PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KENTANG DI KAMPUNG ISAQ BUSUR KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH



 BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Pembangunan Kabupaten Bener Meriah tidak bisa terlepas dari sektor pertanian, karena dominan masyarakatnya hidup dan bekerja dari sektor tersebut.  Dengan demikian, khusus pembangunan pertanian harus menerapkan sistem dan usaha agribisnis, artinya jangan seperti yang terjadi selama ini, sebagian besar petani hanya menekuni on farm atau budidaya, sedangkan hulu dan hilir kurang diminati.  Maka agribisnis akan menjadi sektor ekonomi utama baik dalam perekonomian secara keseluruhan maupun bagi ekonomi rakyat. Kesempatan berusaha, kesempatan kerja, sumber pendapatan rakyat, maupun sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagian besar disumbang oleh agribisnis.  Karena itu meningkatkan kinerja pengembangan agribisnis sama artinya dengan membangun perekonomian Kabupaten Bener Meriah secara keseluruhan dan Kampung Isaq Busur pada khususnya, karena adanya keterkaitan.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang banyak di tanam masyarakat kampung Isaq Busur Kabupaten Bener Meriah sekaligus menjadi komoditas unggulan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan regional dan nasioanl. Karena itu pengembangan komoditas kentang tersebut akan berdampak luas bagi ekonomi rakyat.
Pengembangan agribisnis kentang guna memenuhi kebutuhan dalam regional dan ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan penggunaan komoditas kentang dari Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah oleh para konsumen.  Karena itu pengembangan agribisnis kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah perlu untuk dipertimbangkan. Hal tersebut dapat kita lihat pada Tabel berikut yaitu produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit :
Tabel. 1      Perkembangan Jumlah Produksi Kentang di Kampung Isaq Busur           Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.

No
Tahun
Luas Tanah (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
1
2008
23
22
603.420
2
2009
23,5
22,5
606.510
3
2010
22,5
22
602.374
4
2011
25
24
709.286
5
2012
26
25
804.742
6
2013
24
23,4
707.638
Jumlah
144,0
138,9
4.033.970
Rata-Rata
24,0
23,2
672.328
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2014
Sesuai Tabel diatas dapat kita lihat bahwa tingkat perkembangan produksi usahatani komoditi kentang di Kampung Isak Busuk Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dapat dikatakan berpariasi setiap tahunya yaitu pada tahun 2008 jumlah produksi sebesar 603.420 Kg, tahun 2009 jumlah produksi 606.510 Kg, tahun 2010 jumlah produksi 602.374 Kg, tahun 2011 jumlah produksi 709.286 Kg, tahun 2012 jumlah produksi kentang 804.742 Kg dan pada tahun 2013 jumlah produksi kentang di Kampung Isaq Busur mampu memproduksi sebesar 707.638 Kg. Sehingga jumlah total produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sebesar 4.033.970 Kg dengan rata-rata produksi per tahun 672.328 Kg.
Disisi lain Lahan garapan dan tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam usahatani yang mempunyai sifat terbatas. Luas lahan dan modal yang digunakan dalam usahatani harus memenuhi beberapa persyaratan agar tanaman tumbuh dan menghasilkan produksi yang maksimal seperti keadaan ekologi. Keadaan ekologi yang dikehendaki tanaman bervariasi tergantung pada jenis tanaman, meskipun faktor yang mempengaruhi kehidupan tanaman selama pertumbuhan sama. Faktor-faktor ekologi yang dimaksud adalah letak geografi tanah, topografi tanah, sifat tanah (sifat fisika, kimia dan biologis), suhu atau kelembapan, penyinaran cahaya matahari, curah hujan, dan angin (Samadi, 1997).
Luas lahan garapan dianggap sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi hasil pertanian apabila diasumsikan teknologi yang digunakan tidak berubah. Semakin luas lahan yang digunakan, maka jumlah yang dihasilkan dari suatu usahatani semakin banyak. Dewasa ini luas lahan garapan untuk petanian semakin berkurang karena telah berubah fungsi menjadi sarana infrastruktur seperti perumahan, perkantoran, jalan raya dan lain-lain. Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan kedalam: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap terkait dengan modal yang tidak bisa di ubah dalam jangka pendek, diantaranya tanah , alat alat pertanian , bangunan dan sebagainya.

B.  Tujuan Praktek lapang
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dari praktek lapang ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi kentang di Kampung Isaq Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.
C.  Kegunaan Praktek lapang
Adapun kegunaan praktek lapang ini adalah:
1.    Praktek lapang diharapkan dapat berguna bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang agribisnis, yang diperoleh selama di bangku kuliah dan usaha memperdalam pengetahuan dibidang agribisnis.
2.    Praktek lapang ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi tambahan/bahan bacaan bagi Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih dibidang agribisnis komoditi kentang.
3.    Hasil praktek lapang ini diharapkan berguna juga mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi kentang itu sendiri, serta mengetahui sejauh mana kebijakan Pemerintah terhadap tanaman kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.

D.  Tempat dan Waktu Praktek lapang
Praktek lapang ini dilaksanakan di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Objek yang diambil dalam praktek lapang yang akan dilakukan adalah para petani kentang yang ada di Kampung Isaq Busur, dengan luas lahan 23,4 Ha penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki potensi yang baik dalam produksi pertanian kentang dimana banyak terdapat petani kentang di kawasan tersebut. Praktek lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 26 Juni 2014.

E.  Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan data dalam praktek lapang ini yaitu sebagai berikut :
-        wawancara (Interview) yaitu dengan cara berkomunikasi langsung, melalui tanya jawab ini pihak kompeten memberikan keterangan langsung tentang apa yang diperlukan, disini penulis melakukan wawancara langsung kepada para petani komoditi kentang yang berada di Kampung Isaq Busur.
-        Penggunaan kuisioner atau daftar pertanyaan adalah dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan terhadap objek yang diteliti.
-        Studi lapangan (Field Research) adalah cara pengumpulan data dengan pengamatan, yaitu terjun dan melihat langsung ke lapangan, terhadap objek yang diteliti.
-        Studi pustaka dan instasi-instasi terkait yang ada hubungannya dengan praktek lapang ini.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dikelompokkan 2 jenis data berdasarkan cara mendapatkannya yaitu sebagai berikut :
a.       Data primer, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari petani kentang yang diperoleh dengan wawancara, daftar pertanyaan (quisioner), dan studi lapangan (Field Research).
b.      Data Skunder, adalah data yang dikumpulkan melalui studi pustaka, lembaga pemerintahan dan instasi-instasi terkait  yang ada hubungannya dengan praktek lapang ini, yang termasuk data skunder adalah keadaan pertanian secara umum, iklim, curah hujan dan sebagainya yang menyangkut dengan praktek lapang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Kentang
Kentang (Solanum Tuberosum L) adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai dan prospek yang cerah dan merupakan produk pertanian yang sangat dikenal dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
Kentang (Solanum Tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. Sehingga para petani berupaya meningkatkan produksi kentang baik secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K). Berdasarkan Klasifikasi botanisnya, tanaman kentang dikelompokan sebagai berikut:
Kerajaan           : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas                : Magnoliopsida
Upkelas            : Asteridae
Ordo                : Solanales
Famili               : Solanaceae
Genus               : Solanum
Spesies             : S. ruberosum
            Setelah membahas mengenai klasifikasi kentang menurut paparan ilmiah, berikut ini adalah manfaat yang dimiliki kentang ini. Seperti yang telah diketahui bahwa kentang merupakan sebuah bahan masakan yang sangat digemari oleh hampir seluruh orang di penjuru dunia ini. Bahkan di sejumlah daerah, ada yang menjadikan kentang ini sebagai makanan pokok mereka. Selain itu, kentang juga kaya akan kandungan Vitamin B, vitamin C, dan juga beberapa vitamin A yang sangat baik untuk mata kita. Kentang yang juga menjadi sumber karbohidrat yang penting, di Indonesia ini, masih dinilai sebagai sebuah sayuran yang mewah sebab harganya yang melambung tinggi melebihi sayuran yang lainnya.
Tanaman kentang ( Solanum tuberosum L. ) merupakan tanaman pangan yang berasal dari daratan Andes, Amerika Selatan. Tanaman kentang sudah dibudidayakan sejak 8.000 tahun yang lampau. Diperkirakan genus Solanum  terdapat 2000 spesies, 160 -180 diantaranya menghasilkan umbi. Delapan sepesies diantaranya dimanfaatkan menjadi bahan pangan dibeberapa penjuru dunia sesudah gandum, padi dan jagung. Namun hanya 1 spesies yang komersialkan yaitu Solanum tuberosum L. ( Ashari, 1995 ).

Di Indonesia kentang ditemukan pertama kali pada tahun 1794 di daerah Cisarua, Cimahi (Bandung). Jenis kentang yang ditanam di  Cisarua di duga berasal dari Amerika Serikat, yang di bawa oleh orang Eropa. Pada tahun 1811 kentang baru ditanam secara luas di semua daerah oleh pemerintah kolonial pada masa itu (Rukmana, 1998).
Dalam perkembangan selanjutnya tanaman kentang menjadi bahan pangan utama dunia sesudah gandum, padi dan jagung. Indonesia merupakan negara produsen kentang yang cukup besar. Kentang merupakan penghasil devisa yang sangat sangat besar bagi Indonesia di Asia Tengara setelah Malaysia, dari sektor nonmigas. Hasil produksi komiditas tanaman kentang di Indonesia bertujuan  untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, untuk meningkatakan ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara dan meningkatkan pendapatan petani pertanian rakyat dan pengusaha pertanian.

Beberapa tahun terakhir ini laju perkembangan areal penanaman kentang di Indonesia meningkat dengan pesat. Pada tahun 1969 luas areal penanaman kentang yaitu 14.770 ha dengan produksi rata – rata 9 – 10  ton dan pada tahun 1981 seluas 30.278 ha dengan produksi sebesar rata – rata 11.5 – 13 ton.  Pada tahun 1991 luas lahan mencapai 39.620 ha dengan produksi rata- rata 13 ton.  Pada tahun 2000 luas areal tanam tanaman kentang di Indonesia meningkat menjadi 73.068 ha dengan produksinya 977,439 ton dan hasil produksi bersih sekitar 13,4 ton/ha. Sedangkan dari hasil data hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di indonesia Sumatera Barat memiliki luas areal tanaman kentang  15,275 ha dengan produksi 215,981 ton dan hasil produksi bersih 14,1 ton /ha. Berdarakan data dari bps menunjukan Sumatera Barat memiliki areal penanaman  tanaman kentang  nomor dua setelah Jawa Tengah yang terbesar di 22 provinsi, kecuali provinsi Riau, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara (bps.go.id  , 2004).

Walau luas areal lahan terus bertambah tiap tahunnya namun jumlah produksi tanaman kentang tidak terlalu signifikan, ini dapat kita lihat produksi dari tahun 1997 – 2000. Dimana pertambahan produksi tanaman kentang tidak terlalu signifikan mengalami kenaikan. Pada tahun 1997 produksi kentang 813,368 ton, mengalami kenaikan  ± 184,664 ton menjadi 998,032 ton pada tahun 1998. Kenaikan tiapa tahun rata – rata  ± 100 ton dimana produksi tahun 1999 924,058 ton dan pada tahun 2000 menjadi 977,349 ton. Dapat dilihat kenaikan produksi kentang sangat statis ( bps.go.id 2004 ).

Pengembangan budidaya tanaman kentang di Indonesia khususnya di daerah Sumatera tidak saja dikembangkan di kawasan pertanian konvensional tapi juga dikawasan yang sebelumnya tidak dikenal dengan sentra pertanian. Pengembangannya bahkan mempergunakan lahan yang kurang subur, daerah yang curah hujannya kurang dari persyaratan rata-rata optimum.
Daerah Sumatera memiliki curah hujan rata-rata 1000-3000 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Lama penyinaran rata-rata di indonesia optimalnya 9-10 jam/hari sehingga mengurangi kemampuan fotosintesis. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan umbi. Sedangkan kentang membutuhkan lama penyinaran lebih dari 10 jam. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18o-21oC. Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C dan lebih dari 30o C ( Rukmana, 1996 ).
Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80–90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan ( Rukmana, 1996 ).
Hasil kentang Indonesia saat ini masih rendah di bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Filipina dan Tahiland, hal ini disebabkan pemanfaatan lahan masih sangat sedikit. Tanaman kentang dapat di budidayakan di semua tipe tanah. Namun tipe tanah yang sangat baik untuk budidaya tanaman kentang adalah tipe tanah Andosol. Tanah Andosol terbentuk dari pelapukan materi vulkanik dari gunung api. Tanah ini subur dengan warna kehitaman yang remah. Walau tipe tanah Andosol di indonesia sangat banyak namun masih sedikit dimanfaatkan untuk areal budidaya tanaman kentang walau di indonesia memiliki jumlah dataran tinggi paling banyak dan gunung vulkanik, di ketinggian tanam tanaman kentang masih kita temukan tipe – tipe tanah Gromosol, Ultisol, Aluvial dan Latosol yang kurang subur dan masam bagi tanaman kentang.

Selain itu hal – hal yang perlu diperhatikan juga dalam kulitas tanah adalah dapat memenuhi ketersediaan oksigen dalah zona perakaran, menjadi media untuk perkembangan akar, baik untuk kondisi untuk pertumbuhan, mudah diolah dalam pengolahan tanah, memiliki salinitas dan alkalinitas, toksitas tanah rendah, tingkat erosi dan bahaya banjir. Tingkat karakteristik ini dapat ditambah dan dikurangi sesuai dengan tingkat evluasi lahan dalam menentukan kesesuian lahan (  Tim PPT dan Agroklimat, 1993 ).

Para petani kecil banyak yang kurang memahami tipe tanah yang layak tanam untuk kentang sehingga mereka menanam kentang pada lahan-lahan yang kurang subur dan sedikit masam ini, sehingga kurang memberikan hasil yang optimal pada waktu panen. Hal ini tidak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha besar pertanian di indonesia yang memiliki modal besar untuk sebuah analisa yang mahal dilapangan. Yang merupakan investasi awal bagi mereka.

Oleh sebab itu menurut (Lubis, 1992) untuk mendapatkan hasil yang optimal di lahan yang kurang subur diperlukan penambahan bahan organik yang akan meningkatkan kualitas tanah dengan memperbaiki agregasi, aerasi dan kapasitas tanah. Hal ini membutuhkan biaya yang lebih sedikit.
Untuk mendukung pelaksanaan pengembangan usaha budidaya tanaman pertanian, maka dilakukan identifikasi kondisi lahan serta data klimatologi di suatu daerah. Untuk evaluasi kesesuaian lahan ini diperlukan sebuah sistem yang dapat memberikan infomasi yang akurat dalam menunjang keputusan atau tindakan yang tepat dalam memandu produksi tanaman dari penanaman hingga hasil di suatu areal pertanian bagi petani dan pengusaha pertanian  (Lubis, 1992).
Masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha pertanian atau petani adalah sangat sedikitnya sistem informasi evaluasi kesesuaian lahan yang memberikan informasi kesesuaian lahan serta iklim yang mempengaruhi. Sedangkan data akurat di lapangan tidak tersusun dengan baik. Karena terjadi perbedaan data satistik di antara lembaga penelitian pemerintah dan swasta. Padahal sistem infromasi yang akurat dan tepat dapat mendukung petani dan pengusaha dalam memproduksi produksi kentang. Masalah ini dapat diatasi jika ada sebuah alat atau sarana yang dapat mensimulasikan data-data kesesuaian lahan dan iklim suatu daerah apakah cocok dengan syarat tumbuh tanaman tersebut (Lubis, 1992).
B.  Luas Lahan
Luas lahan merupakan hal yang utama dalam menunjang tingkat produksi atau hasil yang akan diterima semakin luas lahan yang diusahakan makan akan semakin tinggi produksi yang dihasilkan. Lahan adalah bagian penting dari kegiatan usahatani karena mengingat balas jasa yang diberikan oleh tanah itu sendri yang akan diterima oleh petani (Suratiyah, 2005: 22).
Menurut Ken Suratiyah (2009 :18) Dipandang dari sudut efesiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksidan pendapatan  per kesatuan luasnya. Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a.    Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.
b.    Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.
c.    Luas tanaman adalah luas tanaman yang ada pada suatu saat.

Lahan pertanaman, tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil produksi pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tenaga dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Mubyarto (1987 : 18)
Mubyarto (2000: 42),  lahan  sebagai  salah  satu  faktor  produksi  yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar  terhadap  usahatani.  Besar  kecilnya  produksi  dari  usahatani  antara  lain dipengaruhi oleh luas  sempitnya lahan  yang digunakan. Meskipun demikian, Soekartawi (1993: 37) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan  lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :
1.    Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat - obatan dan tenaga kerja.
2.    Terbatasnya  persediaan  tenaga  kerja  di  sekitar  daerah  itu  yang  pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.
3.    Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut.
Sebaliknya dengan lahan yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

C.  Tenaga Kerja
Masyhuri (2001: 35) Tenaga kerja adalah penduduk yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki usia kerja (working age population)
·      Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 sampai dengan 65 tahun yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan
·      Susunan penduduk menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)    Penduduk produktif (usia kerja): umur 15 – 65 tahun
b)   Penduduk nonproduktif (dibawah usia kerja): umur 14 tahun kebawah
c)    Penduduk nonproduktif (diatas usia kerja : umur 65 tahun keatas)
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karekteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja di bidag usaha lain yng selain pertanian. Karakterisik menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut :
       Keperluan akan tenaga kerja dalam ushatani tidak kontinyu dan tidak merata.
       Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas.
       Tidak mudah distandarkan, dirasioalkan, dan dispesialisasikan.
       Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karakteristik diatas akan memerlukan sistem-sistem menejerial tertentu yang harus dipahami sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini khususnya di Indoesia sistem menejerial bisanya masih sangat sederhana.

Kerja usahatani keluarga bisanya terdiri atas petani beserta keluarga dan tenaga kerja dari luar yang semuanya berperan dalam usaha tani. Menurut Mosher (1968) petani berperan sebagai manajer, juru tani, dan manusia biasa yang hidup di dalam masyarakat. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan diusahakan, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan. Untuk itu, diperlukan keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Pada dasarnya, terdapat kompromi antara bapak dan ibu tani. Hal tersebut penting dalam penyuluhan. Jika ingin yang disuluhkan dapat mengena maka pendekatanya adalah kepada keduanya, yaitu bapak dan ibu tani. Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan keluarganya. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat disekelilingnya. Besar kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat disekelilingnya tergantug pada teknologi yang digunakan dan sifat masyarakat setempat. Dalam praktiknya, peranan-peranan tersebut saling tekait, tetapi pasti ada salah satu yang menonjol. Sebagai contoh, pada suatu daerah tidak terdapat jenis komoditas a, b, dan c padahal sebetulnya sangat cocok dengan iklim dan jenis tanah setempat dan harganya pun tinggi. Setelah diteliti ternyata komoditas a, b, dan c tersebut tidak umum diusahakan, bahkan tabu bagi daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peranan petani sebagi manajer sangat lemah, tetapi peranan petani sebagi anggota masyarakat sangatlah menonjol.
Tenaga Kerja Manusia  Dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja manusia dipengaruhi :
-     Umur
-     Tingkat kecukupan
-     Pendidikan
-     Tingkat kesehatan
-     Keterampilan
-     Faktor alam (iklim dan kondisi lahan)
-     Pengalaman
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan hal-hal sebagai berikut:  Tenaga kerja (man power) adalah semua penduduk dalam usia kerja (working age population). Petani dalam usahatani, yakni tidak hanya sebagai penyumbang tenaga kerja (labour) melainkan menjadi seorang manajer pula.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah: tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, dan tenaga kerja yang bersifat musiman. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu.  Dengan adanya mobilitas penduduk, penyebaran tenaga kerja semakin merata ke seluruh Indonesia.

D.  Produksi
Pada umumnya produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan adalah dipersiapkan untuk menghadapi permintaan konsumen mengenai perlengkapan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pendapat Robert (1997: 97) menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara bebas bahwa produksi adalah kegiatan dalam mengubah bahan atau produk menjadi barang jadi.
Dari definisi diatas juga, dapat diketahui bahwa produksi itu merupakan tindakan menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan melalui berbagai macam tahapan-tahapan kegiatan memproduksi suatu barang terutama dalam usaha mengubah bahan dalam bentuk dasar atau komponen produk guna untuk memberikan nilai yang lebih dari barang tersebut.
Selanjutnya menurut Assauri (1998: 27) mendefinisikan bahwa produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk menunjang kegiatan tersebut yang dibutuhkan oleh faktor-faktor produksi yang berupa tanah, skill dan modal.
Berdasarkan kegiatan tersebut diatas dapat diketahui bahwa setiap kegiatan yang menciptakan dan juga menambah kegunaan barang merupakan produk.
Hasil akhir dari suatu produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain dapat disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik. Soekartawi (2003: 14)
Produksi adalah penerimaan kotor dalam bentuk fisik yang dihitung dengan satuan berat (Kg), sedangkan nilai produksi adalah penerimaan kotor yang diperoleh adalah produksi dikalikan dengan harga jual (Rp).   M. Hasan Su’ud Dan Sri Fitri Hasan (2007: 198)
Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output. Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali hingga pemasarannya. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa.Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi diasumsikan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Masalah pokok yang dihadapi produsen dalam melakukan kegiatan produksi adalah beberapa output yang diproduksikan dan bagaimanakah mengkombinasikan berbagai input (faktor produksi) agar dapat menghasilkan output secara efesien. Pracoyo Trikuwangsih (2006: 147).
Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa produksi merupakan suatu cara, teknik untuk menciptakan serta menambahkan nilai guna suatu barang, disamping itu juga harus menggunakan faktor-faktor produksi yang berupa tanah, tenaga kerja, modal dan skill.

BAB IV
HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN

A.           Karakteristik Petani Kentang
Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan responden, maka perlu dikemukakan karakteristik petani sampel yang meliputi tingkat usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan dan tenaga kerja. Keberhasilan usahatani kentang sangat tergantung kepada petani itu sendiri dalam mengelolanya, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan produksi usahatani kentang. Secara umum karakteristik petani kentang di daerah Praktek Lapang dapat dilihat pada tabel 6 s/d tabel 9 berikut.    
Tabel 6.        Karakteristik Responden Petani Kentang di Kampung Isaq Busur Berdasarkan Tingkat Usia Tahun 2014

No
Tingkat Usia (Tahun)
Jumlah (Petani)
1.
30 - 35
10
2.
36 - 39
11
3.
40 - 45
17
4.
46 - 49
6
5.
50 - 55
-
Jumlah
44
Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 6 bahwa jumlah responden dalam Praktek Lapang  yang dilakukan berjumlah 44 responden dengan rata-rata usia responden petani kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit berusia 40 tahun.



Tabel 7.     Karakteristik Responden Petani Kentang di Kampung Isaq Busur Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014

No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
1.
SD
9
2.
SLTP
7
3.
SLTA
22
4.
PT
6
Jumlah
44
Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penduduk di daerah Praktek Lapang  berdasarkan tingkat pendidikan yaitu penduduk pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 9 orang, penduduk pada tingkat SLTP sebanyak 7 orang, penduduk pada tingkat SLTA sebanyak 22 orang, dan penduduk pada tingkat Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6 orang.
Tabel 8.     Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani Kentang di Kampung Isaq Busur Tahun 2014

No
Jumlah Tanggungan
Jumlah (Jiwa)
1.
1-2
3
2.
3-4
10
3.
5-6
19
4.
7-8
6
Jumlah
38
Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk di daerah Praktek Lapang  berdasarkan tingkat atau jumlah tanggungan 1-2 sebanyak 3 orang, jumlah tanggungan 3-4 sebanyak 10 orang, jumlah tanggungan 5-6 sebanyak 19 orang, dan jumlah tanggungana 7-8 sebanyak 6 orang.



Tabel 9.        Luas Penggunaan Lahan Kentang di Kampung Isaq Busur Tahun 2014

No
Kriteria Luas Lahan (Ha)
Jumlah Pemilik Lahan (Petani)
Jumlah Lahan (Ha)


1
0.2
9
1.8

2
0.3
5
1.5

3
0.4
4
1.6

4
0.5
14
7

5
1
12
12

Jumlah
2.4
44
23.4

Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 9 bahwa jumlah luas lahan yang digunakan dalam kegiatan produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah yaitu seluah 23,4 Ha.
Tabel 10.      Jumlah Tenaga Kerja per Responden Petani Kentang Sesuai Dengan Penggunaan Luas Lahan.

No
Kriteria Luas Lahan (Ha)
Jumlah TK (Petani)


1
0.2
2

2
0.3
2

3
0.4
2

4
0.5
3

5
1
4

Jumlah
2.4
13

Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 10 Jumlah tenaga kerja dengan luas lahan 0,2 Ha sebanyak 2 orang, luas lahan 0,3 jumlah tenaga kerja 2 orang, luas lahan 0,4 jumlah tenaga kerja 2 orang, luas lahan 0,5 jumlah tenaga kerja 3 orang, luas lahan 1 Ha jumlah tenaga kerja 4 orang, dengan rata-rata tenaga kerja yang digunakan per responden dalam melakukan kegiatan produksi atau usahatani komoditi kentang sebanyak 2 orang tenaga kerja.
1.    Volume Produksi Kentang
Dalam kegiatan produksi usahatani kentang penting untuk mengetahui tingkat atau volume produksi karena hasil produksi sebagai penentu akhir tingkat keberhasilan dalam kegiatan usahatani kentang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 11.      Volume Produksi Kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Tahun 2014

No
Tingkat Produksi (Kg)
Jumlah Pemilik Lahan (Petani)


1
5.000 - 10.000
10

2
11.000 - 15.000
22

3
16.000 - 20.000
0

4
21.000 - 25.000
5

5
26.000 - 30.000
7

Jumlah
44

Sumber: Data Primer Kampung Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 11 bahwa volume produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sebanyak 707.638 Kg/Tahun dalam dua kali masa panen per tahun dengan rata-rata jumlah atau volume produksi per responden sebanyak 16.083 Kg dalam dua kali masa panen per tahun, pada masa panen pertama jumlah atau volume produksi kentang sebanyak 350.758 Kg dengan rata-rata volume produksi kentang pada masa panen pertama per responden sebanyak 7.972 Kg dan pada masa panen kedua jumlah atau volume produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit sebanyak 356.880 Kg dengan rata-rata volume produksi kentang pada masa panen kedua per responden sebanyak 8.111 Kg, jadi jumlah produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dalam satu tahun menghasilkan sebanyak 707. 638 Kg/Tahun.
2.    Uji Asumsi Klasik Pada Regresi Linear Berganda
Sebelum dilakuka uji kesesuaian hasil analisis, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linear berganda produksi usahatani kentang yang dispesifikasikan, hasil pengujian asumsi klasik diuraikan sebagai berikut.
a.    Uji Asumsi Normalitas
a.a. Analisis Grafik
Hasil uji asumsi normalitas residual model produksi usahatani kentang dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.  Grafik Uji Asumsi Normalitas dan Histogram Normalitas Model Produksi Usahatani Kentang.

 










Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagam histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linear produksi usahatani kentang memenuhi asumsi normalitas.

b.    Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi disajikan pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,845, angka ini mendekati kriteria Durbin Watson dimana nilai Durbin Watson berada disekitar angka 2. Hal ini menunjukkan tidak terjadi Autokorelasi. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda produksi usahatani kentang terbebas dari masalah Autokorelasi.
Tabel 12.   Hasil Uji Asumsi Autorelasi Model Jumlah Produksi Kentang Menggunakan Statistik Autokorelasi.

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
.942a
.888
.882
2.162,238
.888
161.805
2
41
.000
1.845
a. Predictors: (Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan

b. Dependent Variable: Y.Produksi






B.       Pembahasan
1.    Hasil Analisis
Data-data tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang terarah (positif) antara luas lahan, tenaga kerja terhadap produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah,  artinya apabila luas lahan dan tenaga kerja yang digunakan meningkat atau naik maka terdapat kecendrungan tingkat atau jumlah produksi kentang akan meningkat pula, keadaan ini dapat diperlihatkan oleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Ŷ = 2170,552 + 14365,466 X1 + 1319,745 X2
Berdasarkan keterangan diatas terlihat bahwa variabel luas lahan dan tenaga kerja di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit berslop positif dengan besaran Slop X1 = 14365,466 dan X2 = 1319,745.
Apabila di asumsikan luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) yang digunakan serta konstan (tetap) maka persamaan regresi linier berganda tersebut diatas dapat ditulis sebagai berikut : Hasil estimasi persamaan regresi linier berganda antara luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) terhadap produksi kentang (Y) adalah sebagai berikut :
Ŷ    =   2170,552 + 14365,466 X1 + 1319,745 X2   (Persamaan Regresi)
Se    =   (2043,570) (2971,103)        (830,738)         (Standar error)
t      =   1,062               4,835            1,589               (Uji – t)
R2   =   0,888                                                            (Koefisien Determinasi)
R     =   0,942                                                            (Koefisien Korelasi)
F     =   161,805                                                        (Uji – F)

Dari hasil estimasi tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Coefficienta
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2170.552
2043.570

1.062
.294
X1.LuasLahan
14365.466
2971.103
.718
4.835
.000
X2.TenagaKerja
1319.745
830.738
.236
1.589
.120
a. Dependent Variable: Y.Produksi





Keterangan :
Ŷ           =   Produksi Kentang
a             =   Konstanta
b1, b2        =   Koefisien Regresi
X1          =   Luas Lahan
X2          =   Tenaga Kerja
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a      :    Konstanta sebesar 2170,552: artinya jika Luas Lahan (X1) dan Tenaga Kerja (X2) nilainya adalah 0, maka jumlah produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit diperkirakan tetap (constant) setiap tahunnya rata-rata sebesar 2170,552.
b1    :    Koefisien regresi variabel Luas Lahan (Ha) sebesar 14365,466: artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan Luas Lahan (X1) mengalami kenaikan 1%, maka tingkat produksi kentang (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 14365,466, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Luas Lahan (X1) dengan produksi kentang yaitu apabila semakin meningkat penggunaan luas lahan (X1) maka akan semakin meningkat pula tingkat produksi kentang.
b2    :    Koefisien regresi variable tenaga kerja (X1) sebesar 1319,745: artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan Tenaga Kerja (X2) mengalami peningkatan sebesar 1% (Rp), maka produksi kentang (Y) akan mengalami peningkatan, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Tenaga Kerja (X2) dengan tingkat produksi kentang (Y).



Hasil analisis koefisien determinasi (R2) dapat dijelakan sebagai berikut :
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate


1
.942a
.888
.882
2.162,238

a. Predictors: (Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan

b. Dependent Variable: Y.Produksi



Berdasarkan Tabel 14 model summary diatas, bahwa diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,888 atau sebesar 88,8%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen Luas Lahan (X1) dan Tenaga Kerja (X2) terhadap variabel dependen produksi Kentang (Y) sebesar 88,8%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (luas lahan dan tenaga kerja) mampu menjelaskan sebesar 88,8% variasi variabel dependen (produksi kentang), sedangkan sisanya sebesar 11,2% dipengaruhi oleh variabel lain atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model Praktek Lapang  ini.
Hasil analisis Korelasi Ganda (R) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel model summary 14, diperoleh angka R sebesar 0,942. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) terhadap produksi kentang (Y). Standard Error of The Estimate yaitu suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi didapat nilai 2.162,238.
Hasil analisis Uji koefisien regresi secara parsial (Uji-t) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Coefficienta
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2170.552
2043.570

1.062
.294
X1.LuasLahan
14365.466
2971.103
.718
4.835
.000
X2.TenagaKerja
1319.745
830.738
.236
1.589
.120
a. Dependent Variable: Y.Produksi




Kriteria pengujian :
-     Ho diterima bila thitung < ttabel : Tidak terdapat pengaruh signifikan
-     Ho ditolak bila thitung > ttabel : Terdapat pengaruh signifikan
Dari hasil analisis diperoleh nilai thitung > ttabel (4,835 > 3,209), maka Ho ditolak, artinya secara parsial berpengaruh secara signifikan antara luas lahan (X1) dengan produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, dan diperoleh nilai thitung < ttabel (1,589 < 3,209), maka Ho tolak, artinya secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan antara tenaga kerja (X2) dengan produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial Luas Lahan (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kentang (Y) dan tenaga kerja (X1) tidak berpengaruh positif terhadap produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.
Hasil Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji-F) dapat dijelaskan sebagai berikut :

ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
1.513E9
2
7.565E8
161.805
.000a
Residual
1.917E8
41
4675271.065


Total
1.705E9
43



a. Predictors: (Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan


b. Dependent Variable: Y.Produksi



Kriteria pengujian :
-     Ho diterima bila Fhitung < Ftabel : Tidak terdapat pengaruh signifikan
-     Ho ditolak bila Fhitung > Ftabel : Terdapat pengaruh signifikan
Dari hasil analisis diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (161,805 > 2,015), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) secara bersama-sama terhadap jumlah produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit.
 

BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari hasil praktek lapang pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1.    Uji pengaruh variabel secara serempak dimana variabel luas lahan (X1) dan variabel tenaga kerja (X2) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent produksi kentang (Y).
2.    Uji variabel secara parsial dimana variabel independent luas lahan (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent produksi kentang (Y), dan variabel independent tenaga kerja (X2) juga berpengaruh nyata terhadap variabel dependent produksi kentang (Y).
B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat disampaikan dalam praktek lapang ini, sebagai berikut :
1.   Diharapkan kepada Pemerintah Daerah khususnya Kecamatan Bukit dalam lingkup Kabupaten Bener Meriah agar kiranya lebih meningkatkan perhatian dalam hal produksi komoditi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sehingga dapat meningkatkan tingkat produksi kentang itu sendiri secara kuantitas dan kualitas yang lebih baik.
2.   Diharapkan kepada petani agar menjaga kualitas kentang yang dihasilkan sehingga berpengaruh terhadap tingkat produksi kentang kedepan.


DAFTAR PUSTAKA


Danie, Moehar, (2004), Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta

Hernanto, Fadholi, (1991), Ilmu Usahatani, Penebar swadaya, Jakarta

Kartasapoetra. G, (1986),  Marketing Produk Pertanian Dan Industry, Rhineka Cipta, Jakarta

Mubyarto, (1989), Pengantar IImu Pertanian, LP3ES, Jakarta

Mosher (1968), Tenaga Kerja Dalam Usaha Tani dan Peranan, Penebar Swadaya, Jakarta
Masyhuri (2001), Ketenagakerjaan, Gramedia, Jakarta
Pangabean Sitorus Dan Wh Limbung, (1995), Penengantar Tataniaga Pertanain (Program Studi Manajer Koperasi Unit Desa (KUD), Fakultas Politeknik Pertanian Institute Pertanian Bogor)
Soekartawi, (1995), Analisis Usahatani, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta

Sugiyono, (2001), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung

Sugiyono, (2012), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung

Soekartawi, (2003), Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, Raja grafindo Persada, Jakarta

Su’ud, M. Hassan, (2007), Pengantar IImu Pertanian, Yayasan Pena, Banda Aceh

Su’ud, M. Hassan Dan Hasan, Sri Fitri, (2007), Manajemen Agribisnis Dalam Perspektif Pendekatan Sistem, Yayasan Pena, Banda Aceh

Supranto, J. (2010), Eonometri, Ghalia Indonesia, Bogor

Suratiyah, Ken, (2009), Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta

Suratiyah, Dkk, (2005), Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta

Trikuwangsih, Pracoyo, (2006), Aspek Dasar Ekonomi Mikro, Gramedia Widia Sarana, Jakarta

Tohir (1983), Tenaga Kerja Dalam sektor Pertanian, Raja grafindo Persada, Jakarta
 

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH