PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KENTANG DI KAMPUNG ISAQ BUSUR KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Kabupaten Bener Meriah tidak bisa terlepas dari
sektor pertanian, karena dominan masyarakatnya hidup dan bekerja dari sektor
tersebut. Dengan demikian, khusus
pembangunan pertanian harus menerapkan sistem dan usaha agribisnis, artinya
jangan seperti yang terjadi selama ini, sebagian besar petani hanya menekuni on
farm atau budidaya, sedangkan hulu dan hilir kurang diminati. Maka agribisnis akan menjadi sektor ekonomi
utama baik dalam perekonomian secara keseluruhan maupun bagi ekonomi rakyat. Kesempatan
berusaha, kesempatan kerja, sumber pendapatan rakyat, maupun sumber pendapatan
asli daerah (PAD) sebagian besar disumbang oleh agribisnis. Karena itu meningkatkan kinerja pengembangan
agribisnis sama artinya dengan membangun perekonomian Kabupaten Bener Meriah
secara keseluruhan dan Kampung Isaq Busur pada khususnya, karena adanya
keterkaitan.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang banyak di tanam
masyarakat kampung Isaq Busur Kabupaten Bener Meriah sekaligus menjadi
komoditas unggulan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan regional dan
nasioanl. Karena itu pengembangan komoditas kentang tersebut akan berdampak
luas bagi ekonomi rakyat.
Pengembangan agribisnis kentang guna memenuhi kebutuhan dalam
regional dan ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan penggunaan komoditas
kentang dari Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah oleh
para konsumen. Karena itu pengembangan
agribisnis kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah
perlu untuk dipertimbangkan. Hal
tersebut dapat kita lihat pada Tabel berikut yaitu produksi kentang di Kampung
Isaq Busur Kecamatan Bukit :
Tabel. 1 Perkembangan
Jumlah Produksi Kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah.
No
|
Tahun
|
Luas Tanah (Ha)
|
Luas Panen (Ha)
|
Produktivitas (Kg/Ha)
|
1
|
2008
|
23
|
22
|
603.420
|
2
|
2009
|
23,5
|
22,5
|
606.510
|
3
|
2010
|
22,5
|
22
|
602.374
|
4
|
2011
|
25
|
24
|
709.286
|
5
|
2012
|
26
|
25
|
804.742
|
6
|
2013
|
24
|
23,4
|
707.638
|
Jumlah
|
144,0
|
138,9
|
4.033.970
|
|
Rata-Rata
|
24,0
|
23,2
|
672.328
|
Sumber: BPS Kabupaten Bener Meriah, 2014
Sesuai Tabel diatas dapat kita lihat bahwa
tingkat perkembangan produksi usahatani komoditi kentang di Kampung Isak Busuk
Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dapat dikatakan berpariasi setiap
tahunya yaitu pada tahun 2008 jumlah produksi sebesar 603.420 Kg, tahun 2009
jumlah produksi 606.510 Kg, tahun 2010 jumlah produksi 602.374 Kg, tahun 2011
jumlah produksi 709.286 Kg, tahun 2012 jumlah produksi kentang 804.742 Kg dan
pada tahun 2013 jumlah produksi kentang di Kampung Isaq Busur mampu memproduksi
sebesar 707.638 Kg. Sehingga jumlah total produksi kentang di Kampung Isaq
Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sebesar 4.033.970 Kg dengan rata-rata produksi per tahun 672.328 Kg.
Disisi lain Lahan garapan dan tenaga
kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam usahatani yang
mempunyai sifat terbatas. Luas lahan dan modal yang digunakan dalam usahatani
harus memenuhi beberapa persyaratan agar tanaman tumbuh dan menghasilkan
produksi yang maksimal seperti keadaan ekologi. Keadaan ekologi yang
dikehendaki tanaman bervariasi tergantung pada jenis tanaman, meskipun faktor
yang mempengaruhi kehidupan tanaman selama pertumbuhan sama. Faktor-faktor
ekologi yang dimaksud adalah letak geografi tanah, topografi tanah, sifat tanah
(sifat fisika, kimia dan biologis), suhu atau kelembapan, penyinaran cahaya
matahari, curah hujan, dan angin (Samadi, 1997).
Luas lahan garapan
dianggap sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi hasil pertanian
apabila diasumsikan teknologi yang digunakan tidak berubah. Semakin luas lahan
yang digunakan, maka jumlah yang dihasilkan dari suatu usahatani semakin
banyak. Dewasa ini luas lahan garapan untuk petanian semakin berkurang karena
telah berubah fungsi menjadi sarana infrastruktur seperti perumahan,
perkantoran, jalan raya dan lain-lain. Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan
kedalam: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap terkait dengan modal yang
tidak bisa di ubah dalam jangka pendek, diantaranya tanah , alat alat pertanian
, bangunan dan sebagainya.
B. Tujuan Praktek lapang
Berdasarkan latar
belakang dan identifikasi masalah diatas tujuan yang ingin dicapai dari praktek
lapang ini adalah: Untuk
mengetahui pengaruh luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi kentang di
Kampung Isaq Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.
C. Kegunaan Praktek lapang
Adapun kegunaan praktek
lapang ini adalah:
1.
Praktek lapang diharapkan dapat berguna
bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang agribisnis, yang
diperoleh selama di bangku kuliah dan usaha memperdalam pengetahuan dibidang
agribisnis.
2.
Praktek lapang ini diharapkan dapat
berguna sebagai bahan informasi tambahan/bahan bacaan bagi Mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Gajah Putih dibidang agribisnis komoditi kentang.
3.
Hasil praktek lapang ini diharapkan
berguna juga mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan luas lahan dan tenaga
kerja terhadap produksi kentang itu sendiri, serta mengetahui sejauh mana
kebijakan Pemerintah terhadap tanaman kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah.
D. Tempat dan Waktu Praktek lapang
Praktek lapang
ini dilaksanakan di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah.
Objek yang diambil dalam praktek lapang yang akan dilakukan adalah para petani
kentang yang ada di Kampung Isaq Busur, dengan luas lahan 23,4 Ha penentuan
lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki
potensi yang baik dalam produksi pertanian kentang dimana banyak terdapat
petani kentang di kawasan tersebut. Praktek lapang ini dilaksanakan
mulai tanggal 26 Juni 2014.
E. Metode Pengumpulan Data
Adapun
cara pengumpulan data dalam praktek lapang ini yaitu sebagai berikut :
-
wawancara (Interview) yaitu dengan cara berkomunikasi langsung, melalui
tanya jawab ini pihak kompeten memberikan keterangan langsung tentang apa yang
diperlukan, disini penulis melakukan wawancara langsung kepada para petani
komoditi kentang yang berada di Kampung Isaq Busur.
-
Penggunaan kuisioner atau daftar
pertanyaan adalah dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan terhadap objek yang diteliti.
-
Studi lapangan (Field Research) adalah cara pengumpulan data dengan pengamatan,
yaitu terjun dan melihat langsung ke lapangan, terhadap objek yang diteliti.
-
Studi pustaka dan instasi-instasi
terkait yang ada hubungannya dengan praktek lapang ini.
Berdasarkan
keterangan di atas, maka dapat dikelompokkan 2 jenis data berdasarkan cara
mendapatkannya yaitu sebagai berikut :
a.
Data primer, adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung dari petani kentang yang diperoleh dengan wawancara,
daftar pertanyaan (quisioner), dan
studi lapangan (Field Research).
b.
Data Skunder, adalah data yang
dikumpulkan melalui studi pustaka, lembaga pemerintahan dan instasi-instasi
terkait yang ada hubungannya dengan praktek
lapang ini, yang termasuk data skunder adalah keadaan pertanian secara umum,
iklim, curah hujan dan sebagainya yang menyangkut dengan praktek lapang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kentang
Kentang (Solanum Tuberosum
L) adalah salah satu komoditas yang memiliki nilai dan prospek yang cerah
dan merupakan produk pertanian yang sangat dikenal dalam kehidupan sehari-hari
oleh masyarakat Indonesia.
Kentang (Solanum Tuberosum
L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting.
Sehingga para petani berupaya meningkatkan produksi kentang baik secara
kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K). Berdasarkan Klasifikasi botanisnya, tanaman kentang
dikelompokan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Upkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : S. ruberosum
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Upkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : S. ruberosum
Setelah
membahas mengenai klasifikasi kentang menurut paparan ilmiah, berikut
ini adalah manfaat yang dimiliki kentang ini. Seperti yang telah diketahui
bahwa kentang merupakan sebuah bahan masakan yang sangat digemari oleh hampir seluruh
orang di penjuru dunia ini. Bahkan di sejumlah daerah, ada yang menjadikan
kentang ini sebagai makanan pokok mereka. Selain itu, kentang juga kaya akan
kandungan Vitamin B, vitamin C, dan juga beberapa vitamin A yang sangat baik
untuk mata kita. Kentang yang juga menjadi sumber karbohidrat yang penting, di
Indonesia ini, masih dinilai sebagai sebuah sayuran yang mewah sebab harganya
yang melambung tinggi melebihi sayuran yang lainnya.
Tanaman kentang ( Solanum tuberosum L. ) merupakan tanaman
pangan yang berasal dari daratan Andes, Amerika Selatan. Tanaman kentang sudah
dibudidayakan sejak 8.000 tahun yang lampau. Diperkirakan genus Solanum terdapat 2000 spesies, 160 -180 diantaranya
menghasilkan umbi. Delapan sepesies diantaranya dimanfaatkan menjadi bahan
pangan dibeberapa penjuru dunia sesudah gandum, padi dan jagung. Namun hanya 1
spesies yang komersialkan yaitu Solanum
tuberosum L. ( Ashari, 1995 ).
Di Indonesia kentang
ditemukan pertama kali pada tahun 1794 di daerah Cisarua, Cimahi (Bandung).
Jenis kentang yang ditanam di Cisarua di
duga berasal dari Amerika Serikat, yang di bawa oleh orang Eropa. Pada tahun
1811 kentang baru ditanam secara luas di semua daerah oleh pemerintah kolonial
pada masa itu (Rukmana, 1998).
Dalam perkembangan
selanjutnya tanaman kentang menjadi bahan pangan utama dunia sesudah gandum,
padi dan jagung. Indonesia merupakan negara produsen kentang yang cukup besar. Kentang merupakan
penghasil devisa yang sangat sangat besar bagi Indonesia di Asia Tengara
setelah Malaysia, dari sektor nonmigas. Hasil produksi komiditas tanaman
kentang di Indonesia bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan dalam negeri, untuk meningkatakan ekspor dalam rangka
meningkatkan devisa negara dan meningkatkan pendapatan petani pertanian rakyat
dan pengusaha pertanian.
Beberapa tahun terakhir ini laju
perkembangan areal penanaman kentang di Indonesia meningkat dengan pesat. Pada
tahun 1969 luas areal penanaman kentang yaitu 14.770 ha dengan produksi rata –
rata 9 – 10 ton dan pada tahun 1981
seluas 30.278 ha dengan produksi sebesar rata – rata 11.5 – 13 ton. Pada tahun 1991 luas lahan mencapai 39.620 ha
dengan produksi rata- rata 13 ton. Pada
tahun 2000 luas areal tanam tanaman kentang di Indonesia meningkat menjadi
73.068 ha dengan produksinya 977,439 ton dan hasil produksi bersih sekitar 13,4
ton/ha. Sedangkan dari hasil data hasil survei pertanian produksi tanaman
sayuran di indonesia Sumatera Barat memiliki luas areal tanaman kentang 15,275 ha dengan produksi 215,981 ton dan hasil
produksi bersih 14,1 ton /ha. Berdarakan data dari bps menunjukan Sumatera
Barat memiliki areal penanaman tanaman
kentang nomor dua setelah Jawa Tengah
yang terbesar di 22 provinsi, kecuali provinsi Riau, DKI Jakarta, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara (bps.go.id , 2004).
Walau luas areal lahan terus
bertambah tiap tahunnya namun jumlah produksi tanaman kentang tidak terlalu
signifikan, ini dapat kita lihat produksi dari tahun 1997 – 2000. Dimana
pertambahan produksi tanaman kentang tidak terlalu signifikan mengalami
kenaikan. Pada tahun 1997 produksi kentang 813,368 ton, mengalami kenaikan ± 184,664 ton menjadi 998,032 ton pada tahun
1998. Kenaikan tiapa tahun rata – rata ±
100 ton dimana produksi tahun 1999 924,058 ton dan pada tahun 2000 menjadi 977,349
ton. Dapat dilihat kenaikan produksi kentang sangat statis ( bps.go.id 2004 ).
Pengembangan budidaya tanaman
kentang di Indonesia khususnya di daerah Sumatera tidak saja dikembangkan di
kawasan pertanian konvensional tapi juga dikawasan yang sebelumnya tidak
dikenal dengan sentra pertanian. Pengembangannya bahkan mempergunakan lahan
yang kurang subur, daerah yang curah hujannya kurang dari persyaratan rata-rata
optimum.
Daerah Sumatera memiliki curah
hujan rata-rata 1000-3000
mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Lama penyinaran rata-rata di indonesia optimalnya 9-10
jam/hari sehingga mengurangi kemampuan fotosintesis. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan umbi. Sedangkan kentang membutuhkan lama penyinaran
lebih dari 10 jam. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18o-21oC.
Pertumbuhan umbi akan terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10o C
dan lebih dari 30o C ( Rukmana, 1996 ).
Kelembaban yang sesuai untuk tanaman
kentang adalah 80–90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman
mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan ( Rukmana, 1996 ).
Hasil kentang Indonesia saat ini
masih rendah di bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Filipina dan
Tahiland, hal ini disebabkan pemanfaatan lahan masih sangat sedikit. Tanaman
kentang dapat di budidayakan di semua tipe tanah. Namun tipe tanah yang sangat
baik untuk budidaya tanaman kentang adalah tipe tanah Andosol. Tanah Andosol
terbentuk dari pelapukan materi vulkanik dari gunung api. Tanah ini subur
dengan warna kehitaman yang remah. Walau tipe tanah Andosol di indonesia sangat
banyak namun masih sedikit dimanfaatkan untuk areal budidaya tanaman kentang
walau di indonesia memiliki jumlah dataran tinggi paling banyak dan gunung
vulkanik, di ketinggian tanam tanaman kentang masih kita temukan tipe – tipe
tanah Gromosol, Ultisol, Aluvial dan Latosol yang kurang subur dan masam bagi
tanaman kentang.
Selain itu hal – hal yang perlu
diperhatikan juga dalam kulitas tanah adalah dapat memenuhi ketersediaan
oksigen dalah zona perakaran, menjadi media untuk perkembangan akar, baik untuk
kondisi untuk pertumbuhan, mudah diolah dalam pengolahan tanah, memiliki
salinitas dan alkalinitas, toksitas tanah rendah, tingkat erosi dan bahaya
banjir. Tingkat karakteristik ini dapat ditambah dan dikurangi sesuai dengan
tingkat evluasi lahan dalam menentukan kesesuian lahan ( Tim PPT dan Agroklimat, 1993
).
Para petani kecil banyak yang
kurang memahami tipe tanah yang layak tanam untuk kentang sehingga mereka menanam kentang pada lahan-lahan yang kurang subur dan sedikit
masam ini, sehingga kurang memberikan hasil yang optimal pada waktu panen. Hal
ini tidak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha besar pertanian di
indonesia yang memiliki modal besar untuk sebuah analisa yang mahal dilapangan.
Yang merupakan investasi awal bagi mereka.
Oleh sebab itu
menurut (Lubis, 1992) untuk mendapatkan hasil yang optimal di lahan yang
kurang subur diperlukan penambahan bahan organik yang akan meningkatkan
kualitas tanah dengan memperbaiki agregasi, aerasi dan kapasitas tanah. Hal ini
membutuhkan biaya yang lebih sedikit.
Untuk mendukung
pelaksanaan pengembangan usaha budidaya tanaman pertanian, maka dilakukan
identifikasi kondisi lahan serta data klimatologi di suatu daerah. Untuk
evaluasi kesesuaian lahan ini diperlukan sebuah sistem yang dapat memberikan
infomasi yang akurat dalam menunjang keputusan atau tindakan yang tepat dalam
memandu produksi tanaman dari penanaman hingga hasil di suatu areal pertanian
bagi petani dan pengusaha pertanian (Lubis, 1992).
Masalah utama yang
dihadapi oleh pengusaha pertanian atau petani adalah sangat sedikitnya sistem
informasi evaluasi kesesuaian lahan yang memberikan informasi kesesuaian lahan
serta iklim yang mempengaruhi. Sedangkan data akurat di lapangan tidak tersusun
dengan baik. Karena terjadi perbedaan data satistik di antara lembaga
penelitian pemerintah dan swasta. Padahal sistem infromasi yang akurat dan
tepat dapat mendukung petani dan pengusaha dalam memproduksi produksi kentang.
Masalah ini dapat diatasi jika ada sebuah alat atau sarana yang dapat mensimulasikan
data-data kesesuaian lahan dan iklim suatu daerah apakah cocok dengan syarat
tumbuh tanaman tersebut (Lubis, 1992).
B. Luas Lahan
Luas
lahan merupakan hal yang utama dalam menunjang tingkat produksi atau hasil yang
akan diterima semakin luas lahan yang diusahakan makan akan semakin tinggi
produksi yang dihasilkan. Lahan adalah bagian penting dari kegiatan usahatani
karena mengingat balas jasa yang diberikan oleh tanah itu sendri yang akan
diterima oleh petani (Suratiyah, 2005: 22).
Menurut
Ken Suratiyah (2009 :18) Dipandang dari sudut efesiensi,
semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksidan
pendapatan per kesatuan luasnya.
Pengukuran luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Luas
total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani termasuk
sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan sebagainya.
b.
Luas
lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat ditanami/diusahakan.
c.
Luas
tanaman adalah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
Lahan
pertanaman, tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik
hasil-hasil produksi pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan
darimana hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan
paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh
tenaga dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. Mubyarto (1987 : 18)
Mubyarto (2000: 42),
lahan sebagai salah satu faktor produksi
yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup
besar terhadap usahatani. Besar kecilnya
produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh
luas sempitnya lahan yang digunakan. Meskipun demikian, Soekartawi (1993: 37) menyatakan bahwa bukan berarti
semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan
lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :
1. Lemahnya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk,
obat - obatan dan tenaga kerja.
2. Terbatasnya persediaan
tenaga kerja di sekitar daerah itu
yang pada akhirnya akan mempengaruhi
efisiensi usaha pertanian tersebut.
3. Terbatasnya persediaan modal untuk
membiayai usaha pertanian tersebut.
Sebaliknya dengan lahan yang luasnya relatif sempit, upaya
pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga
kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak
terlalu besar.
C. Tenaga Kerja
Masyhuri (2001: 35) Tenaga kerja adalah penduduk
yang siap melakukan pekerjaan, penduduk yang telah memasuki usia kerja (working
age population)
·
Angkatan kerja adalah
penduduk yang berumur 15 sampai dengan 65 tahun yang sedang bekerja atau
mencari pekerjaan
·
Susunan penduduk
menurut umurnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a)
Penduduk produktif
(usia kerja): umur 15 – 65 tahun
b)
Penduduk nonproduktif
(dibawah usia kerja): umur 14 tahun kebawah
c)
Penduduk nonproduktif
(diatas usia kerja : umur 65 tahun keatas)
Tenaga kerja dalam
usahatani memiliki karekteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja di
bidag usaha lain yng selain pertanian. Karakterisik menurut Tohir (1983) adalah
sebagai berikut :
•
Keperluan akan tenaga kerja dalam ushatani tidak kontinyu
dan tidak merata.
•
Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas.
•
Tidak mudah distandarkan, dirasioalkan, dan
dispesialisasikan.
•
Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Karakteristik diatas akan memerlukan sistem-sistem menejerial
tertentu yang harus dipahami sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri.
Selama ini khususnya di Indoesia sistem menejerial bisanya masih sangat
sederhana.
Kerja usahatani
keluarga bisanya terdiri atas petani beserta keluarga dan tenaga kerja dari
luar yang semuanya berperan dalam usaha tani. Menurut Mosher (1968) petani
berperan sebagai manajer, juru tani, dan manusia biasa yang hidup di dalam
masyarakat. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif
yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus
menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan diusahakan, menentukan cara-cara
pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan
permodalan. Untuk itu, diperlukan keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan. Pada dasarnya, terdapat kompromi antara bapak dan ibu tani. Hal
tersebut penting dalam penyuluhan. Jika ingin yang disuluhkan dapat mengena
maka pendekatanya adalah kepada keduanya, yaitu bapak dan ibu tani. Petani
sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu
berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga harus
berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan keluarganya. Sebaliknya,
petani juga membutuhkan bantuan masyarakat disekelilingnya. Besar kecilnya
kebutuhan bantuan terhadap masyarakat disekelilingnya tergantug pada teknologi yang
digunakan dan sifat masyarakat setempat. Dalam praktiknya, peranan-peranan
tersebut saling tekait, tetapi pasti ada salah satu yang menonjol. Sebagai
contoh, pada suatu daerah tidak terdapat jenis komoditas a, b, dan c padahal
sebetulnya sangat cocok dengan iklim dan jenis tanah setempat dan harganya pun
tinggi. Setelah diteliti ternyata komoditas a, b, dan c tersebut tidak umum
diusahakan, bahkan tabu bagi daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peranan
petani sebagi manajer sangat lemah, tetapi peranan petani sebagi anggota
masyarakat sangatlah menonjol.
Tenaga Kerja Manusia
Dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja
manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat
kemampuannya. Tenaga kerja manusia dipengaruhi :
-
Umur
-
Tingkat kecukupan
-
Pendidikan
-
Tingkat kesehatan
-
Keterampilan
-
Faktor alam (iklim dan
kondisi lahan)
-
Pengalaman
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan hal-hal sebagai
berikut: Tenaga kerja (man power) adalah
semua penduduk dalam usia kerja (working age population). Petani dalam usahatani, yakni tidak hanya sebagai penyumbang tenaga kerja
(labour) melainkan menjadi seorang manajer pula. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
faktor produksi tenaga kerja adalah: tersedianya tenaga kerja, kualitas tenaga
kerja, jenis kelamin, dan tenaga kerja yang bersifat musiman. Produktivitas
merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan
sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Dengan adanya mobilitas penduduk, penyebaran
tenaga kerja semakin merata ke seluruh Indonesia.
D. Produksi
Pada umumnya produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan
adalah dipersiapkan untuk menghadapi permintaan konsumen mengenai perlengkapan
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pendapat
Robert (1997: 97) menterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara bebas
bahwa produksi adalah kegiatan dalam mengubah bahan atau produk menjadi barang
jadi.
Dari definisi diatas juga, dapat diketahui bahwa produksi itu
merupakan tindakan menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan melalui
berbagai macam tahapan-tahapan kegiatan memproduksi suatu barang terutama dalam
usaha mengubah bahan dalam bentuk dasar atau komponen produk guna untuk
memberikan nilai yang lebih dari barang tersebut.
Selanjutnya menurut Assauri (1998: 27) mendefinisikan bahwa
produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) suatu barang atau jasa untuk menunjang kegiatan tersebut yang
dibutuhkan oleh faktor-faktor produksi yang berupa tanah, skill dan modal.
Berdasarkan kegiatan tersebut diatas dapat diketahui bahwa
setiap kegiatan yang menciptakan dan juga menambah kegunaan barang merupakan
produk.
Hasil akhir dari suatu produksi
adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau
lainnya dapat bervariasi yang antara lain dapat disebabkan karena perbedaan
kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh
proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula
sebaliknya, kualitas menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan
dengan kurang baik. Soekartawi (2003: 14)
Produksi adalah penerimaan kotor
dalam bentuk fisik yang dihitung dengan satuan berat (Kg), sedangkan nilai
produksi adalah penerimaan kotor yang diperoleh adalah produksi dikalikan
dengan harga jual (Rp). M. Hasan Su’ud
Dan Sri Fitri Hasan (2007: 198)
Produksi adalah suatu proses
merubah kombinasi berbagai input menjadi output. Pengertian produksi tidak
hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga penyimpanan, distribusi,
pengangkutan, pengemasan kembali hingga pemasarannya. Istilah produksi berlaku
untuk barang maupun jasa.Setiap produsen dalam melakukan kegiatan produksi
diasumsikan dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Masalah pokok yang dihadapi
produsen dalam melakukan kegiatan produksi adalah beberapa output yang
diproduksikan dan bagaimanakah mengkombinasikan berbagai input (faktor
produksi) agar dapat menghasilkan output secara efesien. Pracoyo Trikuwangsih
(2006: 147).
Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa produksi merupakan
suatu cara, teknik untuk menciptakan serta menambahkan nilai guna suatu barang,
disamping itu juga harus menggunakan faktor-faktor produksi yang berupa tanah,
tenaga kerja, modal dan skill.
BAB IV
HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Petani Kentang
Untuk mendapatkan gambaran mengenai
keadaan responden, maka perlu dikemukakan karakteristik petani sampel yang
meliputi tingkat usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan dan
tenaga kerja. Keberhasilan usahatani kentang sangat tergantung kepada petani
itu sendiri dalam mengelolanya, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan produksi
usahatani kentang. Secara umum karakteristik petani kentang di daerah Praktek
Lapang dapat dilihat pada tabel 6 s/d tabel 9 berikut.
Tabel 6. Karakteristik Responden Petani Kentang
di Kampung Isaq Busur Berdasarkan Tingkat Usia Tahun 2014
No
|
Tingkat Usia (Tahun)
|
Jumlah (Petani)
|
1.
|
30 - 35
|
10
|
2.
|
36 - 39
|
11
|
3.
|
40 - 45
|
17
|
4.
|
46 - 49
|
6
|
5.
|
50 - 55
|
-
|
Jumlah
|
44
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan
Tabel 6 bahwa jumlah responden dalam Praktek Lapang yang dilakukan berjumlah 44 responden dengan rata-rata usia responden petani kentang di Kampung
Isaq Busur Kecamatan Bukit berusia 40 tahun.
Tabel 7. Karakteristik Responden Petani Kentang di
Kampung Isaq Busur Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
SD
|
9
|
2.
|
SLTP
|
7
|
3.
|
SLTA
|
22
|
4.
|
PT
|
6
|
Jumlah
|
44
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 7
dapat dilihat bahwa penduduk di daerah Praktek Lapang berdasarkan tingkat pendidikan yaitu penduduk
pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 9 orang, penduduk pada tingkat SLTP
sebanyak 7 orang, penduduk pada tingkat SLTA sebanyak 22 orang, dan penduduk
pada tingkat Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6 orang.
Tabel 8. Karakteristik Jumlah Tanggungan Petani
Kentang di Kampung Isaq Busur Tahun 2014
No
|
Jumlah
Tanggungan
|
Jumlah (Jiwa)
|
1.
|
1-2
|
3
|
2.
|
3-4
|
10
|
3.
|
5-6
|
19
|
4.
|
7-8
|
6
|
Jumlah
|
38
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 8
dapat dilihat bahwa penduduk di daerah Praktek Lapang berdasarkan tingkat atau jumlah tanggungan 1-2
sebanyak 3 orang, jumlah tanggungan 3-4 sebanyak 10 orang, jumlah tanggungan
5-6 sebanyak 19 orang, dan jumlah tanggungana 7-8 sebanyak 6 orang.
Tabel 9. Luas
Penggunaan Lahan Kentang di Kampung Isaq Busur Tahun 2014
No
|
Kriteria Luas Lahan (Ha)
|
Jumlah Pemilik Lahan (Petani)
|
Jumlah Lahan (Ha)
|
|
1
|
0.2
|
9
|
1.8
|
|
2
|
0.3
|
5
|
1.5
|
|
3
|
0.4
|
4
|
1.6
|
|
4
|
0.5
|
14
|
7
|
|
5
|
1
|
12
|
12
|
|
Jumlah
|
2.4
|
44
|
23.4
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan
Tabel 9 bahwa jumlah luas lahan yang digunakan dalam kegiatan produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah yaitu
seluah 23,4 Ha.
Tabel 10. Jumlah
Tenaga Kerja per Responden Petani Kentang Sesuai Dengan Penggunaan Luas Lahan.
No
|
Kriteria Luas Lahan (Ha)
|
Jumlah TK (Petani)
|
|
1
|
0.2
|
2
|
|
2
|
0.3
|
2
|
|
3
|
0.4
|
2
|
|
4
|
0.5
|
3
|
|
5
|
1
|
4
|
|
Jumlah
|
2.4
|
13
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 10
Jumlah tenaga kerja dengan luas lahan 0,2 Ha sebanyak 2 orang, luas lahan 0,3
jumlah tenaga kerja 2 orang, luas lahan 0,4 jumlah tenaga kerja 2 orang, luas
lahan 0,5 jumlah tenaga kerja 3 orang, luas lahan 1 Ha jumlah tenaga kerja 4
orang, dengan rata-rata tenaga kerja yang digunakan per responden dalam
melakukan kegiatan produksi atau usahatani komoditi kentang sebanyak 2 orang
tenaga kerja.
1. Volume
Produksi Kentang
Dalam kegiatan
produksi usahatani kentang penting untuk mengetahui tingkat atau volume
produksi karena hasil produksi sebagai penentu akhir tingkat keberhasilan dalam
kegiatan usahatani kentang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 11. Volume
Produksi Kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Tahun 2014
No
|
Tingkat Produksi (Kg)
|
Jumlah Pemilik
Lahan (Petani)
|
|
1
|
5.000 - 10.000
|
10
|
|
2
|
11.000 - 15.000
|
22
|
|
3
|
16.000 - 20.000
|
0
|
|
4
|
21.000 - 25.000
|
5
|
|
5
|
26.000 - 30.000
|
7
|
|
Jumlah
|
44
|
Sumber: Data Primer Kampung
Isaq Busur, Diolah 2014
Berdasarkan Tabel 11
bahwa volume produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten
Bener Meriah sebanyak 707.638 Kg/Tahun dalam dua kali masa panen per tahun
dengan rata-rata jumlah atau volume produksi per responden sebanyak 16.083 Kg
dalam dua kali masa panen per tahun, pada masa panen pertama jumlah atau volume
produksi kentang sebanyak 350.758 Kg dengan rata-rata volume produksi kentang
pada masa panen pertama per responden sebanyak 7.972 Kg dan pada masa panen
kedua jumlah atau volume produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit
sebanyak 356.880 Kg dengan rata-rata volume produksi kentang pada masa panen
kedua per responden sebanyak 8.111 Kg, jadi jumlah produksi kentang di Kampung
Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah dalam satu tahun menghasilkan
sebanyak 707. 638 Kg/Tahun.
2. Uji
Asumsi Klasik Pada Regresi Linear Berganda
Sebelum dilakuka
uji kesesuaian hasil analisis, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi
terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linear berganda produksi usahatani
kentang yang dispesifikasikan, hasil pengujian asumsi klasik diuraikan sebagai
berikut.
a.
Uji
Asumsi Normalitas
a.a. Analisis Grafik
Hasil uji asumsi
normalitas residual model produksi usahatani kentang dengan menggunakan
analisis grafik disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2. Grafik Uji
Asumsi Normalitas dan Histogram Normalitas Model Produksi Usahatani Kentang.
Gambar 2 diatas
menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagam
histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa
data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa
model regresi linear produksi usahatani kentang memenuhi asumsi normalitas.
b.
Uji
Autokorelasi
Hasil
uji autokorelasi disajikan pada Tabel 11 yang menunjukkan bahwa nilai Durbin
Watson sebesar 1,845, angka ini mendekati kriteria Durbin Watson dimana nilai
Durbin Watson berada disekitar angka 2. Hal ini menunjukkan tidak terjadi
Autokorelasi. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda
produksi usahatani kentang terbebas dari masalah Autokorelasi.
Tabel 12. Hasil Uji
Asumsi Autorelasi Model Jumlah Produksi Kentang Menggunakan Statistik
Autokorelasi.
Model
Summaryb
|
||||||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Change Statistics
|
Durbin-Watson
|
||||
R Square Change
|
F Change
|
df1
|
df2
|
Sig. F Change
|
||||||
1
|
.942a
|
.888
|
.882
|
2.162,238
|
.888
|
161.805
|
2
|
41
|
.000
|
1.845
|
a.
Predictors: (Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan
|
|
|||||||||
b.
Dependent Variable: Y.Produksi
|
|
|
|
|
|
B. Pembahasan
1. Hasil Analisis
Data-data
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang terarah (positif) antara luas lahan, tenaga kerja terhadap
produksi kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, artinya apabila luas lahan dan tenaga kerja yang digunakan meningkat atau naik maka
terdapat kecendrungan tingkat atau jumlah produksi kentang
akan meningkat pula, keadaan ini dapat diperlihatkan oleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
Ŷ
= 2170,552 + 14365,466 X1 + 1319,745 X2
Berdasarkan
keterangan diatas terlihat bahwa variabel luas lahan dan tenaga kerja di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit berslop positif dengan besaran Slop X1 = 14365,466 dan X2 = 1319,745.
Apabila
di asumsikan luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) yang
digunakan serta konstan (tetap) maka persamaan regresi linier berganda tersebut
diatas dapat ditulis sebagai berikut : Hasil estimasi persamaan regresi linier
berganda antara luas lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) terhadap produksi
kentang (Y) adalah sebagai berikut :
Ŷ = 2170,552 + 14365,466 X1 + 1319,745 X2 (Persamaan Regresi)
Se = (2043,570) (2971,103) (830,738) (Standar error)
t = 1,062 4,835 1,589 (Uji – t)
R2 = 0,888 (Koefisien
Determinasi)
R = 0,942 (Koefisien
Korelasi)
F = 161,805 (Uji
– F)
Dari
hasil estimasi tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Coefficienta
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
2170.552
|
2043.570
|
|
1.062
|
.294
|
X1.LuasLahan
|
14365.466
|
2971.103
|
.718
|
4.835
|
.000
|
|
X2.TenagaKerja
|
1319.745
|
830.738
|
.236
|
1.589
|
.120
|
|
a. Dependent
Variable: Y.Produksi
|
|
|
|
|
Keterangan :
Ŷ = Produksi Kentang
a = Konstanta
b1,
b2 = Koefisien Regresi
X1 = Luas Lahan
X2 = Tenaga Kerja
Persamaan
regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a : Konstanta sebesar 2170,552: artinya jika Luas Lahan (X1) dan Tenaga Kerja (X2) nilainya adalah 0, maka jumlah produksi kentang di Kampung Isaq
Busur Kecamatan Bukit
diperkirakan tetap (constant) setiap tahunnya rata-rata sebesar 2170,552.
b1 : Koefisien regresi variabel Luas Lahan (Ha) sebesar 14365,466: artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan Luas Lahan (X1) mengalami kenaikan 1%, maka tingkat produksi kentang (Y) akan mengalami peningkatan
sebesar 14365,466, koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara Luas
Lahan (X1) dengan produksi kentang
yaitu apabila semakin meningkat
penggunaan luas lahan
(X1) maka akan semakin meningkat pula tingkat produksi kentang.
b2 : Koefisien regresi variable tenaga kerja (X1) sebesar 1319,745: artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan Tenaga Kerja (X2)
mengalami peningkatan sebesar 1% (Rp), maka produksi kentang
(Y) akan mengalami peningkatan, koefisien bernilai positif artinya terjadi
hubungan positif antara Tenaga
Kerja (X2) dengan tingkat produksi kentang (Y).
Hasil
analisis koefisien determinasi (R2) dapat dijelakan sebagai berikut
:
Model Summary
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
|
1
|
.942a
|
.888
|
.882
|
2.162,238
|
|
a. Predictors:
(Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan
|
|||||
b. Dependent
Variable: Y.Produksi
|
|
Berdasarkan
Tabel 14 model summary diatas, bahwa diperoleh
angka R2 (R Square) sebesar 0,888
atau sebesar 88,8%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh variabel independen Luas Lahan (X1) dan Tenaga
Kerja (X2) terhadap variabel
dependen produksi Kentang (Y) sebesar 88,8%.
Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (luas lahan dan tenaga kerja) mampu menjelaskan sebesar 88,8%
variasi variabel dependen (produksi
kentang), sedangkan sisanya sebesar 11,2%
dipengaruhi oleh variabel lain atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model Praktek Lapang ini.
Hasil
analisis Korelasi Ganda (R) dapat dijelaskan sebagai berikut :
Berdasarkan
Tabel model summary 14, diperoleh angka R sebesar 0,942.
Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang sangat kuat antara variabel luas lahan (X1) dan tenaga
kerja (X2) terhadap produksi kentang (Y). Standard Error of The Estimate yaitu suatu ukuran
banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil
regresi didapat nilai 2.162,238.
Hasil
analisis Uji koefisien regresi secara parsial (Uji-t) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Coefficienta
Model
|
Unstandardized
Coefficients
|
Standardized
Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std.
Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
2170.552
|
2043.570
|
|
1.062
|
.294
|
X1.LuasLahan
|
14365.466
|
2971.103
|
.718
|
4.835
|
.000
|
|
X2.TenagaKerja
|
1319.745
|
830.738
|
.236
|
1.589
|
.120
|
|
a. Dependent
Variable: Y.Produksi
|
|
|
|
|
Kriteria
pengujian :
-
Ho
diterima bila thitung < ttabel :
Tidak terdapat pengaruh signifikan
-
Ho
ditolak bila thitung > ttabel :
Terdapat pengaruh signifikan
Dari
hasil analisis diperoleh nilai thitung > ttabel (4,835
> 3,209), maka Ho ditolak, artinya secara
parsial berpengaruh secara signifikan antara luas lahan (X1) dengan produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, dan diperoleh nilai thitung
< ttabel (1,589 < 3,209),
maka Ho tolak, artinya secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan antara tenaga kerja
(X2) dengan produksi kentang (Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan
bahwa secara parsial Luas
Lahan (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kentang (Y) dan tenaga kerja (X1) tidak berpengaruh positif terhadap produksi kentang
(Y) di Kampung Isaq Busur Kecamatan
Bukit Kabupaten Bener Meriah.
Hasil
Uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji-F) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
ANOVAb
|
||||||
Model
|
Sum of
Squares
|
df
|
Mean
Square
|
F
|
Sig.
|
|
1
|
Regression
|
1.513E9
|
2
|
7.565E8
|
161.805
|
.000a
|
Residual
|
1.917E8
|
41
|
4675271.065
|
|
|
|
Total
|
1.705E9
|
43
|
|
|
|
|
a. Predictors:
(Constant), X2.TenagaKerja, X1.LuasLahan
|
|
|
||||
b. Dependent
Variable: Y.Produksi
|
|
|
|
Kriteria pengujian :
-
Ho
diterima bila Fhitung < Ftabel : Tidak terdapat pengaruh signifikan
-
Ho
ditolak bila Fhitung > Ftabel : Terdapat pengaruh signifikan
Dari
hasil analisis diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (161,805
> 2,015), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
secara signifikan antara luas
lahan (X1) dan tenaga kerja (X2) secara bersama-sama terhadap jumlah produksi kentang (Y) di Kampung
Isaq Busur Kecamatan Bukit.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil praktek lapang pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Uji
pengaruh variabel secara serempak
dimana variabel luas lahan (X1) dan variabel tenaga kerja (X2)
secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent produksi kentang
(Y).
2.
Uji
variabel secara parsial dimana variabel independent luas lahan (X1)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent produksi kentang (Y), dan
variabel independent tenaga kerja (X2) juga berpengaruh nyata terhadap
variabel dependent produksi kentang (Y).
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka saran yang dapat disampaikan dalam praktek lapang ini,
sebagai berikut :
1.
Diharapkan
kepada Pemerintah Daerah khususnya Kecamatan Bukit dalam lingkup Kabupaten
Bener Meriah agar kiranya lebih meningkatkan perhatian dalam hal produksi komoditi
kentang di Kampung Isaq Busur Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah sehingga
dapat meningkatkan tingkat produksi kentang itu sendiri secara kuantitas dan
kualitas yang lebih baik.
2.
Diharapkan
kepada petani agar menjaga kualitas kentang yang dihasilkan sehingga
berpengaruh terhadap tingkat produksi kentang kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Danie, Moehar, (2004), Pengantar
Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta
Hernanto, Fadholi, (1991), Ilmu Usahatani, Penebar swadaya,
Jakarta
Kartasapoetra. G, (1986), Marketing Produk Pertanian Dan Industry,
Rhineka Cipta, Jakarta
Mubyarto, (1989), Pengantar IImu Pertanian, LP3ES,
Jakarta
Mosher (1968), Tenaga Kerja Dalam Usaha Tani dan Peranan, Penebar Swadaya,
Jakarta
Masyhuri (2001), Ketenagakerjaan,
Gramedia, Jakarta
Pangabean
Sitorus Dan Wh Limbung, (1995), Penengantar Tataniaga Pertanain (Program
Studi Manajer Koperasi Unit Desa (KUD), Fakultas Politeknik Pertanian
Institute Pertanian Bogor)
Soekartawi, (1995), Analisis Usahatani, Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta
Sugiyono, (2001), Statistika Untuk Penelitian,
Alfabeta, Bandung
Sugiyono, (2012), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta,
Bandung
Soekartawi, (2003), Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglas, Raja grafindo Persada, Jakarta
Su’ud, M. Hassan, (2007), Pengantar IImu Pertanian, Yayasan
Pena, Banda Aceh
Su’ud, M. Hassan Dan Hasan, Sri Fitri, (2007), Manajemen Agribisnis Dalam
Perspektif Pendekatan Sistem, Yayasan Pena, Banda Aceh
Supranto, J.
(2010), Eonometri, Ghalia Indonesia,
Bogor
Suratiyah, Ken, (2009), Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya,
Jakarta
Suratiyah, Dkk, (2005), Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya,
Jakarta
Trikuwangsih, Pracoyo, (2006), Aspek Dasar Ekonomi Mikro, Gramedia
Widia Sarana, Jakarta
Tohir (1983), Tenaga Kerja Dalam sektor Pertanian, Raja grafindo Persada,
Jakarta
Comments
Post a Comment