ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L) DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH S K R I P S I
ABSTRAK
Usahatani adalah suatu
kegiatan usahatani dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan,
tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani
merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan
mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien
mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Berdasarkan
analisis ragam diperoleh nilai Fhitung = 204,331, dan Ftabel
= 3,28. Karena Fhitung > Ftabel artinya bahwa luas
lahan dan biaya produksi mempunyai pengaruh linier terhadap pendapatan
usahatani jagung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi
linier fungsi produksi yang diduga dapat
diterima. Artinya pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat
pendapatan usahatani jagung hibrida adalah linier.
Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan koefisien
regresi fungsi produksi yaitu luas lahan dengan thitung = 4,436 dan biaya produksi dengan
thitung = -1,732,
dan ttabel = 2,042. Dimana biaya sewa lahan thitung >
tTabel atau 4,436 > 2,042. Koefisien regresi biaya sewa lahan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida artinya jika biaya sewa
lahan diinvestasikan sesuai dengan kebutuhan dalam usahatani jagung akan
meningkatkan produksi usahatani jagung hibrida dalam hal ini pendapatan akan
meningkat. Kemudian biaya produksi thitung < tTabel
atau -1,732 < 2,042, koefisien
regresi biaya produksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani
jagung hibrida artinya bila biaya produksi yang diinvestasikan tidak mengikuti
ketentuan-ketentuan pengelolaan usahatani jagung akan mengakibatkan penurunan
pendapatan usahatani jagung hibrida pada daerah penelitian. Dengan berdasarkan
pada uji t tersebut terbukti bahwa penggunaan biaya sewa lahan berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan usahatani jagung tetapi biaya produksi memiliki pengaruh
negatif terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida
persamaan regresi fungsi produksi yang diperoleh adalah persamaan fungsi Ŷ
= 7464,49 X10,885 X2 -0,355.
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa penggunaan biaya sewa lahan (X1)
rata-rata sebesar Rp 5,79 dan penggunaan biaya produksi (X2) sebesar
Rp 6,52 akan peroleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 18,006.58.
DAFTAR ISI
Abstrak
Kata Pengantar
.............................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................... iii
Daftar Tabel
................................................................................ v
Daftar Lampiran
............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian .............................................. 7
E. Hipotesa ..................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Usahatani Jagung .................................................... 9
1. Taksonomi
Jagung.............................................. 9
2. Budidaya
Jagung................................................ 9
B. Faktor-Faktor Produksi ............................................ 13
1.
Lahan
pertanaman.............................................. 14
2.
Modal..................................................................... 15
3.
Tenaga
kerja......................................................... 16
4.
Manajemen........................................................... 18
C. Produksi dan Pendapatan ...................................... 22
D. Analisi Produksi Cobb Dauglas.............................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................ 26
B. Ruangr Lingkup Penelitian .................................... 26
C. Metode Pengumpulan Datal .................................. 27
D. Konsep Batasan Operasional ................................ 29
E. Metode Analisa Data................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Letak Luas dan Batas Daerah ................................ 32
B. Tofografi Iklim dan Keadaan Tanah ...................... 32
C. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ...... 33
D. Karakteristik Petani .................................................. 34
E. Faktor Produksi Luas Lahan .................................. 37
F. Faktor Produksi Tenaga Kerja ................................ 38
G. Biaya Produksi .......................................................... 40
1.
Biaya
tetap............................................................ 40
2.
Biaya
variabel....................................................... 41
H. Produksi dan Nilai Produksi.................................... 42
I . Pendapatan Usahatani Jagung ............................ 43
J. Analisis Penggunaan Luas Lahan dan Biaya Produksi
pada Usahatani Jagung Hibrida ............................ 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................... 52
B. Saran-Saran .............................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 54
Daftar
Pertanyaan/questioner......................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Jagung
adalah komoditas pertanian yang penting di Indonesia, bahkan beberapa daerah
menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Usahatani budidaya jagung tersebar di
seluruh provinsi di Indonesia.
Kebutuhan
jagung selalu meningkat dari tahun ketahun. Peningkatan kebutuhan jagung ini
disebabkan karena semakin berkembangnya industri-industri berbahan baku jagung. Peranan
komoditas jagung semakin penting dalam beberapa tahun terakhir ini baik sebagai bahan baku industri
makanan maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung nasional untuk
bahan baku
pakan ternak terus meningkat. Produksi jagung Indonesia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dalam negeri, sehingga Indonesia harus mengimpor jagung untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia terus dilakukan,
baik melalui perbaikan budidaya maupun melalui kajian-kajian faktor sosial
ekonomi masyarakat petani.
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi
nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam penyediaan pangan,
penyediaan bahan baku industri, peningkatan eksport dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan
masyarakat.
Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah
melestarikan swasembada pangan, peningkatan ekspor non migas dan mengurangi
pengeluaran devisa yang sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan petani serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pengembangan wilayah pedesaan
merupakan salah satu tujuan utama pembangunan pertanian maka sangat diharapkan
perkembangan agribisnis daerah yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan
komparatif masing-masing daerah, berkelanjutan, berkeadilan dan demokrasi.
Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil
peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia
jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau
makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan
jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf
hidup ekonomi masyarakat dan kemajuan
industri pakan ternak sehingga perlu
upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam,
ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi.
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.
Di Kabupaten Aceh Tengah
usahatani jagung tersebar diseluruh kecamatan, dengan luas lahan dan
produksi yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan luas panen dan produksi jagung
menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2010.
No.
|
Kecamatan
|
Keterangan
|
Tahun
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
Kebayakan
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
26
24
40
96
|
35
34
4
236
|
40
38
6
200
|
6
5
3,2
30
|
2
|
Lut Tawar
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
31
30
40
120
|
13
13
4
52
|
27
27
6
150
|
7
6
3,2
28
|
3
|
Bebesen
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
44
42
40
168
|
124
98
4
392
|
120
90
5
180
|
4
3
3,2
50
|
4
|
Kute Panang
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
30
29
40
116
|
23
23
4
92
|
30
23
6
120
|
3
2
3,2
18
|
5
|
Silih Nara
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
93
93
42
391
|
121
121
4,2
508
|
132
121
6
250
|
14
8
3,2
26
|
6
|
Rusip Antara
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
5
5
40
20
|
15
13
4
52
|
18
16
6
60
|
22
19
3,2
61
|
7
|
Celala
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
52
52
42
218
|
46
20
4,2
84
|
40
20
8
87
|
9
6
3,2
19
|
8
|
Linge
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
60
57
40
228
|
30
25
4
100
|
20
25
46
50
|
3
3
3,2
20
|
9
|
Jagong
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
50
48
40
192
|
50
48
4
192
|
55
47
6
123
|
2
1
3,2
12
|
10
|
Atu Lintang
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
44
43
40
172
|
37
17
4
68
|
30
14
23
80
|
34
27
3,2
82
|
11
|
Pegasing
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
76
76
41
312
|
83
76
4,1
311
|
89
77
4,1
311
|
27
19
3,2
61
|
12
|
Bies
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
15
15
41
62
|
38
20
4,1
88
|
30
20
4,1
88
|
16
13
3,2
42
|
13
|
Bintang
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
43
43
40
176
|
53
55
4
212
|
53
55
4
212
|
23
23
3,2
74
|
14
|
Ketol
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
53
52
42
218
|
40
20
4,2
84
|
40
20
4,2
84
|
172
171
3,2
547
|
Kabupaten
|
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
|
622
609
41
2.485
|
780
609
80
2.485
|
876
122
53
1.589
|
609
609
41
2.485
|
Sumber
: Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011
Dari
Tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah produksi jagung terbesar adalah
Kecamatan Silih Nara, sedangkan daerah produksi jagung terkecil adalah
Kecamatan Bintang. Sedangkan dari tingkat produktivitas rata-rata, kecamatan
Bebesen adalah merupakan daerah yang produktifitasnya paling rendah
dibandingkan dengan daerah-daerah produksi lainnya.
Dengan memperhatikan tabel diatas bahwa perkembangan
usahatani jagung beberapa Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah cukup mendapat
perhatian dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Dalam hal ini terutama
memperhatikan perkembangan usahatani tanaman pangan terutama dalam hal ini
adalah usahatni jagung. Permasalahan yang kini muncul adalah apakah petani
jagung di Kabupaten Aceh Tengah tersebut telah mengalokasikan faktor-faktor
produksi yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, dimana faktor-faktor produksi
yang dimaksud adalah luas lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Luas lahan merupakan luas areal yang digunakan petani
dalam melakukan budidaya, luas lahan biasanya mempengaruhi skala pendapatan
petani dalam mengelola usahanya, jika luas lahan yang diusahakan lebih luas
maka pendapatan akan lebih besar bila pengelolaan dilakukan secara baik dan
benar.
Tenaga kerja merupakan curahan tenaga yang digunakan
dalam berusahatani baik tenaga manusia, tenaga mesin pertanian ataupun tenaga
hewan. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar
keluarga yang terdiri dari tenaga pria, wanita dan anak-anak. Perhitungan
tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan menggunakan satuan
HKP.
Biaya produksi adalah biaya korbanan yang dikeluarkan
petani untuk menghasilkan produk suatu usahatani. Biaya produksi yang
diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
petani baik secara tunai maupun tidak tunai mulai dari persiapan lahan sampai
dengan panen. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya peralatan, biaya sarana
produksi dan biaya tenaga kerja. Bila petani ingin mendapatkan keuntungan yang
lumayan, petani harus memperhitungkan biaya produksinya. Dari hasil penelitian
di Kecamatan Bebesen, pada luas lahan 1 ha dengan mengeluarkan biaya produksi ±
enam juta petani mendapatkan keuntungan ± sepuluh juta, ini sangat menguntungkan
petani jagung untuk menanam jagung.
Berdasarkan dari masalah di atas, maka dalam usahatani
yang baik, petani harus berani bertindak bijaksana, yaitu dengan memperhatikan
pengunaan faktor-faktor produksi tersebut agar dapat menghasilkan produksi dan
pendapatan yang seimbang. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk
melihat kombinasi dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dikeluarkan oleh
petani jagung tersebut dan menghasilkan produksi dan pendapatan yang optimal.
Pendapatan merupakan tujuan akhir dari
suatu usahatani, tujuan mengeluarkan biaya produksi tiada lain untuk memperoleh
keuntungan. Pendapatan sebagai saluran penerimaan baik berupa uang maupun
barang, baik dari pihak lain ataupun dari hasil sendiri yang dinilai dengan
sejumlah uang ataupun jasa atas dasar harga yang berlaku.
A. Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah
terdapat pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”?
B. Tujuan
Penelitian
Adapun
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas
lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah.
C. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat berguna :
1. Hasil
penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil
keputusan dalam pengembangan usahatani jagung yang berimplikasi terhadap
pendapatan daerah serta menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan pengembangan
tanaman pangan di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Sebagai
bahan informasi tambahan untuk petani dan penulis dalam mengembangkan usahatani
tanaman pangan dalam hal pendapatan bagi petani yang ikut dalam melakukan
usahatni jagung.
3. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka
penyusunan skripsi yang menjadi syarat perguruan tinggi untuk memperoleh gelar
sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih.
D. Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
“Diduga terdapat
pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani
jagung hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.”
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Usahatani
Jagung
1.
Taksonomi
Jagung
Tanaman
jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L, dengan klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays. L
Jagung
termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yakni akar
seminal, akar adventif, dan akar udara.
2.
Budidaya
Jagung
a.
Penyiapan
lahan
1. Pengolahan
tanah dilakukan sekali hingga 2 kali (tergantung kondisi tanah), untuk tanah
bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
2. Jika curah
hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap 3 m, sedalam
20-25 cm, sepanjang petakan.
b.
Penggunaan
benih unggul
1. Varietas unggul
jagung komposit antara lain : Bisma, Lamuru, Palakka, Kresna, Sukmaraga,
Srikandi putih, Srikandi kuning.
2. Benih bermutu
merupakan syarat terpenting dalam budidaya tanaman jagung . Benih sehat dan
memiliki daya tumbuh minimal 90 %.
c.
Penanaman
Populasi
tanaman jagung yang optimal antara 62.500-100.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang
optimal antara 80 cm x 40 cm; 75 cm x 50 cm; dan 80 cm x 25 cm, masing-masing
dengan 2 (dua) tanaman per lubang.
d.
Pemupukan
1. Pupuk kandang
dengan dosis antara 5 – 15 ton/ha.
2. Saat tanam
pupuk Urea 50-75 kg/ha + SP36 75-100 kg/ha+ KCl 50-75 kg/ha.
3. Umur 30-40 hari
setelah tanam diberikan pupuk Urea 100-150 kg/ha.
4. Pemupukan
diberikan secara ditugal pada setiap tanaman jarak 3-5 cm dari tanaman kemudian
ditutup dengan tanah.
e.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
meliputi kegiatan : penyiangan, pembumbunan dan pengaturan drainase.
1. Penyiangan fase
pertumbuhan awal sangat baik dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam
pemanfaatan unsur hara dengan tanaman pengganggu (gulma).
2. Penyiangan
dilakukan satu atau dua kali selama periode tumbuh tanaman tergantung
pertumbuhan gulma. Penyiangan pertama umur 10-15 hari setelah tanam.
3. Pembumbunan
tanaman jagung dilakukan pada saat tanaman umur 4 – 5 minggu.
4. Kegiatan
pembumbunan tanaman dapat memperbaikan drainase pada lahan pertanaman.
f.
Pengendalian
hama
Serangan hama
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
produksi jagung. Pengendalian dengan insektisida yang mengandung khlorpirifos
dan karbofuran. Pengendalian juga dapat digunakan Furadan 3 G diberikan melalui
pucuk sebelum berbunga (40 hari) dan diikuti Decis 25 EC.
g.
Pengendalian
penyakit
Suatu penyakit
merupakan hasil interaksi 3(tiga) komponen utama yaitu: pathogen, inang dan
lingkungan (PIL). Usaha-usaha pengendalian untuk mengatasi masalah penyakit
pada dasarnya adalah cara-cara memanfaatkan PIL tersebut untuk memperkecil
akibat yang ditimbulkannya sehingga mencapai suatu titik di bawah ambang
ekonomi dengan kerugian yang dapat diabaikan.
h.
Panen
dan pasca panen
Panen dilakukan
saat setelah benih mencapai masak fisiologis, karena pada saat itu kadar air
benih jagung masih cukup tinggi, yaitu sekitar 35-40 % maka segera dilakukan
penjemuran.
Tanaman
jagung dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah, yang terpenting dan sangat
berhubungan erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur N,P,K pada tanah
tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan
tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Menurut Sudjana (1991) tanaman
jagung di Indonesia di tanam di lahan tegalan atau di lahan sawah. Di lahan
tegalan, jagung di tanam pada musim hujan dan dilahan sawah jagung di tanam
pada awal musim hujan pada umumnya disebut jagung labuhan, sedangkan bila di
tanam pada akhir musim hujan sesudah tanaman padi disebut jagung marengan. Impor jagung Indonesia tahun 1994 mencapai
1.118.000 ton dan tahun 1995 meningkat menjadi 1.330.000 ton (Bachtriadi,
1995). Tanaman Jagung dapat tumbuh baik hampir disemua macam
jenis tanah tetapi tanaman ini akan dapat tumbuh dengan lebih baik jika ditanam
pada tanah yang gembur, kaya akan humus atau unsur hara. Tanah yang padat serta
kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya
akan kurang baik. Jagung tumbuh baik pada pH tanah antara 5,5-7, dan juga dapat
tumbuh pada tanah dengan ketinggian 0-1.300 meter diatas permukaan laut. Jagung
dapat hidup dengan baik pada temperatur 230C sampai 270C.
Suhu minimum adalah 450C dengan kemiringan tanah yang tidak lebih
dari 8%.
Secara umum profit atau keuntungan dalam usahatani jagung
sangat tergantung pada tingkat produksi dan penerimaan dari hasil penjualan
produksi tersebut serta besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi. Tingkat produksi dan penerimaan tersebut dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang bersifat internal yaitu faktor yang dapat dikendalikan
seperti pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, bibit dan faktor yang bersifat
eksternal yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti iklim. Oleh karena
itu seorang petani harus dapat mengendalikan faktor-faktor internal tersebut
sedemikian rupa sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal.
B. Faktor-Faktor
Produksi
Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal
sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara
petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan
faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi
dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang
sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek
manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi
atau faktor relationship.
1. Lahan Pertanaman
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik
hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil
produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal
ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan
faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995).
Rukmana (1997),
Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar dapat memperbaiki
tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam tanah, memperbaiki
aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme tanah serta
membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu tanpa olah tanah (TOT) atau disebut zero tillage,
pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan pengolahan tanah maksimum
(maximum tillage) (Rukmana, 1997).
Zulkifli (2005), mengemukakan bahwa jagung hibrida tidak
membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat
tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan
bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa
ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase) dan tata
udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini tanah harus sering diolah dalam
masa pertumbuhan dan saluran air dibuat diantara barisan selalu diperbaiki. Air
yang berlebihan dengan membentuk genangan air akan mengakibatkan benih busuk,
tanaman kekurangan udara sehingga pertumbuhannya tidak normal.
2. Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal
dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan
tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor
produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori
modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi
tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak
berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel
adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali
dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga
kerja.
Besar
kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.
Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan
besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula
modal yang dipakai.
2.
Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi
pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.
Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu
usahatani (Soekartawi, 2003).
3. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi
yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang
cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan
macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :
1.
Tersedianya
tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan
tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu
disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.
2.
Kualitas
tenaga kerja
Dalam proses
produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu
diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan
sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini
tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas.
3. Jenis kelamin
Kualitas tenaga
kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi
pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan
tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
4.
Tenaga
kerja musiman
Pertanian
ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan
pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka
konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003).
Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari
keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang
tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam
penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja
langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis
kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada
upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1995).
Soekartawi (2003), Umur tenaga kerja di pedesaan juga
sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia
dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan
tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu
distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria
(HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin
lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula
sebaliknya.
Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi.
Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi.
4. Manajemen
Manajemen terdiri
dari merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu
proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga
kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola
orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi
(Soekartawi, 2003).
Faktor
manajemen dipengaruhi oleh:
1.
Tingkat
pendidikan
2.
Pengalaman
berusahatani
3.
Skala
usaha.
4.
Besar
kecilnya kredit
5.
Macam
komoditas.
Menurut Entang dalam Tahir Marzuki
(2005), perencanaan usahatani akan menolong keluarga tani di pedesaan.
Diantaranya :
1.
Mendidik para petani agar mampu berpikir dalam
menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya.
2.
Mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau
suatu keputusan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan
yang ada.
3.
Membantu petani dalam memperincikan secara jelas
kebutuhan sarana produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan
obat-obatan.
4.
Membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan
dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara pengembaliannya.
5.
Membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan
yang diharapkan.
Soekartawi (2005), perencanaan
input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input
dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau
spesifikasinya. Setelah itu maka disusun rencana dan sistem pengadaannya
dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem
pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli.
Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input
dan sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian
efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut terutama menyangkut
bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang akan digunakan dalam
proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan
efisien.
Pencapaian
efektivitas dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan
input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah
maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak, pencapaian efisiensi dalam
pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada
optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan
output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani pengorganisasian
input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas
alokasi sumber-sumber produksi (Soekartawi, 2005).
Pengawasan dalam
usaha produksi pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses, masukan, jadwal
kerja yang merupakan upaya untuk memperoleh hasil maksimal dari usaha produksi.
Sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan sampai akhir
usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana
yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan pengendalian (Soekartawi,
2005).
Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan
terhadap penggunaan faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan
persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya
suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha
pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang
mengarah pada segi efisiensi akan berkurang disebabkan lemahnya pengawasan
terhadap penggunaan faktor produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan terbatasnya
persediaan modal untuk pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut.
Sebaliknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor
produksi semakin baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga
usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang
terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi,
1999).
Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian dalam usaha
produksi pertanian berfungsi untuk menjamin agar proses produksi berjalan pada
rel yang telah direncanakan. Dalam usahatani misalnya pengendalian dapat
dilakukan pada masalah kelebihan penggunaan tenaga manusia, penggunaan air,
kelebihan biaya pada suatu tahap proses produksi dan lain-lain. Faktor produksi
tersebut berpengaruh pada biaya produksi sedangkan keduanya akan mempengaruhi
penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani akan terkait dengan jumlah produk
yang dihasilkan dengan harga komoditas. Salah satu yang menentukan komoditas
adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan faktor produksi yang
sering mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang
diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas lahan,
tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha dan juga intensitas pengusahaan
tanaman (Hernanto, 1991).
Pengaruh
penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif sebagai
berikut :
1.
Decreasing
return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi melebihi
proporsi pertambahan produksi yang lebih kecil
2.
Constant
return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional
dengan penambahan produksi yang diperoleh
3.
Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari
penambahan faktor produksi akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih
besar (Soekartawi, 2000).
Menurut Soekartawi (1999), bahwa dalam melakukan usaha
pertanian seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan
“Profit Maximization dan Cost Minimization”. Profit maximization adalah
mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal,
sedangkan cost minimization adalah menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kedua pendekatan tersebut
merupakan hubungan antara input dan output produksi yang tidak lain adalah
fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang diinginkan dapat ditempuh
dengan menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
Begitu
pula halnya dengan input yang digunakan dalam usahatani jagung penambahan input
produksi jagung akan memberikan tambahan output usahatani jagung. Akan
tetapi penambahan input tersebut tidak selamanya memberikan tambahan produk.
Ada saat dimana penambahan input produksi jagung akan menurunkan produksi
jagung yang dihasilkan. Untuk itu alokasi sumberdaya yang tepat sangat penting
dalam mencapai keberhasilan usahatani jagung.
C. Produksi
Dan Pendapatan
Pendapatan merupakan nilai produksi dari usahatani yang
dinyatakan dengan rupiah yang mana total produksi dikalikan dengan harga jual.
Produksi merupakan hasil (out put) suatu usaha yang dihasilkan seluruhnya
sebelum dikeluarkan biaya-biaya yang menyebabkan terjadinya produksi. Sedang
pendapatan merupakan nilai produksi yang dikurangi dengan biaya produksi yang
dikeluarkan. Untuk mengetahui pendapatan (profit) maka digunakan rumus sebagai
berikut :
P = NP – BP
Dimana :
P = Pendapatan
NP = Nilai Produksi
BP = Biaya Produksi
Dalam usahatani
jagung penentuan penghasilan suatu petani dalam mengelola suatu proses produksi
perlu diperhitungkan untuk menganalisa sejauhmana keberhasilan petani dalam
melakukan suatu unit produksi disamping itu untuk mengetahui faktor-faktor yang
dikurangi dalam suatu proses produksi juga faktor-faktor mana yang harus ditingkatkan.
D. Analisa Fungsi Produksi (Cobb Douglas)
Kegiatan usahatani bertujuan untuk
mencapai produksi dibidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang
yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan
biaya yang telah dikeluarkan.
Dalam
suatu kegiatan agribisnis mungkin saja digunakan lebih dari satu kombinasi
input untuk memproduksi suatu unit output. Perlakuan ini disebut dengan
aktivitas, proses ataupun metode produksi. Fungsi produksi untuk suatu barang
ialah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah maksimum
barang tersebut yang dapat diproduksi (Hassan Su’ud. M dan Hasan. S.F, 2006)
Konsep
dasar di dalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi produksi itu
sendiri. Karena melalui fungsi produksi itu dapat dilihat secara nyata bentuk
hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh
sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari hasil itu
sendiri (Hernanto. F, 1988).
Fungsi produksi adalah hubungan fisik
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya
berupa input.
1. Rumus
Cobb-Douglas
Untuk menganalisa sejauh mana faktor-faktor
produksi berpengaruhi terhadap tingkat pendapatan usahatani, maka dianalisa
menggunakan model atau persamaan analisis Cobb-Douglas dengan rumus secara umum
: (Sudjana, 2002)
Dengan persamaan fungsi : Y = f (X1,
X2, X3,
….. X4)
Diuraikan kebentuk persamaan matematika adalah :
Y = β0 X1β1 X2
β2 X3 β3 ….. X4 β4
ε
Persamaan di atas merupakan persamaan
yang digunakan untuk menduga data populasi, sedangkan untuk menduga data sampel
maka rumus di atas menjadi :
Y = b0
X1b1 X2 b2 X3
b3 ….. Xn bn e
Rumus di atas ditransformasikan kebentuk
logaritma, untuk membentuk persamaan normal sehingga :
Log
Y = log b0 + b1 log X1 + b2
log X2 + b3 log X3 +.. + bn
log Xn + e
Dimana :
:
Variabel yang diduga/ dijelaskan untuk
populasi
: Variabel yang diduga/ dijelaskan untuk sampel
: Konstanta yang akan ditentukan untuk populasi
: Konstanta yang akan ditentukan untuk sampel
ε,
e : Galat (tingkat kesalahan)
X1, X2, X3 : Variabel
penduga
2.
Uji F (Uji Ragam)
Untuk mengetahui keragamanan data sampel
dan Variabel-vaeiabel yang mempengaruhi biaya produksi maka digunakan rumus Uji F (Uji Ragam) sebagai berikut : (Sudjana,
1996)
Dimana
:
R =
Koefesien korelasi
K =
Jumlah variebel independent (bebas)
n =
Ukuran populasi
Dengan
rumusan hipotesa :
H0 =
d1
= d2
= d3
= 0
H1 =
d1
≠ d2 ≠ d3 ≠ 0
Dengan
kriteria keputusan :
Jika fhitung > FTabel
maka tolak H0
Jika
fhitung ≤ FTabel
maka Terima H0
3.
Uji t Duncan (Uji t)
Untuk mengetahui pengaruh dari
masing-masing faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan maka
digunakan rumus Uji t (t Duncan),
dengan formulasi sebagai berikut : (J. Supranto, 2001)
Dengan rumusan hipotesis :
H0 : β1 = 0
H1 : β1 ≠
0
Dengan
kriteria keputusan :
Jika thitung > ttabel
maka tolak H0
Jika thitung ≤ ttabel maka terima H0
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Letak Luas Dan Batas Daerah
Secara geografis wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah terletak 4.38 0LU dan 96, 51 0BT luas wilayah Kecamatan
Bebesen Kabupaten Aceh Tengah 5.094 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
- Utara
berbatasan dengan Kecamatan Kute Panang dan Kecamatan Kebayakan.
- Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pegasing dan Kecamatan Lut Tawar.
- Timur
berbatasan dengan Kecamatan Kebayakan dan Kecamatan Lut Tawar.
- Barat berbatasan
dengan Kecamatan Kute Panang dan Kecamatan Silih Nara.
B. Topografi, Iklim dan Keadaan Tanah
Topografi wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah
sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan terdiri dari serangkaian bukit-bukit
dengan kemiringan berkisar antara 0 – 40 % hal ini dapat dimengerti karena wilayah
Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah terletak disebelah timur sampai utara dari
gunung burni bius, pepanyi yang mempunyai ketinggian 1.000 – 2215 meter dari
permukaan laut.
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang memegang peranan
penting yang berlangsung mempengaruhi kehidupan. Iklim dan kelembapan sangat mendukung
pada lahan pertanian di Kecamatan Bebesen, kelembapan berkisar 80% – 95 %
dengan rata-rata curah hujan 300 mm sampai 400 mm/bulan atau 1.100 mm/tahun.
Hal-hal yang penting dari iklim dan mempengaruhi tanaman antara lain, curah
hujan temperatur, kelembapan dan angin.
Curah hujan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah bervariasi,
curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan September dalam setiap tahun.
C. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Keadaan
penduduk Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari jenis kelamin laki-laki
dan perempuan, jenis kelamin laki-laki berjumlah 9.405 jiwa (49,30%) sementara jenis
kelamin perempuan adalah sebanyak 15.306 jiwa (50,70%). Jumlah penduduk
berdasarkan usia adalah sebagai berikut 0 – 15 tahun berjumlah 9.830 jiwa (37,5%),
usia 16 – 56 tahun adalah 13.441 jiwa (56,60%), dan diatas 57 tahun berjumlah 1.440 jiwa (5,90%) .
Jumlah
penduduk Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah adalah 24.711, jiwa dengan 24.682
KK dan terdiri dari 1 Kelurahan dan 26 Kampung.
D. Karakteristik
Petani
Karakteristik petani merupakan keadaan atau gambaran umum
petani yang ada di daerah penelitian, yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman
berpetani dan tanggungan petani. Karakteristik dan faktor fisik lainnya berpengaruh
terhadap kemampuan kerja petani dalam meningkatkan produksi. Karakteristik petani
juga mencerminkan kemampuan dalam berpikir dan kecepatan dalam mengambil kebijaksanaan
sehubungan dengan kegiatan usaha taninya seperti usaha penerapan teknologi baru
yang akan diterapkan petani.
Faktor umur sangat erat kaitannya dengan kemampuan kerja,
petani yang umurnya lebih muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih
kuat dalam menjalankan usahataninya sehingga kemampuan kerja mempengaruhi oleh
umur. Pada umumnya petani yang berumur lebih muda lebih bersemangat dalam berusahatani
dibandingkan petani yang umurnya lebih tua. Petani yang muda sering ingin
membuat perubahan-perubahan dalam usahataninya untuk meningkatkan produksi dan
pendapatannya.
Produktivitas kerja sering dikaitkan dengan usia, namun
ada kalanya usia yang tinggi juga mampu meningkatkan produktivitas kerja dan
semangat kerja yang tinggi. Ini dibuktikan di daerah penelitian, rata-rata umur
petani 53 tahun bahkan ada petani yang umurnya diatas 53 tahun. Walaupun usia
ini telah mendekati usia senja namun para petani di daerah penelitian masih
mampu menjalankan usahataninya dan tetap berusha untuk memperoleh produksi yang
maksimal.
Peranan pendidikan sangatlah penting dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan landasan untuk mengembangkan diri, termasuk
mengembangkan kemampuan dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada
secara maksimal. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana penunjang dalam
usaha meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian terutama dalam
penerapan teknologi tepat guna dibidang pertanian.
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas
kerja yang dapat memberikan konstribusi terhadap kompentensi yang dibutuhkan. Dalam
sistem ekonomi pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk memperoleh
informasi dan perkembangan-perkembangan yang ada pada suatu bidang usahatani.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
efesien dalam belajar, juga semakin banyak mengikuti dan mengetahui cara-cara
berusahatani yang lebih produktif, karena melalui pendidikan petani dapat
memperoleh informasi yang dapat membantu dalam meningkatkan produktifitas usahataninya.
Kebanyakan petani jagung yang ada didaerah penelitian hanya berpendidikan 6 – 9
Tahun yaitu tingkat pendidikan setara dengan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), hanya sebagian kecil dari petani yang ada di daerah
tersebut memiliki tingkat pendidikan diatas 9 tahun. Ini menunjukan bahwa tingkat
pendidikan petani masih tergolong rendah, umumnya petani jagung di daerah penelitian
hanya menamatkan Sekoah Dasar atau yang setingkat dengannya. Pada daerah
penelitian masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memilih usaha dibidang lain yang sesuai dengan kemauannya seperti berwiraswasta
atau berdagang, pegawai negeri dan sebagainya.
Begitu pula dengan pengalaman dalam menjalankan usahatani
sangat menentukan hasil produksi yang akan diperoleh, dimana semakin lama
pengalaman petani tentu banyak mengetahui cara-cara berusahatani yang lebih
baik dan benar terutama dalam usahatani jagung. Pengalaman berusahatani juga akan
mempengaruhi aktivitas petani dalam melaksanakan usahataninya. Semakin lama
seseorang bergerak dalam suatu bidang usaha maka akan lebih memahami bidangnya dan
akan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, sehingga akan
mempengaruhi pada peningkatan usahatani.
Besar kecilnya jumlah keluarga dan jumlah tanggungan akan
mengakibatkan tingkat keuntungan yang berfluktuasi. Jika besarnya jumlah
tanggungan dalam keluarga dapat membantu usahatani atau sektor lain, tentu
pendapatan rumah tangga petani akan meningkat. Sebaliknya jika tanggungan
keluarga tidak berkaitan terhadap peningkatan keuntungan keluarga atau
pendapatan yang diterima hanya ditanggung oleh petani sebagai kepala keluarga
tentu mengakibatkan tingkat konsumsi keluarga meningkat dan pada gilirannya
akan berpengaruh terhadap pendapatan.
Tabel 2. Rata-rata
karakteristik petani sampel usahatani tanaman jagung di daerah penelitian
No
|
U r a i
a n
|
Satuan
|
Jumlah
|
1.
|
Luas lahan
|
Ha
|
0,33
|
2.
|
Umur
|
Tahun
|
57
|
3.
|
Tingkat
pendidikan
|
Tahun
|
7
|
4.
|
Lama bertani
|
Tahun
|
24
|
5.
|
Jumlah
tanggungan
|
Orang
|
3
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat karakteristik petani
sampel di daerah penelitian dengan luas lahan rata-rata 0,33 Ha, dengan umur
rata-rata 57 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun, dengan pengalaman bertani
selama 24 tahun dan jumlah tanggungan rata-rata 3 orang.
E. Faktor
Produksi Luas Lahan
Luas
lahan merupakan luas areal yang diusahakan petani sebagai tempat bercocok tanam,
khususnya jagung. Luas lahan garapan merupakan faktor penting dalam usaha
meningkatkan produksi yang akan mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang
akan diterima oleh petani.
Penggunaan luas lahan garapan merupakan di daerah
penelitian bervariasi, dari keseluruhan petani sampel yang ada, 37 sampel
memiliki luas lahan garapan antara 0.250 ha – 0.560 Ha, ini merupakan jumlah
terbesar dari petani sampel yang ada di daerah penelitian. Rata-rata luas lahan
petani sampel yang ada di daerah penelitian adalah 0.331 Ha. Luas lahan tertinggi adalah
0.560 Ha dan terendah adalah 0.250 Ha.
Tabel 3 : Penggunaan Luas Lahan
Garapan Petani Usahatani Jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah,
Tahun 2010
|
||||
|
|
|
|
|
No
|
Luas Lahan Garapan (Ha)
|
Jlh Sampel ( KK)
|
Persentase (%)
|
|
1
|
0,250
|
27
|
72,97
|
|
2
|
0,500
|
5
|
13,51
|
|
3
|
0,560
|
5
|
13,51
|
|
|
Jumlah
|
37
|
100,00
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Data Primer diolah 2011
|
|
Tabel
di atas menunjukkan luas lahan garapan 0,250 ha dengan jumlah sampel 27 dan
persentase 72,97%, luas lahan garapan 0,500 ha dengan jumlah sampel 5 dan
persentase 13,51, luas lahan garapan 0,560 ha dengan jumlah sampel 5 dan
persentase 13,51. Jumlah keseluruhan sampel daerah penelitian sebanyak 37
sampel dengan persentase 100%.
F. Faktor
Produksi Tenaga Kerja
Untuk
memperoleh hasil yang maksimal selain menanam jenis yang tepat juga harus
diperhatikan mulai dari masalah bibit dan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan, pemberantasan hama
penyakit dan panen harus diterapkan secara benar.
Tenaga kerja adalah satu faktor produksi yang sangat
penting dalam suatu usahatani. Tenaga kerja harus diperhitungkan dalam proses
produksi yaitu dalam jumlah efisien dan bukan hanya dilihat dari segi
tersedianya tenaga kerja tapi kualitas tenaga kerja tersebut. Pengertian tenaga
kerja dalam penelitian adalah curahan tenaga kerja yang dimanfaatkan dalam
usahatani jagung. Tenaga kerja yang dimaksud yaitu tenaga kerja yang berasal
dari dalam keluarga dan dari luar keluarga baik tenaga kerja pria maupun tenaga
kerja wanita. Penggunaan tenaga kerja yang diperhitungkan dalam penelitian adalah
upah dan massa pengolahan, persemaian benih, pencabutan bibit, penanaman,
pemeliharaan, panen, perontokan dan pengangkutan.
Di daerah penelitian, dalam melaksanakan usaha tani
jagung peranan tenaga kerja wanita lebih besar, hampir semua pekerjaan
dilakukan oleh tenaga kerja wanita kecuali untuk pengolahan tanah dan persiapan
lahan serta perontokan dan pengangkutan dilakukan oleh tenaga kerja pria.
Dari tabel di bawah terlihat pencurahan tenaga kerja dengan
jumlah rata-rata 108,75 HKP dan jumlah biaya yang dikeluarkan rata-rata Rp. 5.437.623,-.
Persiapan lahan terlihat lebih besar dari pencurahan tanaga yang lain yaitu
20,4 HKP dengan biaya Rp.
1.020.000,-./ha/musim tanam
Tabel 4. Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di
Daerah Penelitian.
No
|
Uraian
|
HKP
|
Keterangan (Rp)
|
1.
|
Persiapan lahan
|
20,4
|
1.020.000
|
2.
|
Penanaman benih
|
11,19
|
559.500
|
3.
|
Penyiraman dan
penyemprotan
|
11,98
|
599.000
|
4.
|
Penyiangan dan
pemupukan
|
19,63
|
981.500
|
5.
|
Panen
|
13,26
|
663.000
|
6.
|
Pemipilan biji
|
15
|
750.000
|
7.
|
Penjemuran
|
17,3
|
865.000
|
Jumlah
|
108,75
|
5.437.623
|
Sumber : Data primer
diolah Tahun 2011
G. Biaya
Produksi
- Biaya Tetap
Biaya tetap yaitu
biaya yang dikeluarkan walaupun tanaman tidak berproduksi. Biaya tetap dalam
penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi,
seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Biaya Tetap Usahatani
Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2010.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Biaya Sewa
Lahan
|
2.000.000
|
|
2.
|
Biaya
Penyusutan Alat
|
341.211
|
|
3.
|
Biaya Total
|
2.341.211
|
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di
atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan Rp. 2.000.000,- dan biaya
penyusutan alat Rp. 341.211,- dengan total biaya tetap Rp. 2.341.211,-/ha/musim
tanam yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah
- Biaya Variabel
Biaya variabel yaitu
biaya yang habis pakai dalam satu kali produksi. Yang termasuk dalam biaya ini
adalah biaya sarana produksi terdiri dari pembelian benih, pupuk dan Insektisida.
Berdasarakan hali penelitian dan pembahasan biaya variabel pada usahatani jagung
di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 6. Biaya Variabel Usahatani Jagung/Ha/Musim
Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2010.
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
Keterangan
|
1.
|
Biaya Sarana
Produksi
|
2.744.500
|
|
2.
|
Biaya Tenaga
Kerja
|
5.437.623
|
|
|
Jumlah
|
8.182.123
|
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di
atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya variabel pada usahatani jagung
di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, dengan rata-rata biaya variabel
yang dikeluarkan Rp. 8.182.123,-/ ha/musim tanam.
Biaya produksi adalah biaya korbanan yang dikeluarkan
petani untuk menghasilkan produk suatu usahatani. Biaya produksi yang
diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
petani baik secara tunai maupun tidak tunai mulai dari persiapan lahan sampai
dengan panen. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya tetap, biaya variabel, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7. Rata-Rata
Penggunaan Biaya Produksi Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah
Penelitian.
No
|
Biaya
Produksi
|
Keterangan
|
|
1.
|
Biaya tetap
|
Rp.
|
2.341.211
|
2.
|
Biaya variabel
|
Rp.
|
8.182.123,-
|
Jumlah
|
Rp.
|
10.523.333,-
|
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat biaya tetap sebesar Rp. 2.341.211 dan biaya variabel sebesar Rp.
8.182.123 dengan jumlah total keseluruhan biaya Rp. 10.523.333/ha/musim tanam.
H. Produksi
dan Nilai Produksi
Produksi yang diperoleh petani merupakan penerimaan kotor
yang diterima dalam bentuk fisik dari hasil usahatani. Produksi juga merupakan
faktor yang menentukan penerimaan kotor yang diperoleh petani selama proses produksi
berlangsung. Hasil produksi merupakan balas jasa akibat dari penggunaan dan
pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam usahatani. Tingkat kombinasi antara faktor
produksi yang tepat juga berpengaruh terhadap produksi jagung. Besar kecilnya
hasil produksi pada suatu hasil usahatani tergantung pada baik tidaknya pengelolaan
usahatani dan juga dipengaruhi oleh iklim.
Nilai produksi adalah penerimaa kotor yang diterima dari
rata-rata produksi permusim tanam dikalikan dengan rata-rata harga jual yang
berlaku. Besar kecilnya nilai produksi yang diperoleh petani sangat dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya jumlah dan tingkat harga, bila harga menguntungkan akan
mencerminkan besarnya keuntungan yang diperoleh petani.
Tabel 8. Rata-Rata Produksi Dan
Nilai Produksi Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.
No
|
U r a i a n
|
Keterangan
|
1.
|
Produksi
|
6.399 Kg
|
2.
|
Harga jual
|
Rp. 4.000 ,-
|
3.
|
Nilai produksi
|
Rp. 25.594.771,-
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011
Dilihat
dari tabel di atas menunjukkan jumlah rata-rata produksi di daerah penelitian
sejumlah 6.399 Kg, dengan rata-rata harga jual Rp. 4.000,- didapat jumlah rata-rata
nilai produksi sebesar Rp.
25.594.771,-/Ha/musim tanam.
I. Pendapatan
Usahatani Jagung
Pendapatan
usahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah total jumlah produksi dikalikan
dengan harga yang berlaku dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan
petani selama proses produksi berlangsung baik yang dibayar tunai maupun tidak dibayar
tunai selama proses produksi. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh
petani sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi yang diperoleh
disamping itu ditentukan juga oleh tingkat harga yang berlaku dipasaran.
Dilihat
dari besarnya keuntungan yang diterima petani, sebenarnya petani tidak
memperoleh keuntungan apabila dilihat dari pengeluaran dan kebutuhan rumah
tangga petani sehari-hari. Walaupun demikian petani khususnya petani jagung
enggan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai petani atau beralih pada
komoditi lain. Bagi petani pekerjaan tersebut sudah merupakan tradisi turun
temurun, bahkan seperti menjadi suatu kewajiban dan suatu tuntutan meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tanaman
Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.
No
|
U r a i a n
|
Keterangan
|
|
1.
|
Nilai
produksi
|
Rp.
|
25.594.771,-
|
2.
|
Biaya
produksi
|
Rp.
|
10.523.333,-
|
3.
|
Pendapatan
|
Rp.
|
15.071.438,-
|
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah nilai produksi di daerah penelitian sebesar Rp. 25.594.771,- dengan
biaya produksi Rp. 10.523.333,-, maka akan diperoleh pendapatan rata-rata
sejumlah Rp. 15.071.438,- /Ha/musim tanam.
J. Analisis Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung
Faktor-faktor
produksi yang mempengaruhi usahatani jagung, baik luas lahan maupun biaya
produksi berpengaruh terhadap pendapatan. Penggunaan faktor produksi luas lahan
dan biaya produksi sangat tergantung kepada sistim pengelolaan dan manajemen
faktor-faktor produksi. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan manajemen
faktor-faktor produksi yang baik akan mempengaruhi tingkat pendapatan
usahatani.
Besarnya
rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil penelitian usahatani jagung pada
daerah penelitian sebesar Rp 6,69 Juta dari 37 jumlah responden/pelaku
usahatani jagung yang diamati, hal menunjukkan bahwa rata-rata besarnya
pendapatan yang diperoleh responden/pelaku usahatani jagung per musim tanam per
Ha. Sedangkan besarnya simpangan pendapatan yang diperoleh dari 37
responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 0,084 juta. Hal ini menunjukkan
bahwa besarnya simpangan pendapatan yang terjadi antara pelaku usahatani jagung
yang satu dengan pelaku usahatani jagung yang lain dari 37 responden/pelaku
usahatani jagung di daerah penelitian. Dengan demikian bila memperhatikan
besarnya simpangan pendapatan sebesar Rp 0,084 Juta per responden artinya bahwa
tidak terjadi penyimpangan besarnya pendapatan yang berarti antara petani yang
satu dengan petani yang lain. Dalam hal ini penggunaan faktor produksi luas
lahan dan biaya produksi dari 37 responden, antara responden yang satu dengan
responden yang lain tidak terjadi perbedaan baik dari segi luas lahan yang
digunakan dan biaya produksi selama proses produksi usahatani jagung.
Rata-rata
biaya sewa lahan yang digunakan dalam usahatani jagung di daerah penelitian
sebesar Rp 5,79 ribu per musim tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
biaya sewa luas lahan yang di investasikan oleh responden/pelaku usahatani
jagung sebesar Rp 5,79 ribu per musim tanam per Ha. Sedangkan besarnya
simpangan biaya sewa lahan yang diperoleh dari daerah penelitian dari 37
responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 0,148 Ribu, artinya bahwa tidak
besar penyimpangan biaya sewa lahan yang terjadi dari 37 responden tersebut,
besarnya simpangan ini menunjukkan bahwa penggunaan sewa lahan antara satu
responden dengan responden yang lain yang diperoleh dari 37 responden/pelaku
usahatani tersebut.
Rata-rata
biaya produksi yang digunakan dalam usahatani jagung di daerah penelitian
sebesar Rp 6,52 ribu per musim tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
biaya produksi yang di investasikan oleh responden/pelaku usahatani jagung
sebesar Rp 6,52 ribu per musim tanam per Ha. Sedangkan besarnya simpangan biaya
produksi yang diperoleh dari daerah penelitian dari 37 responden/pelaku
usahatani jagung sebesar Rp 0,145 Ribu, artinya bahwa tidak besar penyimpangan
biaya produksi yang terjadi dari 37 responden tersebut, besarnya simpangan ini
menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi antara satu responden dengan
responden yang lain yang diperoleh dari 37 responden/pelaku usahatani tersebut.
Besarnya
pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap produksi jagung dianalisis
dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam
persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 10 : Hasil analisis regresi penggunaan luas lahan
dan biaya produksi pada usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh
Tengah
No
|
Variabel
|
Koefisien Regresi
|
Standard error
|
thitung
|
1
|
X1
Luas Lahan
|
0,885
|
0,214
|
5,091
|
2
|
X2
Biaya Produksi
|
-0,355
|
0,161
|
-1,753
|
Constanta
|
3,873
|
|
|
|
Fhitung
|
204,331
|
|
|
|
Ftabel
|
3,28
|
|
|
|
Multiple R (R)
|
0,961
|
|
|
|
R-Square (R2)
|
0,923
|
|
|
|
Standard Error
|
0,024
|
|
|
|
ttabel
|
2,042
|
|
|
Sumber : Data
primer diolah Tahun 2011
Dari tabel diatas bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,961 menunjukkan hubungan yang sangat kuat artinya faktor produksi
luas lahan dan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
usahatani jagung. Hal ini menunjukkan bahwa bila faktor produksi biaya sewa
lahan dan faktor produksi biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani jagung. Bila biaya sewa lahan yang dikeluarkan menjadi
pertimbangan dalam mengelola usahatani jagung ini berarti pelaku usahatani
jagung akan berusaha semaksimal mungkin pengelolaan lahannya dengan harapan
akan mendapatkan produksi yang maksimal. Demikian juga sebaliknya bila faktor
produksi biaya produksi dikelola dengan baik sesuai dengan ketentuan dan
pertimbangan-pertimbangan dalam usahatani jagung pasti akan mendapatkan
produksi yang maksimal. Artinya bahwa biaya produksi dikelola seefisien
mungkin, biaya produksi diinvestasikan seminimal mungkin dengan harapan mendapatkan
hasil produksi yang maksimal. Dengan demikian faktor produksi biaya sewa lahan
dan faktor produksi biaya produksi dikelola dengan baik akan berpengaruh
signifikan dalam peningkatan produksi usahatani jagung sehingga
responden/pelaku usahatani akan mendapatkan pendapatan yang maksimal dengan
biaya produksi yang diinvestasikan minimal. Koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,923 atau sebesar 92,3% adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor
produksi biaya sewa lahan dan biaya produksi terhadap pendapatan usahatani
jagung, atau besarnya pengaruh faktor-faktor produksi biaya sewa lahan dan
biaya produksi terhadap pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian.
Sedangkan 7,7 % adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain
(misalkan modal, tenaga kerja, faktor alam, iklim dan lain-lain) yang tidak
diketahui atau tidak diproses dalam penelitian ini.
Jika diperhatikan dari tabel analisis ragam, tabel anova
(lampiran 8), diperoleh nilai Fhitung = 204,331, dan Ftabel
dengan nilai α = 5%
atau 0,05 (2;34) adalah 3,28. Karena Fhitung > Ftabel
atau dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf
signifikan (0,000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi linier fungsi produksi Log Ŷ = log b0 + b1
log X1 + b2 log X2 yang diajukan dapat
diterima. Artinya pengaruh faktor luas lahan dan faktor biaya produksi terhadap
tingkat pendapatan usahatni jagung adalah berpengaruh secara linier. Sehingga
model persamaan regresi fungsi produksi dapat digunakan untuk menduga atau
memprediksi tingkat pendapatan usahatani jagung untuk periode-periode atau
tahun-tahun yang akan datang.
Berdasarkan
hasil analisis regresi fungsi produksi (regresi Cobb-Douglas) diketahui bahwa
koefisien regresi biaya sewa lahan 0,885, koefisien regresi biaya produksi -0,355
dan konstanta 3,873 (nilai persamaan regresi yang diperoleh jika faktor luas
lahan dan biaya produksi dianggap konstan). Dengan menggunakan fungsi produksi
Cobb Douglas nilai konstanta dikembalikan
kedalam bentuk logaritma sehingga 3,873 menjadi 7464,49. Sehingga
berdasarkan nilai koefisien regresi fungsi produksi dapat diperoleh persamaan
regresi Ŷ = 7464,49 X10,885 X2
-0,355. Bila biaya sewa lahan yang diinvestasikan rata-rata sebesar Rp 1,
dan biaya produksi rata-rata sebesar Rp 1, maka tingkat pendapatan usahatani
jagung rata-rata sebesar Rp 7464,49
Untuk menguji signifikan atau tidak
signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi
luas lahan dan faktor produksi biaya produksi dalam model persamaan yang
terbentuk, maka diuji dengan menggunakan uji t, dimana nilai thitung
masing-masing faktor produksi yaitu faktor produksi biaya sewa lahan dengan thitung
= 4,436 dan faktor produksi biaya produksi dengan thitung = -1,731, dan
ttabel = 2,042.
Dimana faktor produksi biaya sewa lahan thitung
> tTabel atau 4,436 > 2,042. Berdasarkan
hipotesis penelitian bahwa biaya sewa lahan berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani jagung hal ini terbukti thiung lebih besar dari ttabel.
Artinya berdasarkan nilai koefisien regresi faktor biaya sewa lahan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian,
dengan demikian jika biaya sewa lahan diinvestasikan sesuai dengan kebutuhan
usahatani akan meningkatkan produksi usahatani jagung, dalam hal ini pendapatan
usahatani jagung akan meningkat.
Berdasarkan hipotesis penelitian diduga bahwa biaya produksi
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung (dalam penelitian biaya
produksi dianggap berpengaruh meningkatkan pendapatan). Namun berdasarkan hasil
analisis hal ini tidak terbukti, karena thitung < tTabel
atau -1,753 < 2,042, hasil ini menunjukkan bahwa pengelolaan biaya produksi
tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam usahatani jagung di daerah
penelitian. Sehingga biaya produksi berpengaruh negatif terhadap pendapatan,
bila biaya produksi diinvestasikan tidak sesuai dengan ketentuan pengelolaan
ushatani jagung akan menurunkan tingkat pendapatan. Koefisien regresi faktor
biaya produksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung
artinya bila biaya produksi ditambah akan mengakibatkan penurunan pendapatan
usahatani jagung pada daerah penelitian.
Dengan berdasarkan pada uji t tersebut terbukti bahwa
penggunaan faktor produksi biaya sewa lahan berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani jagung dan faktor produksi biaya produksi memiliki pengaruh
negatif terhadap pendapatan usahatani jagung.
Dengan demikian persamaan regresi fungsi produksi yang
diperoleh adalah persamaan fungsi Ŷ = 7464,49 X10,885
X2 -0,355. Hasil perhitungan diatas menunjukkan
bahwa setiap penggunaan biaya sewa lahan (X1) rata-rata sebesar Rp 5,79
dan penggunaan biaya produksi (X2) sebesar Rp 6,52 akan peroleh pendapatan
rata-rata sebesar Rp 18,006.58.
Dengan melihat kembali pada teori-teori produksi
khususnya teori fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui tingkat
elastisitas masing-masing faktor produksi, apakah sudah memenuhi efisien atau
belum efisien. Tingkat elastisitas faktor produksi ditunjukkan dari nilai
pangkat pada masing-masing faktor produksi. Jumlah pangkat masing-masing faktor
produksi dapat digunakan untuk mengetahui bahwa usahatani jagung berada pada
Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan
proporsional atau sebanding dengan penambahan produksi yang diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dan pembahasan di atas maka disimpulkan sebagai berikut
1.
Berdasarkan uji F (Pengujian secara serempak) faktor
biaya sewa lahan dan faktor biaya produksi berpengaruh linier terhadap
pendapatan usahatani jagung.
2.
Faktor produksi biaya sewa lahan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung, artinya setiap biaya sewa
lahan yang diinvestasikan dan dikelola dengan baik dan efisien akan
meningkatkan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian.
3.
Faktor produksi biaya produksi tidak berpengaruh terhadap
pandapatan usahatani jagung, artinya biaya produksi yang diinvestasikan pada
usahatani jagung tidak dikelola dengan baik dan efisien akan menurunkan
pendapatan usahatani jagung.
4.
Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor
biaya sewa lahan berada pada Constant return to scale, akan proporsional atau
sebanding dengan penambahan produksi artinya bahwa biaya sewa lahan berpengaruh
linier terhadap pendapatan usahatani jagung secara linier di daerah penelitian.
2. Saran-Saran
- Untuk meningkatkan produksi jagung, perlu diperhatikan penggunaan sarana produksi yang sesuai. Dalam arti penggunaan yang efisien sehingga tujuan akhir dari proses produksi yaitu meningkatkan pendapatan dapat tercapai.
- Petani jagung kiranya terus meningkatkan penggunaan teknologi dan upaya penyuluhan yang intensif guna meningkatkan produksi jagung yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
3. Dalam
memperoleh hasil yang optimal, disarankan kepada petani usahatani jagung agar
menggunakan teknologi yang mampu dalam meningkatkan produksi jagung melalui
pemanfaatan biaya produksi sekecil mungkin.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dan pembahasan di atas maka disimpulkan sebagai berikut
1.
Berdasarkan uji F (Pengujian secara serempak) faktor
biaya sewa lahan dan faktor biaya produksi berpengaruh linier terhadap
pendapatan usahatani jagung.
2.
Faktor produksi biaya sewa lahan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung, artinya setiap biaya sewa
lahan yang diinvestasikan dan dikelola dengan baik dan efisien akan
meningkatkan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian.
3.
Faktor produksi biaya produksi tidak berpengaruh terhadap
pandapatan usahatani jagung, artinya biaya produksi yang diinvestasikan pada
usahatani jagung tidak dikelola dengan baik dan efisien akan menurunkan
pendapatan usahatani jagung.
4.
Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor
biaya sewa lahan berada pada Constant return to scale, akan proporsional atau
sebanding dengan penambahan produksi artinya bahwa biaya sewa lahan berpengaruh
linier terhadap pendapatan usahatani jagung secara linier di daerah penelitian.
2. Saran-Saran
- Untuk meningkatkan produksi jagung, perlu diperhatikan penggunaan sarana produksi yang sesuai. Dalam arti penggunaan yang efisien sehingga tujuan akhir dari proses produksi yaitu meningkatkan pendapatan dapat tercapai.
- Petani jagung kiranya terus meningkatkan penggunaan teknologi dan upaya penyuluhan yang intensif guna meningkatkan produksi jagung yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
3. Dalam
memperoleh hasil yang optimal, disarankan kepada petani usahatani jagung agar
menggunakan teknologi yang mampu dalam meningkatkan produksi jagung melalui
pemanfaatan biaya produksi sekecil mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Entang dan Marzuki
. T (2005). Agribisnis;
Teori Dan Aplikasinya. Edisi ke III. Jakarta. Ghalia Indonesia
Downey, W. David dan Steven P. Erickson (1987). Manajemen Agribisnis. Terjemahan Rahidayat dan Alfonsus
Sirait, Edisi II. Jakarta. Erlangga.
Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok
Metodologi Penelitian Dan Apllikasinya. Cet I . Jakarta.
Ghalia Indonesia.
Hernanto (1991).
Perkembangan Pertanian Di Indonesia. Terjemahan Edhi Martono, Cet I.
Yogyakarta. UGM-Press.
Karta Sapoetra
(2001). Fungsi Produksi. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
Mangkuatmodjo, Soegyarto (2004). Statistik Lanjutan. Cet I. Jakarta.
Rineka Cipta.
Mangunwidjaja, Djumali dan Illah Sailah (2009). Pengantar Teknologi Pertanian. Cet III.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Mubyarto (1995).
Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian.
LP3ES. Jakarta.
Marsono dan
Sigit (2005). Pupuk dan Pemupukan
Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pinus (1994).
Pupuk dan Usahatani Tanaman Jagung. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi I.
Jakarta. Rajawali Pers
Rukmana (1997).
Tomat & Cherry, Seri Budidaya. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Sudjana (1991). Tanaman
Pangan dan Perkembangannya. Edisi ke Enam. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Serealia
(2002). Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Jurnal.
Jakarta.
Soekartawi (1995). Analisis
Usahatani. Cet I. Jakarta.
UI-Press.
_________ (2005). Agribisnis;
Teori Dan Aplikasinya. Cet VIII.
Jakarta. Rajawali Pers.
_________ dkk (2003). Ilmu
Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cet III. Jakarta.
UI-Press
Soekartawi
(2003). Teori Ekonomi Produksi. PT.
Raja Grafindo Persada Jakarta.
Suprapto (1992). Usahatani
dan Budidaya Tanaman Jagung.
Edisi ke Empat. Jakarta. Penerbit. Penebar Swadaya.
Suratiyah (2006).
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Jakarta. Penerbit Swadaya.
Su’ud, M. Hassan (2004). Sumber
Daya Alam Dalam Kancah Tindakan Ekonomi. Cet III. Banda Aceh. Yayasan Pena.
Su’ud, M. Hassan dan Sri Fitri Hassan (2007). Manajemen Agribisnis Dalam Perspektif
Pendekatan Sistem. Cet III. Banda Aceh.
Yayasan Pena.
Tim Penulis Penebar Swadaya (2008). Agribisnis Tanaman Perkebunan.
Edisi Revisi. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Tim Penyusun Kamus Penebar Swadaya (2003). Kamus Pertanian Umum. Cet III. Jakarta. Penebar Swadaya.
Wiratha, I Made (2005). Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta.
CV Andi Offset.
Zulkifli
(2005). Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Yokyakarta. Penerbit Kanisius.
Comments
Post a Comment