ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L) DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH S K R I P S I



ABSTRAK

Usahatani adalah suatu kegiatan usahatani dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin.

Berdasarkan analisis ragam diperoleh nilai Fhitung = 204,331, dan Ftabel = 3,28. Karena Fhitung > Ftabel artinya bahwa luas lahan dan biaya produksi mempunyai pengaruh linier terhadap pendapatan usahatani jagung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi linier fungsi produksi yang diduga dapat diterima. Artinya pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida adalah linier.

Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan koefisien regresi fungsi produksi yaitu luas lahan dengan thitung = 4,436 dan biaya produksi  dengan thitung = -1,732, dan ttabel = 2,042. Dimana biaya sewa lahan thitung > tTabel atau 4,436 > 2,042. Koefisien regresi biaya sewa lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida artinya jika biaya sewa lahan diinvestasikan sesuai dengan kebutuhan dalam usahatani jagung akan meningkatkan produksi usahatani jagung hibrida dalam hal ini pendapatan akan meningkat. Kemudian biaya produksi thitung < tTabel atau    -1,732 < 2,042, koefisien regresi biaya produksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida artinya bila biaya produksi yang diinvestasikan tidak mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan usahatani jagung akan mengakibatkan penurunan pendapatan usahatani jagung hibrida pada daerah penelitian. Dengan berdasarkan pada uji t tersebut terbukti bahwa penggunaan biaya sewa lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung tetapi biaya produksi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung hibrida

persamaan regresi fungsi produksi yang diperoleh adalah persamaan fungsi Ŷ = 7464,49 X10,885 X2 -0,355. Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa penggunaan biaya sewa lahan (X1­) rata-rata sebesar Rp 5,79 dan penggunaan biaya produksi (X2) sebesar Rp 6,52 akan peroleh pendapatan rata-rata sebesar Rp  18,006.58.


DAFTAR ISI
Abstrak
Kata Pengantar ..............................................................................                        i
Daftar Isi ..........................................................................................                      iii
Daftar Tabel     ................................................................................                       v
Daftar Lampiran .............................................................................                      vi

BAB I     PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah .........................................                       1
B.  Identifikasi Masalah .................................................                       7
C.  Tujuan Penelitian .....................................................                       7
D.  Kegunaan Penelitian ..............................................                       7
E.  Hipotesa .....................................................................                       8

BAB II    TINJAUAN PUSTAKA

A.  Usahatani Jagung ....................................................                       9
      1.   Taksonomi Jagung..............................................                       9
      2.   Budidaya Jagung................................................                       9
B.  Faktor-Faktor Produksi ............................................                     13
1.    Lahan pertanaman..............................................                     14
2.    Modal.....................................................................                     15
3.    Tenaga kerja.........................................................                     16
4.    Manajemen...........................................................                     18
C.  Produksi dan Pendapatan ......................................                     22
D.  Analisi Produksi Cobb Dauglas..............................                     23

BAB III   METODE PENELITIAN

A.  Tempat dan Waktu Penelitian ................................                     26
B.  Ruangr Lingkup Penelitian ....................................                     26
C.  Metode Pengumpulan Datal ..................................                     27
D.  Konsep Batasan Operasional ................................                     29
E.  Metode Analisa Data.................................................                     30

BAB IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Letak Luas dan Batas Daerah ................................                     32
B.  Tofografi Iklim dan Keadaan Tanah ......................                     32
C.  Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ......                     33
D.  Karakteristik Petani ..................................................                     34
E.  Faktor Produksi Luas Lahan ..................................                     37
F.   Faktor Produksi Tenaga Kerja ................................                     38
G.  Biaya Produksi ..........................................................                     40

1.    Biaya tetap............................................................                     40
2.    Biaya variabel.......................................................                     41
H.  Produksi dan Nilai Produksi....................................                     42
I .   Pendapatan Usahatani Jagung ............................                     43
J.   Analisis Penggunaan Luas Lahan dan Biaya Produksi
      pada Usahatani Jagung Hibrida ............................                     44           

BAB V   KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan ...............................................................                     52
B.  Saran-Saran ..............................................................                     53

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................                     54
Daftar Pertanyaan/questioner......................................................                        

 

BAB I  
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang Masalah

Jagung adalah komoditas pertanian yang penting di Indonesia, bahkan beberapa daerah menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Usahatani budidaya jagung tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kebutuhan jagung selalu meningkat dari tahun ketahun. Peningkatan kebutuhan jagung ini disebabkan karena semakin berkembangnya industri-industri berbahan baku jagung. Peranan komoditas jagung semakin penting dalam beberapa  tahun terakhir ini baik sebagai bahan baku industri makanan maupun sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung nasional untuk bahan baku pakan ternak terus meningkat. Produksi jagung Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga Indonesia harus mengimpor  jagung  untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Usaha-usaha  pemerintah untuk meningkatkan  produksi jagung di Indonesia terus dilakukan, baik melalui perbaikan budidaya maupun melalui kajian-kajian faktor sosial ekonomi masyarakat petani.
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan eksport  dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.
Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah melestarikan swasembada pangan, peningkatan ekspor non migas dan mengurangi pengeluaran devisa yang sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan  pertumbuhan ekonomi.  Oleh karena itu pengembangan wilayah pedesaan merupakan salah satu tujuan utama pembangunan pertanian maka sangat diharapkan perkembangan agribisnis daerah yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing daerah, berkelanjutan, berkeadilan dan demokrasi.
Salah satu komoditi tanaman pangan yang dapat mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian adalah komoditi jagung. Di Indonesia jagung merupakan komoditas pangan kedua setelah padi dan sumber kalori atau makanan pengganti beras disamping itu juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan peningkatan taraf hidup ekonomi masyarakat  dan kemajuan industri  pakan ternak sehingga perlu upaya peningkatan produksi melalui sumber daya manusia dan sumber daya alam, ketersediaan lahan maupun potensi hasil dan teknologi.
Jagung menjadi salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain untuk dikonsumsi untuk sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung biasa. Keunggulan tersebut  antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak.
Di Kabupaten Aceh Tengah  usahatani jagung tersebar diseluruh kecamatan, dengan luas lahan dan produksi yang berbeda-beda. Hal tersebut  dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.










Tabel  1.   Perkembangan luas panen dan produksi jagung menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2010.
No.
Kecamatan
Keterangan
Tahun
2007
2008
2009
2010
1
2
3
4
5
6
7
1
Kebayakan
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
26
24
40
96
35
34
4
236
40
38
6
200
6
5
3,2
30
2
Lut Tawar
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
31
30
40
120
13
13
4
52
27
27
6
150
7
6
3,2
28
3
Bebesen
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
44
42
40
168
124
98
4
392
120
90
5
180
4
3
3,2
50
4
Kute Panang
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
30
29
40
116
23
23
4
92
30
23
6
120
3
2
3,2
18
5
Silih Nara
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
93
93
42
391
121
121
4,2
508
132
121
6
250
14
8
3,2
26
6
Rusip Antara
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
5
5
40
20
15
13
4
52
18
16
6
60
22
19
3,2
61
7
Celala
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
52
52
42
218
46
20
4,2
84
40
20
8
87
9
6
3,2
19
8
Linge
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
60
57
40
228
30
25
4
100
20
25
46
50
3
3
3,2
20
9
Jagong
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
50
48
40
192
50
48
4
192
55
47
6
123
2
1
3,2
12
10
Atu Lintang
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
44
43
40
172
37
17
4
68
30
14
23
80
34
27
3,2
82
11
Pegasing
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
76
76
41
312
83
76
4,1
311
89
77
4,1
311
27
19
3,2
61
12
Bies
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
15
15
41
62
38
20
4,1
88
30
20
4,1
88
16
13
3,2
42
13
Bintang
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
43
43
40
176
53
55
4
212
53
55
4
212
23
23
3,2
74
14
Ketol
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
53
52
42
218
40
20
4,2
84
40
20
4,2
84
172
171
3,2
547
Kabupaten
Tanam (Ha)
Panen (Ha)
Produktivitas (Kw)
Produksi (Ton)
622
609
41
2.485
780
609
80
2.485
876
122
53
1.589
609
609
41
2.485
Sumber :   Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa daerah produksi jagung terbesar adalah Kecamatan Silih Nara, sedangkan daerah produksi jagung terkecil adalah Kecamatan Bintang. Sedangkan dari tingkat produktivitas rata-rata, kecamatan Bebesen adalah merupakan daerah yang produktifitasnya paling rendah dibandingkan dengan daerah-daerah produksi lainnya.
Dengan memperhatikan tabel diatas bahwa perkembangan usahatani jagung beberapa Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah cukup mendapat perhatian dari Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah. Dalam hal ini terutama memperhatikan perkembangan usahatani tanaman pangan terutama dalam hal ini adalah usahatni jagung. Permasalahan yang kini muncul adalah apakah petani jagung di Kabupaten Aceh Tengah tersebut telah mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya, dimana faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Luas lahan merupakan luas areal yang digunakan petani dalam melakukan budidaya, luas lahan biasanya mempengaruhi skala pendapatan petani dalam mengelola usahanya, jika luas lahan yang diusahakan lebih luas maka pendapatan akan lebih besar bila pengelolaan dilakukan secara baik dan benar.
Tenaga kerja merupakan curahan tenaga yang digunakan dalam berusahatani baik tenaga manusia, tenaga mesin pertanian ataupun tenaga hewan. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga yang terdiri dari tenaga pria, wanita dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP.
Biaya produksi adalah biaya korbanan yang dikeluarkan petani untuk menghasilkan produk suatu usahatani. Biaya produksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani baik secara tunai maupun tidak tunai mulai dari persiapan lahan sampai dengan panen. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya peralatan, biaya sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Bila petani ingin mendapatkan keuntungan yang lumayan, petani harus memperhitungkan biaya produksinya. Dari hasil penelitian di Kecamatan Bebesen, pada luas lahan 1 ha dengan mengeluarkan biaya produksi ± enam juta petani mendapatkan keuntungan ± sepuluh juta, ini sangat menguntungkan petani jagung untuk menanam jagung.
Berdasarkan dari masalah di atas, maka dalam usahatani yang baik, petani harus berani bertindak bijaksana, yaitu dengan memperhatikan pengunaan faktor-faktor produksi tersebut agar dapat menghasilkan produksi dan pendapatan yang seimbang. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat kombinasi dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dikeluarkan oleh petani jagung tersebut dan menghasilkan produksi dan pendapatan yang optimal.
Pendapatan merupakan tujuan akhir dari suatu usahatani, tujuan mengeluarkan biaya produksi tiada lain untuk memperoleh keuntungan. Pendapatan sebagai saluran penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain ataupun dari hasil sendiri yang dinilai dengan sejumlah uang ataupun jasa atas dasar harga yang berlaku.


A.   Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah terdapat pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”?



B.   Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung  hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

C.   Manfaat Penelitian
      Penelitian ini diharapkan dapat berguna :
1.    Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam pengembangan usahatani jagung yang berimplikasi terhadap pendapatan daerah serta menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Aceh Tengah.
2.    Sebagai bahan informasi tambahan untuk petani dan penulis dalam mengembangkan usahatani tanaman pangan dalam hal pendapatan bagi petani yang ikut dalam melakukan usahatni jagung.
      3.   Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyusunan skripsi yang menjadi syarat perguruan tinggi untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih.

D.   Hipotesa
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Diduga terdapat pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung hibrida di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.”


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.   Usahatani Jagung
1.    Taksonomi Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L, dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom              : Plantae
Divisi                    : Spermatophita
Subdivisi             : Angiospermae
Kelas                    : Monocotyledonae
Ordo                     : Graminae
Famili                   : Graminaceae
Genus                  : Zea
Spesies                : Zea mays. L

Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar, yakni akar seminal, akar adventif, dan akar udara.
2.    Budidaya Jagung
a.    Penyiapan lahan
1.   Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga 2 kali (tergantung kondisi tanah), untuk tanah bekas sawah tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
2.   Jika curah hujan masih cukup tinggi perlu dibuat saluran drainase setiap 3 m, sedalam 20-25 cm, sepanjang petakan.
b.    Penggunaan benih unggul
1.   Varietas unggul jagung komposit antara lain : Bisma, Lamuru, Palakka, Kresna, Sukmaraga, Srikandi putih, Srikandi kuning.
2.   Benih bermutu merupakan syarat terpenting dalam budidaya tanaman jagung . Benih sehat dan memiliki daya tumbuh minimal 90 %.
c.    Penanaman
Populasi tanaman jagung yang optimal antara 62.500-100.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang optimal antara 80 cm x 40 cm; 75 cm x 50 cm; dan 80 cm x 25 cm, masing-masing dengan 2 (dua) tanaman per lubang.
d.    Pemupukan
1.   Pupuk kandang dengan dosis antara 5 – 15 ton/ha.
2.   Saat tanam pupuk Urea 50-75 kg/ha + SP36 75-100 kg/ha+ KCl 50-75 kg/ha.
3.   Umur 30-40 hari setelah tanam diberikan pupuk Urea 100-150 kg/ha.
4.   Pemupukan diberikan secara ditugal pada setiap tanaman jarak 3-5 cm dari tanaman kemudian ditutup dengan tanah.
e.    Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan : penyiangan, pembumbunan dan pengaturan drainase.
1.   Penyiangan fase pertumbuhan awal sangat baik dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam pemanfaatan unsur hara dengan tanaman pengganggu (gulma).
2.   Penyiangan dilakukan satu atau dua kali selama periode tumbuh tanaman tergantung pertumbuhan gulma. Penyiangan pertama  umur 10-15 hari setelah tanam.
3.   Pembumbunan tanaman jagung dilakukan pada saat tanaman umur 4 – 5 minggu.
4.   Kegiatan pembumbunan tanaman dapat memperbaikan drainase pada lahan pertanaman.
f.     Pengendalian hama
Serangan hama merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi jagung. Pengendalian dengan insektisida yang mengandung khlorpirifos dan karbofuran. Pengendalian juga dapat digunakan Furadan 3 G diberikan melalui pucuk sebelum berbunga (40 hari) dan diikuti Decis 25 EC.
g.    Pengendalian penyakit
Suatu penyakit merupakan hasil interaksi 3(tiga) komponen utama yaitu: pathogen, inang dan lingkungan (PIL). Usaha-usaha pengendalian untuk mengatasi masalah penyakit pada dasarnya adalah cara-cara memanfaatkan PIL tersebut untuk memperkecil akibat yang ditimbulkannya sehingga mencapai suatu titik di bawah ambang ekonomi dengan kerugian yang dapat diabaikan.

h.    Panen dan pasca panen
Panen dilakukan saat setelah benih mencapai masak fisiologis, karena pada saat itu kadar air benih jagung masih cukup tinggi, yaitu sekitar 35-40 % maka segera dilakukan penjemuran.
Tanaman jagung dapat tumbuh hampir disemua jenis tanah, yang terpenting dan sangat berhubungan erat dengan hasil jagung adalah tersedianya unsur N,P,K pada tanah tersebut. Untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, tanaman jagung memerlukan tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Menurut Sudjana (1991) tanaman jagung di Indonesia di tanam di lahan tegalan atau di lahan sawah. Di lahan tegalan, jagung di tanam pada musim hujan dan dilahan sawah jagung di tanam pada awal musim hujan pada umumnya disebut jagung labuhan, sedangkan bila di tanam pada akhir musim hujan sesudah tanaman padi disebut jagung marengan. Impor jagung Indonesia tahun 1994 mencapai 1.118.000 ton dan tahun 1995 meningkat menjadi 1.330.000 ton (Bachtriadi, 1995). Tanaman Jagung dapat tumbuh baik hampir disemua macam jenis tanah tetapi tanaman ini akan dapat tumbuh dengan lebih baik jika ditanam pada tanah yang gembur, kaya akan humus atau unsur hara. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik. Jagung tumbuh baik pada pH tanah antara 5,5-7, dan juga dapat tumbuh pada tanah dengan ketinggian 0-1.300 meter diatas permukaan laut. Jagung dapat hidup dengan baik pada temperatur 230C sampai 270C. Suhu minimum adalah 450C dengan kemiringan tanah yang tidak lebih dari 8%.
Secara umum profit atau keuntungan dalam usahatani jagung sangat tergantung pada tingkat produksi dan penerimaan dari hasil penjualan produksi tersebut serta besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi. Tingkat produksi dan penerimaan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat internal yaitu faktor yang dapat dikendalikan seperti pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, bibit dan faktor yang bersifat eksternal yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti iklim. Oleh karena itu seorang petani harus dapat mengendalikan faktor-faktor internal tersebut sedemikian rupa sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal.

B.   Faktor-Faktor Produksi
Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau faktor relationship.
1.   Lahan Pertanaman
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995).
Rukmana (1997), Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan agar dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah, memberantas gulma dan hama dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.

Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu tanpa olah tanah (TOT) atau disebut zero tillage, pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dan pengolahan tanah maksimum (maximum tillage) (Rukmana, 1997).
Zulkifli (2005), mengemukakan bahwa jagung hibrida tidak membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu kompleks karena tanaman ini dapat tumbuh disemua macam tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan organik. Di tanah berat dengan kandungan liat tinggi, jagung masih bisa ditanam dengan pertumbuhan yang normal asalkan tata air (drainase) dan tata udara tanahnya baik. Pada kondisi seperti ini tanah harus sering diolah dalam masa pertumbuhan dan saluran air dibuat diantara barisan selalu diperbaiki. Air yang berlebihan dengan membentuk genangan air akan mengakibatkan benih busuk, tanaman kekurangan udara sehingga pertumbuhannya tidak normal.
2.   Modal (sarana produksi)
Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi, 2003).
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja.
Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.    Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
2.    Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.    Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Soekartawi, 2003).

3.   Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :
1.    Tersedianya tenaga kerja
Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.
2.    Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu proses produksi barang-barang pertanian atau bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas.


3.   Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah, dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
4.    Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman. Bila terjadi pengangguran semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003).

Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Mubyarto, 1995).
Soekartawi (2003), Umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi penentu besar kecilnya upah. Mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan menerima upah yang juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang dewasa. Oleh karena itu penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) atau hari kerja setara pria (HKSP). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecilnya tenaga kerja makin lama jam kerja, makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula sebaliknya.
Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan basar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor mini akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi.
4.   Manajemen
Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi (Soekartawi, 2003).

Faktor manajemen dipengaruhi oleh:
1.    Tingkat pendidikan
2.    Pengalaman berusahatani
3.    Skala usaha.
4.    Besar kecilnya kredit
5.    Macam komoditas.
Menurut Entang dalam Tahir Marzuki (2005), perencanaan usahatani akan menolong keluarga tani di pedesaan. Diantaranya :
1.    Mendidik para petani agar mampu berpikir dalam menciptakan suatu gagasan yang dapat menguntungkan usahataninya.
2.    Mendidik para petani agar mampu mangambil sikap atau suatu keputusan yang tegas dan tepat serta harus didasarkan pada pertimbangan yang ada.
3.    Membantu petani dalam memperincikan secara jelas kebutuhan sarana produksi yang diperlukan seperti bibit unggul, pupuk dan obat-obatan.
4.    Membantu petani dalam mendapatkan kredit utang yang akan dipinjamnya sekaligus juga dengan cara-cara pengembaliannya.
5.    Membantu dalam meramalkan jumlah produksi dan pendapatan yang diharapkan.

Soekartawi (2005), perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah dan mutu atau spesifikasinya. Setelah itu maka disusun rencana dan sistem pengadaannya dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli.

Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan sarana produksi yang akan digunakan akan sangat berguna bagi pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Pengorganisasian tersebut terutama menyangkut bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pencapaian efektivitas dalam pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun mutu dan kapasitas. Dilain pihak, pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya minimum. Dalam usahatani pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber-sumber produksi (Soekartawi, 2005).

Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses, masukan, jadwal kerja yang merupakan upaya untuk memperoleh hasil maksimal dari usaha produksi. Sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala mulai saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yang dianggap dapat merugikan maka segera dilakukan pengendalian (Soekartawi, 2005).

Pengawasan pada suatu usahatani meliputi pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian. Dengan pengawasan yang baik terhadap penggunaan faktor-faktor produksi dapat menentukan efisien tidaknya suatu usahatani. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisien lahan tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang disebabkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi bibit, pupuk, obat-obatan dan terbatasnya persediaan modal untuk pembiayaan usaha pertanian dalam skala tersebut. Sebaliknya pada luas lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap faktor produksi semakin baik, sebab diperlukan modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula (Soekartawi, 1999).
Selanjutnya dikemukakan bahwa pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi untuk menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yang telah direncanakan. Dalam usahatani misalnya pengendalian dapat dilakukan pada masalah kelebihan penggunaan tenaga manusia, penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap proses produksi dan lain-lain. Faktor produksi tersebut berpengaruh pada biaya produksi sedangkan keduanya akan mempengaruhi penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani akan terkait dengan jumlah produk yang dihasilkan dengan harga komoditas. Salah satu yang menentukan komoditas adalah jumlah permintaan dan penawaran harga produk dan faktor produksi yang sering mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas lahan, tingkat produksi, pilihan kombinasi usaha dan juga intensitas pengusahaan tanaman (Hernanto, 1991).
Pengaruh penggunaan faktor produksi dapat dinyatakan dalam tiga alternatif sebagai berikut :
1.    Decreasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi melebihi proporsi pertambahan produksi yang lebih kecil
2.    Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh
3.    Increasing return to scale artinya bahwa proporsi dari penambahan faktor produksi akan menghasilkan pertambahan produksi yang lebih besar (Soekartawi, 2000).

Menurut Soekartawi (1999), bahwa dalam melakukan usaha pertanian seorang pengusaha atau petani dapat memaksimumkan keuntungan dengan “Profit Maximization dan Cost Minimization”. Profit maximization adalah mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh output yang maksimal, sedangkan cost minimization adalah menekankan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kedua pendekatan tersebut merupakan hubungan antara input dan output produksi yang tidak lain adalah fungsi produksi. Dimana pertambahan output yang diinginkan dapat ditempuh dengan menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan.
Begitu pula halnya dengan input yang digunakan dalam usahatani jagung penambahan input produksi jagung akan memberikan tambahan output usahatani jagung. Akan tetapi penambahan input tersebut tidak selamanya memberikan tambahan produk. Ada saat dimana penambahan input produksi jagung akan menurunkan produksi jagung yang dihasilkan. Untuk itu alokasi sumberdaya yang tepat sangat penting dalam mencapai keberhasilan usahatani jagung.

C.   Produksi Dan Pendapatan
Pendapatan merupakan nilai produksi dari usahatani yang dinyatakan dengan rupiah yang mana total produksi dikalikan dengan harga jual. Produksi merupakan hasil (out put) suatu usaha yang dihasilkan seluruhnya sebelum dikeluarkan biaya-biaya yang menyebabkan terjadinya produksi. Sedang pendapatan merupakan nilai produksi yang dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk mengetahui pendapatan (profit) maka digunakan rumus sebagai berikut :

P = NP – BP
Dimana :
P      =       Pendapatan
NP   =       Nilai Produksi
BP    =       Biaya Produksi
 Dalam usahatani jagung penentuan penghasilan suatu petani dalam mengelola suatu proses produksi perlu diperhitungkan untuk menganalisa sejauhmana keberhasilan petani dalam melakukan suatu unit produksi disamping itu untuk mengetahui faktor-faktor yang dikurangi dalam suatu proses produksi juga faktor-faktor mana yang harus ditingkatkan.

D.   Analisa Fungsi Produksi (Cobb Douglas)
Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi dibidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan.
Dalam suatu kegiatan agribisnis mungkin saja digunakan lebih dari satu kombinasi input untuk memproduksi suatu unit output. Perlakuan ini disebut dengan aktivitas, proses ataupun metode produksi. Fungsi produksi untuk suatu barang ialah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah maksimum barang tersebut yang dapat diproduksi (Hassan Su’ud. M dan Hasan. S.F, 2006)

Konsep dasar di dalam kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah fungsi produksi itu sendiri. Karena melalui fungsi produksi itu dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukkan produktivitas dari hasil itu sendiri (Hernanto. F, 1988).
              
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input.
1.   Rumus Cobb-Douglas
Untuk menganalisa sejauh mana faktor-faktor produksi berpengaruhi terhadap tingkat pendapatan usahatani, maka dianalisa menggunakan model atau persamaan analisis Cobb-Douglas dengan rumus secara umum :  (Sudjana, 2002)
Dengan persamaan fungsi : Y = f (X1, X2,  X3,  ….. X4)
Diuraikan kebentuk persamaan matematika adalah :
      Y = β0  X1β1 X2 β2 X3 β3 ….. X4 β4 ε
Persamaan di atas merupakan persamaan yang digunakan untuk menduga data populasi, sedangkan untuk menduga data sampel maka rumus di atas menjadi :
      Y = b0 X1b1 X2 b2 X3 b3 ….. Xn bn e
Rumus di atas ditransformasikan kebentuk logaritma, untuk membentuk persamaan normal sehingga :
            Log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 +.. + bn log Xn + e
Dimana :
              : Variabel yang diduga/ dijelaskan untuk populasi
              : Variabel yang diduga/ dijelaskan untuk sampel
    : Konstanta yang akan ditentukan untuk populasi
   : Konstanta yang akan ditentukan untuk sampel
ε, e            : Galat (tingkat kesalahan)
X1, X2, X3          : Variabel penduga
2.  Uji F (Uji Ragam)
Untuk mengetahui keragamanan data sampel dan Variabel-vaeiabel yang mempengaruhi biaya produksi maka digunakan  rumus Uji F (Uji Ragam) sebagai berikut : (Sudjana, 1996)
        
Dimana  :
         R      = Koefesien korelasi
         K      = Jumlah variebel independent (bebas)
         n       = Ukuran populasi

Dengan rumusan hipotesa :
         H0      = d1 = d2 = d3 = 0
         H1      = d1 d2 d3 0

Dengan kriteria keputusan :
         Jika fhitung > FTabel maka tolak  H0
         Jika fhitung  FTabel maka Terima H0
3.   Uji t Duncan (Uji t)

Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan maka digunakan rumus Uji t   (t Duncan), dengan formulasi sebagai berikut : (J. Supranto, 2001)

Dengan rumusan hipotesis :
         H0 : β1 = 0
         H1 : β1 ≠ 0

Dengan kriteria keputusan :
         Jika thitung > ttabel maka tolak  H0
         Jika thitung  ttabel maka terima H0


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.  Letak Luas Dan Batas Daerah
Secara geografis wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah terletak 4.38 0LU dan 96, 51 0BT luas wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah 5.094 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
-    Utara berbatasan dengan Kecamatan Kute Panang dan Kecamatan Kebayakan.
-    Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pegasing dan Kecamatan Lut Tawar.
-    Timur berbatasan dengan Kecamatan Kebayakan dan Kecamatan Lut  Tawar.
-    Barat berbatasan dengan Kecamatan Kute Panang dan Kecamatan Silih Nara.

B.  Topografi, Iklim dan Keadaan Tanah
Topografi wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan terdiri dari serangkaian bukit-bukit dengan kemiringan berkisar antara 0 – 40 % hal ini dapat dimengerti karena wilayah Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah terletak disebelah timur sampai utara dari gunung burni bius, pepanyi yang mempunyai ketinggian 1.000 – 2215 meter dari permukaan laut.
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang memegang peranan penting yang berlangsung mempengaruhi kehidupan. Iklim dan kelembapan sangat mendukung pada lahan pertanian di Kecamatan Bebesen, kelembapan berkisar 80% – 95 % dengan rata-rata curah hujan 300 mm sampai 400 mm/bulan atau 1.100 mm/tahun. Hal-hal yang penting dari iklim dan mempengaruhi tanaman antara lain, curah hujan temperatur, kelembapan dan angin.
Curah hujan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah bervariasi, curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September dalam setiap tahun.

C.  Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Keadaan penduduk Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, jenis kelamin laki-laki berjumlah 9.405 jiwa (49,30%) sementara jenis kelamin perempuan adalah sebanyak 15.306 jiwa (50,70%). Jumlah penduduk berdasarkan usia adalah sebagai berikut 0 – 15 tahun berjumlah 9.830 jiwa (37,5%), usia 16 – 56 tahun adalah 13.441 jiwa (56,60%), dan diatas 57  tahun berjumlah 1.440 jiwa (5,90%) .
Jumlah penduduk Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah adalah 24.711, jiwa dengan 24.682 KK dan terdiri dari 1 Kelurahan dan 26 Kampung.

D.  Karakteristik Petani
Karakteristik petani merupakan keadaan atau gambaran umum petani yang ada di daerah penelitian, yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman berpetani dan tanggungan petani. Karakteristik dan faktor fisik lainnya berpengaruh terhadap kemampuan kerja petani dalam meningkatkan produksi. Karakteristik petani juga mencerminkan kemampuan dalam berpikir dan kecepatan dalam mengambil kebijaksanaan sehubungan dengan kegiatan usaha taninya seperti usaha penerapan teknologi baru yang akan diterapkan petani.
Faktor umur sangat erat kaitannya dengan kemampuan kerja, petani yang umurnya lebih muda dan sehat mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat dalam menjalankan usahataninya sehingga kemampuan kerja mempengaruhi oleh umur. Pada umumnya petani yang berumur lebih muda lebih bersemangat dalam berusahatani dibandingkan petani yang umurnya lebih tua. Petani yang muda sering ingin membuat perubahan-perubahan dalam usahataninya untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya.
Produktivitas kerja sering dikaitkan dengan usia, namun ada kalanya usia yang tinggi juga mampu meningkatkan produktivitas kerja dan semangat kerja yang tinggi. Ini dibuktikan di daerah penelitian, rata-rata umur petani 53 tahun bahkan ada petani yang umurnya diatas 53 tahun. Walaupun usia ini telah mendekati usia senja namun para petani di daerah penelitian masih mampu menjalankan usahataninya dan tetap berusha untuk memperoleh produksi yang maksimal.
Peranan pendidikan sangatlah penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan landasan untuk mengembangkan diri, termasuk mengembangkan kemampuan dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada secara maksimal. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana penunjang dalam usaha meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian terutama dalam penerapan teknologi tepat guna dibidang pertanian.
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas kerja yang dapat memberikan konstribusi terhadap kompentensi yang dibutuhkan. Dalam sistem ekonomi pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk memperoleh informasi dan perkembangan-perkembangan yang ada pada suatu bidang usahatani.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin efesien dalam belajar, juga semakin banyak mengikuti dan mengetahui cara-cara berusahatani yang lebih produktif, karena melalui pendidikan petani dapat memperoleh informasi yang dapat membantu dalam meningkatkan produktifitas usahataninya. Kebanyakan petani jagung yang ada didaerah penelitian hanya berpendidikan 6 – 9 Tahun yaitu tingkat pendidikan setara dengan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), hanya sebagian kecil dari petani yang ada di daerah tersebut memiliki tingkat pendidikan diatas 9 tahun. Ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan petani masih tergolong rendah, umumnya petani jagung di daerah penelitian hanya menamatkan Sekoah Dasar atau yang setingkat dengannya. Pada daerah penelitian masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memilih usaha dibidang lain yang sesuai dengan kemauannya seperti berwiraswasta atau berdagang, pegawai negeri dan sebagainya.
Begitu pula dengan pengalaman dalam menjalankan usahatani sangat menentukan hasil produksi yang akan diperoleh, dimana semakin lama pengalaman petani tentu banyak mengetahui cara-cara berusahatani yang lebih baik dan benar terutama dalam usahatani jagung. Pengalaman berusahatani juga akan mempengaruhi aktivitas petani dalam melaksanakan usahataninya. Semakin lama seseorang bergerak dalam suatu bidang usaha maka akan lebih memahami bidangnya dan akan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, sehingga akan mempengaruhi pada peningkatan usahatani.
Besar kecilnya jumlah keluarga dan jumlah tanggungan akan mengakibatkan tingkat keuntungan yang berfluktuasi. Jika besarnya jumlah tanggungan dalam keluarga dapat membantu usahatani atau sektor lain, tentu pendapatan rumah tangga petani akan meningkat. Sebaliknya jika tanggungan keluarga tidak berkaitan terhadap peningkatan keuntungan keluarga atau pendapatan yang diterima hanya ditanggung oleh petani sebagai kepala keluarga tentu mengakibatkan tingkat konsumsi keluarga meningkat dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pendapatan.
Tabel 2.    Rata-rata karakteristik petani sampel usahatani tanaman jagung di daerah penelitian

No
U r a i a n
Satuan
Jumlah
1.
Luas lahan
Ha
0,33
2.
Umur
Tahun
57
3.
Tingkat pendidikan
Tahun
7
4.
Lama bertani
Tahun
24
5.
Jumlah tanggungan
Orang
3
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat karakteristik petani sampel di daerah penelitian dengan luas lahan rata-rata 0,33 Ha, dengan umur rata-rata 57 tahun, tingkat pendidikan 7 tahun, dengan pengalaman bertani selama 24 tahun dan jumlah tanggungan rata-rata 3 orang.

E.  Faktor Produksi Luas Lahan
Luas lahan merupakan luas areal yang diusahakan petani sebagai tempat bercocok tanam, khususnya jagung. Luas lahan garapan merupakan faktor penting dalam usaha meningkatkan produksi yang akan mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang akan diterima oleh petani.
Penggunaan luas lahan garapan merupakan di daerah penelitian bervariasi, dari keseluruhan petani sampel yang ada, 37 sampel memiliki luas lahan garapan antara 0.250 ha – 0.560 Ha, ini merupakan jumlah terbesar dari petani sampel yang ada di daerah penelitian. Rata-rata luas lahan petani sampel yang ada di daerah penelitian adalah 0.331 Ha. Luas lahan tertinggi adalah 0.560 Ha dan terendah adalah 0.250 Ha.
Tabel 3 : Penggunaan Luas Lahan Garapan Petani Usahatani Jagung di                  Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Tahun 2010







No
Luas Lahan Garapan (Ha)
Jlh Sampel ( KK)
Persentase (%)

1
0,250
27
72,97

2
0,500
5
13,51

3
0,560
5
13,51


Jumlah
37
100,00






Sumber : Data Primer diolah 2011



Tabel di atas menunjukkan luas lahan garapan 0,250 ha dengan jumlah sampel 27 dan persentase 72,97%, luas lahan garapan 0,500 ha dengan jumlah sampel 5 dan persentase 13,51, luas lahan garapan 0,560 ha dengan jumlah sampel 5 dan persentase 13,51. Jumlah keseluruhan sampel daerah penelitian sebanyak 37 sampel dengan persentase 100%.

F.   Faktor Produksi Tenaga Kerja
Untuk memperoleh hasil yang maksimal selain menanam jenis yang tepat juga harus diperhatikan mulai dari masalah bibit dan pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemberantasan hama penyakit dan panen harus diterapkan secara benar.
Tenaga kerja adalah satu faktor produksi yang sangat penting dalam suatu usahatani. Tenaga kerja harus diperhitungkan dalam proses produksi yaitu dalam jumlah efisien dan bukan hanya dilihat dari segi tersedianya tenaga kerja tapi kualitas tenaga kerja tersebut. Pengertian tenaga kerja dalam penelitian adalah curahan tenaga kerja yang dimanfaatkan dalam usahatani jagung. Tenaga kerja yang dimaksud yaitu tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga baik tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita. Penggunaan tenaga kerja yang diperhitungkan dalam penelitian adalah upah dan massa pengolahan, persemaian benih, pencabutan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen, perontokan dan pengangkutan.
Di daerah penelitian, dalam melaksanakan usaha tani jagung peranan tenaga kerja wanita lebih besar, hampir semua pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja wanita kecuali untuk pengolahan tanah dan persiapan lahan serta perontokan dan pengangkutan dilakukan oleh tenaga kerja pria.
Dari tabel di bawah terlihat pencurahan tenaga kerja dengan jumlah rata-rata 108,75 HKP dan jumlah biaya yang dikeluarkan rata-rata Rp. 5.437.623,-. Persiapan lahan terlihat lebih besar dari pencurahan tanaga yang lain yaitu 20,4 HKP dengan biaya               Rp. 1.020.000,-./ha/musim tanam
Tabel 4.     Pencurahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.

No
Uraian
HKP
Keterangan (Rp)
1.
Persiapan lahan
20,4
      1.020.000
2.
Penanaman benih
11,19
        559.500
3.
Penyiraman dan penyemprotan
11,98
        599.000
4.
Penyiangan dan pemupukan
19,63
        981.500
5.
Panen
13,26
        663.000
6.
Pemipilan biji
15
        750.000
7.
Penjemuran
17,3
        865.000
Jumlah
108,75
   5.437.623
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011

G. Biaya Produksi
  1. Biaya Tetap
Biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan walaupun tanaman tidak berproduksi. Biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari sewa lahan dan penyusutan alat-alat produksi, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.     Biaya Tetap Usahatani Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2010.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Biaya Sewa Lahan
   2.000.000

2.
Biaya Penyusutan Alat
341.211

3.
Biaya Total
2.341.211

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata sewa lahan               Rp. 2.000.000,- dan biaya penyusutan alat Rp. 341.211,- dengan total biaya tetap Rp. 2.341.211,-/ha/musim tanam yang dikeluarkan dalam usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah
  1. Biaya Variabel
Biaya variabel yaitu biaya yang habis pakai dalam satu kali produksi. Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya sarana produksi terdiri dari pembelian benih, pupuk dan Insektisida. Berdasarakan hali penelitian dan pembahasan biaya variabel pada usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.    Biaya Variabel Usahatani Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian Tahun 2010.

No
Uraian
Jumlah (Rp)
Keterangan
1.
Biaya Sarana Produksi
2.744.500

2.
Biaya Tenaga Kerja
5.437.623


Jumlah
8.182.123

Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata penggunaan biaya variabel pada usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, dengan rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan Rp. 8.182.123,-/ ha/musim tanam.
Biaya produksi adalah biaya korbanan yang dikeluarkan petani untuk menghasilkan produk suatu usahatani. Biaya produksi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani baik secara tunai maupun tidak tunai mulai dari persiapan lahan sampai dengan panen. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya tetap, biaya variabel, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel    7.   Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.

No
Biaya Produksi
Keterangan
1.
Biaya tetap
Rp.
2.341.211
2.
Biaya variabel
Rp.
8.182.123,-
Jumlah
Rp.
10.523.333,-
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2011
Dari tabel di atas dapat dilihat biaya tetap sebesar                  Rp. 2.341.211 dan biaya variabel sebesar Rp. 8.182.123 dengan jumlah total keseluruhan biaya Rp. 10.523.333/ha/musim tanam.

H.  Produksi dan Nilai Produksi
Produksi yang diperoleh petani merupakan penerimaan kotor yang diterima dalam bentuk fisik dari hasil usahatani. Produksi juga merupakan faktor yang menentukan penerimaan kotor yang diperoleh petani selama proses produksi berlangsung. Hasil produksi merupakan balas jasa akibat dari penggunaan dan pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam usahatani. Tingkat kombinasi antara faktor produksi yang tepat juga berpengaruh terhadap produksi jagung. Besar kecilnya hasil produksi pada suatu hasil usahatani tergantung pada baik tidaknya pengelolaan usahatani dan juga dipengaruhi oleh iklim.
Nilai produksi adalah penerimaa kotor yang diterima dari rata-rata produksi permusim tanam dikalikan dengan rata-rata harga jual yang berlaku. Besar kecilnya nilai produksi yang diperoleh petani sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah dan tingkat harga, bila harga menguntungkan akan mencerminkan besarnya keuntungan yang diperoleh petani.
Tabel    8.   Rata-Rata Produksi Dan Nilai Produksi Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.

No
U r a i a n
Keterangan
1.
Produksi
             6.399   Kg
2.
Harga jual
Rp.           4.000 ,-
3.
Nilai produksi
Rp.   25.594.771,-
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011

Dilihat dari tabel di atas menunjukkan jumlah rata-rata produksi di daerah penelitian sejumlah 6.399 Kg, dengan rata-rata harga jual          Rp. 4.000,- didapat jumlah rata-rata nilai produksi sebesar                Rp. 25.594.771,-/Ha/musim tanam.

I.    Pendapatan Usahatani Jagung
Pendapatan usahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah total jumlah produksi dikalikan dengan harga yang berlaku dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung baik yang dibayar tunai maupun tidak dibayar tunai selama proses produksi. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh petani sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produksi yang diperoleh disamping itu ditentukan juga oleh tingkat harga yang berlaku dipasaran.
Dilihat dari besarnya keuntungan yang diterima petani, sebenarnya petani tidak memperoleh keuntungan apabila dilihat dari pengeluaran dan kebutuhan rumah tangga petani sehari-hari. Walaupun demikian petani khususnya petani jagung enggan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai petani atau beralih pada komoditi lain. Bagi petani pekerjaan tersebut sudah merupakan tradisi turun temurun, bahkan seperti menjadi suatu kewajiban dan suatu tuntutan meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel   9.   Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tanaman Jagung/Ha/Musim Tanam di Daerah Penelitian.

No
U r a i a n
Keterangan
1.
Nilai produksi
Rp.
   25.594.771,-
2.
Biaya produksi
Rp.
10.523.333,-
3.
Pendapatan
Rp.
15.071.438,-
Sumber : Data primer diolah Tahun 2011      
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah nilai produksi di daerah penelitian sebesar Rp. 25.594.771,- dengan biaya produksi Rp. 10.523.333,-, maka akan diperoleh pendapatan rata-rata sejumlah Rp. 15.071.438,- /Ha/musim tanam.

J.   Analisis Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Jagung

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani jagung, baik luas lahan maupun biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan. Penggunaan faktor produksi luas lahan dan biaya produksi sangat tergantung kepada sistim pengelolaan dan manajemen faktor-faktor produksi. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan manajemen faktor-faktor produksi yang baik akan mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani.
Besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh dari hasil penelitian usahatani jagung pada daerah penelitian sebesar Rp 6,69 Juta dari 37 jumlah responden/pelaku usahatani jagung yang diamati, hal menunjukkan bahwa rata-rata besarnya pendapatan yang diperoleh responden/pelaku usahatani jagung per musim tanam per Ha. Sedangkan besarnya simpangan pendapatan yang diperoleh dari 37 responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 0,084 juta. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya simpangan pendapatan yang terjadi antara pelaku usahatani jagung yang satu dengan pelaku usahatani jagung yang lain dari 37 responden/pelaku usahatani jagung di daerah penelitian. Dengan demikian bila memperhatikan besarnya simpangan pendapatan sebesar Rp 0,084 Juta per responden artinya bahwa tidak terjadi penyimpangan besarnya pendapatan yang berarti antara petani yang satu dengan petani yang lain. Dalam hal ini penggunaan faktor produksi luas lahan dan biaya produksi dari 37 responden, antara responden yang satu dengan responden yang lain tidak terjadi perbedaan baik dari segi luas lahan yang digunakan dan biaya produksi selama proses produksi usahatani jagung.
Rata-rata biaya sewa lahan yang digunakan dalam usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 5,79 ribu per musim tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya sewa luas lahan yang di investasikan oleh responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 5,79 ribu per musim tanam per Ha. Sedangkan besarnya simpangan biaya sewa lahan yang diperoleh dari daerah penelitian dari 37 responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 0,148 Ribu, artinya bahwa tidak besar penyimpangan biaya sewa lahan yang terjadi dari 37 responden tersebut, besarnya simpangan ini menunjukkan bahwa penggunaan sewa lahan antara satu responden dengan responden yang lain yang diperoleh dari 37 responden/pelaku usahatani tersebut.
Rata-rata biaya produksi yang digunakan dalam usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 6,52 ribu per musim tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi yang di investasikan oleh responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 6,52 ribu per musim tanam per Ha. Sedangkan besarnya simpangan biaya produksi yang diperoleh dari daerah penelitian dari 37 responden/pelaku usahatani jagung sebesar Rp 0,145 Ribu, artinya bahwa tidak besar penyimpangan biaya produksi yang terjadi dari 37 responden tersebut, besarnya simpangan ini menunjukkan bahwa penggunaan biaya produksi antara satu responden dengan responden yang lain yang diperoleh dari 37 responden/pelaku usahatani tersebut.
Besarnya pengaruh luas lahan dan biaya produksi terhadap produksi jagung dianalisis dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas yang telah ditransformasikan kedalam persamaan regresi dalam bentuk logaritma sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 10   : Hasil analisis regresi penggunaan luas lahan dan biaya produksi pada usahatani jagung di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah

No
Variabel
Koefisien Regresi
Standard error
thitung
1
X1 Luas Lahan
0,885
0,214
5,091
2
X2 Biaya Produksi
-0,355
0,161
-1,753
Constanta
3,873


Fhitung
204,331


Ftabel
3,28


Multiple R (R)
0,961


R-Square (R2)
0,923


Standard Error
0,024


ttabel
2,042


Sumber : Data primer diolah Tahun 2011            
Dari tabel diatas bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,961 menunjukkan hubungan yang sangat kuat artinya faktor produksi luas lahan dan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung. Hal ini menunjukkan bahwa bila faktor produksi biaya sewa lahan dan faktor produksi biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung. Bila biaya sewa lahan yang dikeluarkan menjadi pertimbangan dalam mengelola usahatani jagung ini berarti pelaku usahatani jagung akan berusaha semaksimal mungkin pengelolaan lahannya dengan harapan akan mendapatkan produksi yang maksimal. Demikian juga sebaliknya bila faktor produksi biaya produksi dikelola dengan baik sesuai dengan ketentuan dan pertimbangan-pertimbangan dalam usahatani jagung pasti akan mendapatkan produksi yang maksimal. Artinya bahwa biaya produksi dikelola seefisien mungkin, biaya produksi diinvestasikan seminimal mungkin dengan harapan mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Dengan demikian faktor produksi biaya sewa lahan dan faktor produksi biaya produksi dikelola dengan baik akan berpengaruh signifikan dalam peningkatan produksi usahatani jagung sehingga responden/pelaku usahatani akan mendapatkan pendapatan yang maksimal dengan biaya produksi yang diinvestasikan minimal. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,923 atau sebesar 92,3% adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor produksi biaya sewa lahan dan biaya produksi terhadap pendapatan usahatani jagung, atau besarnya pengaruh faktor-faktor produksi biaya sewa lahan dan biaya produksi terhadap pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian. Sedangkan 7,7 % adalah kontribusi yang diberikan oleh faktor-faktor lain (misalkan modal, tenaga kerja, faktor alam, iklim dan lain-lain) yang tidak diketahui atau tidak diproses dalam penelitian ini.
Jika diperhatikan dari tabel analisis ragam, tabel anova (lampiran 8), diperoleh nilai Fhitung = 204,331, dan Ftabel dengan nilai α = 5% atau 0,05 (2;34) adalah 3,28. Karena Fhitung > Ftabel atau dapat melihat nilai probabilitasnya (sign) yang lebih kecil dari taraf signifikan (0,000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi linier fungsi produksi Log Ŷ = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 yang diajukan dapat diterima. Artinya pengaruh faktor luas lahan dan faktor biaya produksi terhadap tingkat pendapatan usahatni jagung adalah berpengaruh secara linier. Sehingga model persamaan regresi fungsi produksi dapat digunakan untuk menduga atau memprediksi tingkat pendapatan usahatani jagung untuk periode-periode atau tahun-tahun yang akan datang.
Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi produksi (regresi Cobb-Douglas) diketahui bahwa koefisien regresi biaya sewa lahan 0,885, koefisien regresi biaya produksi -0,355 dan konstanta 3,873 (nilai persamaan regresi yang diperoleh jika faktor luas lahan dan biaya produksi dianggap konstan). Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas nilai konstanta dikembalikan  kedalam bentuk logaritma sehingga 3,873 menjadi 7464,49. Sehingga berdasarkan nilai koefisien regresi fungsi produksi dapat diperoleh persamaan regresi Ŷ = 7464,49  X10,885 X2 -0,355. Bila biaya sewa lahan yang diinvestasikan rata-rata sebesar Rp 1, dan biaya produksi rata-rata sebesar Rp 1, maka tingkat pendapatan usahatani jagung rata-rata sebesar Rp 7464,49
Untuk menguji signifikan atau tidak signifikan koefisien regresi fungsi produksi dari masing-masing faktor produksi luas lahan dan faktor produksi biaya produksi dalam model persamaan yang terbentuk, maka diuji dengan menggunakan uji t, dimana nilai thitung masing-masing faktor produksi yaitu faktor produksi biaya sewa lahan dengan thitung = 4,436 dan faktor produksi biaya produksi  dengan thitung = -1,731, dan ttabel = 2,042.
Dimana faktor produksi biaya sewa lahan thitung > tTabel atau 4,436 > 2,042. Berdasarkan hipotesis penelitian bahwa biaya sewa lahan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung hal ini terbukti thiung lebih besar dari ttabel. Artinya berdasarkan nilai koefisien regresi faktor biaya sewa lahan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian, dengan demikian jika biaya sewa lahan diinvestasikan sesuai dengan kebutuhan usahatani akan meningkatkan produksi usahatani jagung, dalam hal ini pendapatan usahatani jagung akan meningkat.
Berdasarkan hipotesis penelitian diduga bahwa biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan usahatani jagung (dalam penelitian biaya produksi dianggap berpengaruh meningkatkan pendapatan). Namun berdasarkan hasil analisis hal ini tidak terbukti, karena thitung < tTabel atau -1,753 < 2,042, hasil ini menunjukkan bahwa pengelolaan biaya produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan dalam usahatani jagung di daerah penelitian. Sehingga biaya produksi berpengaruh negatif terhadap pendapatan, bila biaya produksi diinvestasikan tidak sesuai dengan ketentuan pengelolaan ushatani jagung akan menurunkan tingkat pendapatan. Koefisien regresi faktor biaya produksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung artinya bila biaya produksi ditambah akan mengakibatkan penurunan pendapatan usahatani jagung pada daerah penelitian.
Dengan berdasarkan pada uji t tersebut terbukti bahwa penggunaan faktor produksi biaya sewa lahan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung dan faktor produksi biaya produksi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani jagung.
Dengan demikian persamaan regresi fungsi produksi yang diperoleh adalah persamaan fungsi Ŷ = 7464,49 X10,885 X2 -0,355. Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa setiap penggunaan biaya sewa lahan (X1­) rata-rata sebesar Rp 5,79 dan penggunaan biaya produksi (X2) sebesar Rp 6,52 akan peroleh pendapatan rata-rata sebesar Rp  18,006.58.
Dengan melihat kembali pada teori-teori produksi khususnya teori fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diketahui tingkat elastisitas masing-masing faktor produksi, apakah sudah memenuhi efisien atau belum efisien. Tingkat elastisitas faktor produksi ditunjukkan dari nilai pangkat pada masing-masing faktor produksi. Jumlah pangkat masing-masing faktor produksi dapat digunakan untuk mengetahui bahwa usahatani jagung berada pada Constant return to scale artinya bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional atau sebanding dengan penambahan produksi yang diperoleh.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



1.   Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas maka disimpulkan sebagai berikut
1.    Berdasarkan uji F (Pengujian secara serempak) faktor biaya sewa lahan dan faktor biaya produksi berpengaruh linier terhadap pendapatan usahatani jagung.
2.    Faktor produksi biaya sewa lahan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung, artinya setiap biaya sewa lahan yang diinvestasikan dan dikelola dengan baik dan efisien akan meningkatkan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian.
3.    Faktor produksi biaya produksi tidak berpengaruh terhadap pandapatan usahatani jagung, artinya biaya produksi yang diinvestasikan pada usahatani jagung tidak dikelola dengan baik dan efisien akan menurunkan pendapatan usahatani jagung.
4.    Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor biaya sewa lahan berada pada Constant return to scale, akan proporsional atau sebanding dengan penambahan produksi artinya bahwa biaya sewa lahan berpengaruh linier terhadap pendapatan usahatani jagung secara linier di daerah penelitian.

2.   Saran-Saran
  1. Untuk meningkatkan produksi jagung, perlu diperhatikan penggunaan sarana produksi yang sesuai. Dalam arti penggunaan yang efisien sehingga tujuan akhir dari proses produksi yaitu meningkatkan pendapatan dapat tercapai.
  2. Petani jagung kiranya terus meningkatkan penggunaan teknologi dan upaya penyuluhan yang intensif guna meningkatkan produksi jagung yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
3.   Dalam memperoleh hasil yang optimal, disarankan kepada petani usahatani jagung agar menggunakan teknologi yang mampu dalam meningkatkan produksi jagung melalui pemanfaatan biaya produksi sekecil mungkin.

 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.   Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas maka disimpulkan sebagai berikut
1.    Berdasarkan uji F (Pengujian secara serempak) faktor biaya sewa lahan dan faktor biaya produksi berpengaruh linier terhadap pendapatan usahatani jagung.
2.    Faktor produksi biaya sewa lahan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung, artinya setiap biaya sewa lahan yang diinvestasikan dan dikelola dengan baik dan efisien akan meningkatkan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian.
3.    Faktor produksi biaya produksi tidak berpengaruh terhadap pandapatan usahatani jagung, artinya biaya produksi yang diinvestasikan pada usahatani jagung tidak dikelola dengan baik dan efisien akan menurunkan pendapatan usahatani jagung.
4.    Berdasarkan hasil analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor biaya sewa lahan berada pada Constant return to scale, akan proporsional atau sebanding dengan penambahan produksi artinya bahwa biaya sewa lahan berpengaruh linier terhadap pendapatan usahatani jagung secara linier di daerah penelitian.

2.   Saran-Saran
  1. Untuk meningkatkan produksi jagung, perlu diperhatikan penggunaan sarana produksi yang sesuai. Dalam arti penggunaan yang efisien sehingga tujuan akhir dari proses produksi yaitu meningkatkan pendapatan dapat tercapai.
  2. Petani jagung kiranya terus meningkatkan penggunaan teknologi dan upaya penyuluhan yang intensif guna meningkatkan produksi jagung yang berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani.
3.   Dalam memperoleh hasil yang optimal, disarankan kepada petani usahatani jagung agar menggunakan teknologi yang mampu dalam meningkatkan produksi jagung melalui pemanfaatan biaya produksi sekecil mungkin.


DAFTAR PUSTAKA


Entang dan Marzuki . T (2005). Agribisnis; Teori Dan Aplikasinya.  Edisi ke III. Jakarta. Ghalia Indonesia

Downey, W. David dan Steven P. Erickson (1987). Manajemen Agribisnis. Terjemahan Rahidayat dan Alfonsus Sirait, Edisi II. Jakarta. Erlangga.

Hasan, M. Iqbal (2002). Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Dan Apllikasinya. Cet I . Jakarta. Ghalia Indonesia.

Hernanto (1991). Perkembangan Pertanian Di Indonesia. Terjemahan Edhi Martono, Cet I. Yogyakarta. UGM-Press.

Karta Sapoetra (2001). Fungsi Produksi. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.

Mangkuatmodjo, Soegyarto (2004). Statistik Lanjutan. Cet I. Jakarta. Rineka Cipta.

Mangunwidjaja, Djumali dan Illah Sailah (2009). Pengantar Teknologi Pertanian. Cet III. Jakarta: Penebar Swadaya.

Mubyarto (1995). Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Marsono dan Sigit (2005). Pupuk dan Pemupukan Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pinus (1994). Pupuk  dan Usahatani Tanaman Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi I. Jakarta. Rajawali Pers

Rukmana (1997). Tomat & Cherry, Seri Budidaya. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Sudjana (1991). Tanaman Pangan dan Perkembangannya. Edisi ke Enam. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Serealia (2002). Tanaman Hortikultura.  Balai Penelitian Tanaman Pangan. Jurnal. Jakarta.


Soekartawi (1995). Analisis Usahatani. Cet I. Jakarta. UI-Press.

_________ (2005). Agribisnis; Teori Dan Aplikasinya. Cet VIII. Jakarta. Rajawali Pers.

_________ dkk (2003). Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cet III. Jakarta. UI-Press

Soekartawi (2003). Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Suprapto (1992). Usahatani dan Budidaya Tanaman Jagung. Edisi ke Empat. Jakarta. Penerbit. Penebar Swadaya.

Suratiyah (2006). Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta. Penerbit Swadaya.

Su’ud, M. Hassan (2004). Sumber Daya Alam Dalam Kancah Tindakan Ekonomi. Cet III. Banda Aceh. Yayasan Pena.

Su’ud, M. Hassan dan Sri Fitri Hassan (2007). Manajemen Agribisnis Dalam Perspektif Pendekatan Sistem. Cet III. Banda Aceh. Yayasan Pena.

Tim Penulis Penebar Swadaya (2008). Agribisnis Tanaman Perkebunan. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Tim Penyusun Kamus Penebar Swadaya (2003). Kamus Pertanian Umum. Cet III. Jakarta. Penebar Swadaya.

Wiratha, I Made (2005). Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta. CV Andi Offset.

Zulkifli (2005). Tanaman Pangan dan Hortikultura. Yokyakarta. Penerbit Kanisius.



Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH