-Usaha
Pengembangan. Program Bantuan
dan Reboisasi. Bogor.
Anonimous, Tahun 1999, Usaha-Usaha Pengembangan, Tanggerang.
Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Usaha Rakyat, Surabaya.
Anonimous, Tahun 2011, Pengembangan Pertanian Swadaya, Surabaya
Bahtiar Rivai, Tahun 1980, Ilmu Usahatani, Surabaya
Fadholi Hernanto, Tahun 1996, Ilmu Usahatani, Penerbit Penebar Swadaya.
Ken Suratiyah. Tahun 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Ir. A.G. Kartasoeputra. Tahun 1980 Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bumi
Aksara. Jakarta.
Soekartawi. Tahun, 1980
Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian
Suddjana, 1988, Metode Statistika,
Jakarta
Wibowo, Singgih Budi Daya Bawang Merah.
Penerbit PT. Penebar Swadaya 2003. Jakarta.
Hand out regresi linier berganda, Widarjono,
tahun 1981
Comments
Post a Comment