HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI KANGKUNG DENGAN PRODUKSI DI KAMPUNG BOOM KECAMATAN LUT TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH



ABSTRAK


Kangkung adalah salah satu tanaman yang banyak di gunakan oleh rumah tangga dan rumah makan sehingga petani selalu menanaman kangkung tersebut.  Petani di kecamatan Lut Tawar selalu mengupayan supaya dapat memenuhi permintaan konsumen akan kangkung. Karakteristik petani beragam antar masing-masing petani baik dari umur, luas lahan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik petani kangkung dengan produksi di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Data yang di gunakan data primer dengan wawancara langsung dengan petani dan observasi dengan menggunakan kuisioner di Kecamatan Lut Tawar penentuan sampel dengan metode sensus dimana semua populasi dijadikan sampel dan menggunakan metode analisis chi-square.
Berdasarkan hasil analisis di peroleh hasil penelitian bahwa kecenderungan karakteristik petani yang berhasil yaitu, umur petani relatif  berumur muda (25-30 tahun), pendidikan katagori rendah dan sedang (SD-SMP) Jumlah tanggungan katagori sedang (3-4 jiwa), lama berusahatani katagori baru (1-4 tahun) luas lahan dengan katagori terluas (0,158-0,88 Ha). Hasil analisis dengan chi square yaitu, umur (0,00) dan luas lahan (0,000) berhubungan dengan produksi, sementara, pendidikan (0,262)  lama berusahatani (0,016)  dan jumlah tanggungan (0,665) tidak berhubungan dengan produksi  Disarankan kepada petani petani dalam meningkatkan produksi supaya lebih melihat dan mempelajari pengalaman dari petani yang produksi lebih tinggi dan kepada pemerintah daerah khususnya kepada penyuluhan untuk memberi arahan serta bimbingan kepada petani mengenai agribisnis kangkung.

Kata Kunci: Kangkung, Karakteristik petani dan Lut Tawar.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kangkung merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Usahatani kangkung berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah tangga satuan luas lahan yang dimiliki kecil. Dalam kenyataannya  di pasar, petani tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh petani kangkung adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal mungkin. Untuk itulah pengalaman dalam berusahatani kangkung yang dilakukan petani dapatkah meningkatkan hasil usahatani kangkung.
Dilihat dari segi berusahatani masyarakat Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah dapat dikatakan sebagai petani maju walaupun pada umumnya rata – rata  skala usahataninya masih tergolong kecil yang disebabkan karena terbatasnya modal dan fluktuasi harga yang cukup tinggi. Pada umumnya petani di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar bergerak di bidang perikanan, perkebunan dan sebagian lainnnya mengusahakan tanaman hortikultura dan palawija.
Usahatani kangkung khususnya merupakan salah satu penghasil bahan makanan berupa sayur yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat. Keadaan produksi yang baik sangat ditentukan oleh petani itu sendiri dalam mengelola usahataninya. Misalnya dengan mempunyai lahan yang luas ataupun sempit diharapkan petani harus mampu mengatur atau memanajemen usahataninya dari pengalaman-pengalaman yang didapatnya selama ini. Kendala yang sering dihadapi petani dalam meningkatkan produksi kangkung adalah terlalu banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi tanaman kangkung sedangkan harga kangkung berfluktuasi dan tidak menentu, di sinilah dibutuhkan karakteristik petani seperti umur, tingkat pendidikan dan lamanya bertani apakah dapat mempengaruhi produksi tanaman kangkung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah untuk meningkatkan produksi tanaman kangkung demi keberlangsungan hidupnya.
Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu penghasil tanaman kangkung yang tergolong lahan yang cukup luas, walaupun kepemilikan lahannya sempit dan banyak petani yang berdekatan memanfaatkan lahan tersebut untuk berusahatani. Lahan yang tersedia merupakan daerah pinggiran Danau Laut Tawar yang banyak mengandung unsure hara sehingga tanaman kangkung yang di Tanami pada umumnya sangat subur, sehingga dalam waktu yang lama diperlukan penggunaan factor produksi yang optimal, berimbang dan berkesinambungan sehingga produksi dapat di tingkatkan dan mempertahankan produksi yang sudah ada. Kecamatan yang ada menanam kangkung di Kabupaten Aceh Tengah ada beberapa kecamatan, Untuk melihat perkembangan luas taman, luas panen produksi dan produktivitas tanaman kangkung di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2013 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi  Tanaman Kangkung di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

No
Kecamatan
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (H)
Produksi (Ton)


1
Linge
-
-
-

2
Bintang
-
-
-

3
Lut Tawar
12
12
65

4
Kebayakan
11
8
34

5
Pegasing
12
5
21

6
Bebesen
1
1
7

7
Kute Panag 
-
-
-

8
Silih Nara
8
6
18

9
Jagong Jeget
18
20
110

10
Atu Lintang
 -
-
-

11
Ketol
 -
-
-

12
Celala
3
1
10

13
Bies
-
-
-

14
Rusip Antara
-
-
-

Jumlah
65
65
265

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah 2013.
Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa daerah yang terluas kedua setelah kecamatan Jagung Jeget yang luas lahannya sama dengan kecamatan pegasing sementara dilihat dari luas panen kecamatan merupakan luas panennya terluas kedua setelah Kecamatan Jagung Jeget.
Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah merupakan kampung penghasil kangkung di Kecamatan Lut Tawar yang merupakan hasil survey hasil peneliti dimana lokasi penanaman yang sangat dekat dengan pasar baik pasar pemasaran hasil pertanian dan pasar untuk membeli sarana produksi sehingga untuk pasar sangat medukung dan dapat mengurangi biaya dalam proses usahatani. Pada saat ini petani kangkung yang menanam kangkung hanya menilai dari pendapatan yang di peroleh tanpa memikirkan apakah produksi dan produktivitasnya yang di hasilkan sudah optimal.

1.2.       Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan karakteristik petani kangkung dengan produksi di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

1.3.       Tujuan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka Tujuan masalah dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan karakteristik petani dengan produksi Kangkung di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

1.4.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat/kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai referesi dan bacaan bagi penelitian berikutnya tentang Karakteristik Petani dengan tingkat keberhasilan usahatani kangkung.
2.      Sebagai kajian evaluasi petani dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan usahatani kangkung.
3.      Sebagai pertimbangan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan petani dalam usahatani kangkung di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

1.5.       Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian maka hipotesis yang dapat di angkat yaitu: Diduga ada hubungan karakteristik umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan petani dengan produksi kangkung di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Kangkung ( Ipomoea reptans )
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
a.       Warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih.
b.      Bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.
c.       Kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.
Disamping itu hewan juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
a) Divisio : Spermatophyta
b) Sub-divisio : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Convolvulaceae
e) Genus : Ipomoea
f) Species : Ipomoea reptans
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Seorang pakar kesehatan Filipina: Herminia de Guzman Ladion memasukkan kangkung dalam kelompok "Tanaman Penyembuh Ajaib", sebab berkhasiat untuk penyembuh penyakit "sembelit" juga sebagai obat yang sedang "diet". Selain itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit "wasir"

2.1.1.      Syarat Pertumbuhan
a.      Iklim
1)        Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
2)        Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
3)        Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.

b.      Media Tanam
1)      Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
2)      Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
3)      Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik.

c.       Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk.

2.1.2.      Pedoman Teknis Budidaya
a.      Pembibitan
1.     Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk.
Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.
2.      Penyiapan Benih
Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm. b) Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua. c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300 gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji.



3.      Teknik Penyemaian Benih
Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.
4.        Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.

b.      Pengolahan Media Tanam
1.      Persiapan
Air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air. Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan di atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
2.      Pembukaan Lahan
Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5 cm, dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar
3.         Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 2x1 m dengan kedalaman drainase 30x30 cm.

4.      Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram. Pada waktu melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan cara disiramkan.
5.   Lain-lain
Agar tanaman kangkung dapat berproduksi secara memuaskan, perlu dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang buncis, kecipir atau ketimun.

c.       Teknik Penanaman
1.   Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka bila jarak tanamnya ditentukan 20x20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50 lubang atau 50 rumpun kangkung.
2.      Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang berjarak 20 x20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah lubangnya (tergantung ukuran bedengan).
3.      Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.


d.      Pemeliharaan Tanaman
1.         Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan).
2.         Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
3.         Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
4.         Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang, perempalan tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
5.         Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk jangan sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapu lidi setiap selesai menabur pupuk.
6.         Pengairan dan Penyiraman
Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.

7.         Waktu Penyemprotan Pestisida
Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang berada pada helai daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Untuk penanggulangannya disemrotkan Baysudin dengan dosis 2 c per liter air, yang disemprotkan sore hari.
Untuk memberantas ulat daun yang sering menyerang tanaman kangkung, digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman.
Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
8.         Pemeliharaan Lain
Agar pertumbuhan subur, sebaiknya seminggu setelah atau sebelum panen, tanaman dipupuk urea kembali.

e.         Hama dan Penyakit
1.                  Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman.
ada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
2.                  Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan sedikit perlindungan. Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.

f.         Panen
1.                  Ciri dan Umur Panen
Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. Ada pula yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
2.                  Cara Panen
Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari. Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar.
Dengan menggunakan alat pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari. Selama panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair (lembab).
3.                  Periode Panen
Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga, sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan.



4.                  Prakiraan Produksi
Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.

g.        Pascapanen
1.                  Pengumpulan
Kangkung yang baru dipanen dikumpulkan dan kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan.
2.                  Penyimpanan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.

2.2.       Karakteristik
Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain tabiat, watak. Berkarekter artinya mempunyai watak dan mempunyai keperibadian (http//pustaka. Pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html).
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara. Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat (http//pustaka. Pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html).
Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya:
1.      Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu objek, suatu kejadian.
2.      Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu untas atau kesatuan.
3.      Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.
         Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada diri seseorang atau suatu objek ( hhtp://tugasski.blogspot.com/2013/04/pengertian-karakteristik.html)
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani (Mislini,2006 dalam Herman Sabagio)
Petani sebagai usahatani (baik sebagai juru tani maupun sebagai pengelola) adalah manusia yang disetiap pengambilan keputusan untuk usahataninyatidak  selalu dapat dengan bebas dilakukan karena adanya batasan-batasan yang ada pada petani. Karakteristik petani mencakup dalam hal umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, luas lahan, (http. blog. diamas. com/2013.html).
Karakteristik petani Karakteristik individu  dalah bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang. Karakteristik ini mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi yang lainnya (Rogers dan Shoemaker, 1971: 26) dalam Rini Sri

2.2.1.      Umur
Hal ini juga didukung oleh Bakir (2000) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2 (2006), bahwa sampai tingkat umur tertentu kemampuan fisik manusia akan semakin tinggi sehingga produktivitas juga tinggi, tetapi semakin bertambahnya umur, maka kemampuan fisik akan semakin menurun, demikian juga produktivitas kerja.
Slamet (1994) dalam Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto menambahkan bahwa faktor umur sangat penting dalam partisipasi, biasanya mereka yang masuk golongan umur (40 – 60) dimana akan semakin aktif keterlibatannya dalam partisipasi tahap pelaksanaan.
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya (Ken Suratiyah, 2009).
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut akan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. (Ir. Sutarto, M.Si : 2008).
Petani yang makin tua, pertimbangan dan pengambilan kepusannya relatif lama dibandingkan petani muda ( Fadholi Hermanto:1996).

2.2.2.      Tingkat Pendidikan
Menurut Padmowihardjo (2002) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2 (2006), bahwa rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan sektor pertanian di pedesaan, karena pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menerapkan inovasi baru, dan semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka pola pikir juga semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima suatu inovasi yang disampaikan.
Damihartini dan Amri Jahi (2005) dalam Rini Sri Damihartini dan Amri Jahi (2005). Pendidikan Formal Mardikanto (1990: 213), menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan petani lebih dinamis
Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. (Ir. Sutarto, M.Si : 2008).
Pendidikan itu mengambil mampaat lain sejauh pengalaman itu akan membantu masyarakat bergerak maju perkembangan yang dikehendaki (Hassan Su’ud : 2004).

2.2.3.      Pengalaman Petani
Sesuai dengan pendapat Makmur (2001) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2 (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak.
Admowihardjo (1994: 22) dalam Rini Sri Damihartini dan Amri Jahi (2005), mengemukakan bahwa pengalaman baik yang menyenangkan maupun mengecewakan berpengaruh pada proses belajar seseorang.
Soekartawi (1988) dalam Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto mengemukakan bahwa petani yang baru belajar (pemula) dibandingkan dengan petani yang sudah berpengalaman akan berbeda dalam hal kecepatannya untuk melakukan proses adopsi inovasi. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh petani dalam jangka waktu yang lama yang sudah dilakukan secara turun temurun.
Sebagaimana dikatakan Havelock (1969), Murtiyeni, D. Priyanto dan D. Yulistiani (2005) bahwa pengalaman masa lalu yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kecenderungannya untuk merasa memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru.

2.3.       Usahatani
Ilmu usahatani biasanya di artikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efesien bila pemanpaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yan melebihi masukan (input). soekartawi 1995.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin. Ada banyak defenisi ilmu usahatani yang diberikan. Berikut ini beberapa pakar. (Ken Suratiyah, 2008).
1.                  Menurut Daniel
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu.
2.                  Menurut Efferson
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengoordinasikan unit usahatani dipandang dari sudut efesiensi dan pendapatan yang kontinyu.
3.                  Menurut Vink (1984)
Ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang setingi-tingginya.
4.                  Menurut Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. (Ken Suratiyah, 2008).
Pembangunan usahatani menuju usahatani yang tangguh dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani masa depan yang tegar dalam posisinya (Hernanto F, 1991:12).
Usahatani  adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1995 : 59).
Usahatani menurut Hernanto F (1991:28), diartikan sebagai kesatuan organisasi antara modal, kerja dan pengelolaan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Sejalan dengan pengertian tersebut.
Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat geologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto, 1993:34).

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.  Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).
Usahatani dikatakan produktif atau efisien apabila usahatani tersebut mempunyai produktivitas tinggi. Produktivitas merupakan penggabungan dari konsep efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efesiensi fisik adalah mengukur banyaknya hasil (output) yang dapat diperoleh dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah adalah menggambarkan penyerapan tenaga kerja dan modal sehingga memberikan produk yang sebesar-besarnya (Mubyarto, 1983:45).

2.4.       Chi_Squere
             Chi-square adalah tehnik analisis statistika untuk mengetahui signifikan perbedaan antara proporsi ( dan atau probolitas) subjek atau objek penelitian yang datanya terkatagorikan. Chi-square digunakan sebagai alat pengetesan hipotesis penelitian untuk menguji sampel yang berhubungan, sampel berhubungan disini adalah satu sampel penelitian yang dikenai dengan dua macam perlakuan, yang selanjutnya dilihat perubahannya(Soepeno, 2002).
          Karakteristik Chi-Square:
-     Nilai Chi-square selalu positif
-          Terdapat beberapa distribusi Chi-Square, yaitu distribusi Chi-Square dengan DK= 1,2,3, dst
-          Bentuk distribusi Chi-Square adalah menjulur positip
Untuk mengetahui hubungan karakteristik petani kangkung terhadap produksi di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah maka digunakan rumus Chi- square:

Dimana:
X2           = Nilai Chi-kuadrat
fe          = Frekuensi yang diharapkan
fo             = Frekuensi yang diharapkan / diamati, (Mason & Lind 1999).

Kriteria hipotesis dalam penggunaan chi-square yaitu:
Ho: bi     = 0 dimanaVariable bebas X1 …Xn tidak berhubungan dengan variable terikat (Y)
H1: bi   ≠ 0 dimana Variable bebas X1 …Xn berhubungan dengan variable terikat (Y)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.        Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Lut Tawar merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Tengah yang memiliki luas wilayah berkisar 99.56 km2, dengan ketinggian tempat rata-rata 200 s/d 2600 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Lut Tawar mempunyai batas-batas wilayah adalah sebagai berikut. :
§  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bebesen
§  Sebelah Timur berbatasan dengan  Bintang
§  Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Linge
§  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bebesen dan Pegasing

4.1.1.      Keadaan Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor alam yang langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah curah hujan, suhu, angin dan kelembaban udara. Iklim di Kecamatan Lut Tawar pada dasarnya hampir sama dengan Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dengan curah hujan 1.750 mm/ tahun dengan kelembaban udara 75 %, suhu udara rata-rata 160C s/d 250C.



4.1.2.      Keadaan Penduduk
a.    Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2014, sebaran usia penduduk di Kecamatan Lut Tawar mempunyai beberapa tingkatan. Adapun keadaan tingkat usia penduduk Kecamatan Lut Tawar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keadaan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Lut   Tawar Tahun 2014

No
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0–9
10–19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-74
75 +
2.129
1.759
1.632
1.637
1.143
645
321
70
77
2.111
1.760
1.683
1.622
1.086
629
339
93
122
4.240
3.519
3.315
3.259
2.229
1.274
660
163
199
Jumlah
9.413
9.445
18.858
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk yang berusia 0–9 tahun sebanyak 4.240 jiwa, penduduk yang berusia 10-19 tahun sebanyak 3.519 jiwa, penduduk yang berusia 20-29 tahun sebanyak 3.315 jiwa, penduduk yang berusia 30-39 tahun sebanyak 3.259 jiwa, penduduk yang berusia 40-49 tahun sebanyak 2.229 jiwa, penduduk yang berusia 50-59 tahun sebanyak 1.274 jiwa, penduduk yang berusia 60-69 tahun sebanyak 660 jiwa, penduduk yang berusia 70-74 tahun sebanyak  163 jiwa dan penduduk yang berusia 75 + sebanyak 199 jiwa.

b.    Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2014, jumlah penduduk di Kecamatan Lut Tawar berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 9.413 jiwa sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 9.445 jiwa. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Lut Tawar pada tahun 2013 adalah sebesar 18.858 dengan sebaran penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Jumlah Penduduk Kecamatan Lut Tawar Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No
Uraian
Jumlah(Jiwa)
1
2
Laki-laki
Perempuan
9.413
9.445
Jumlah
18.858
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

Berdasarkan data pada tabel 5 maka bila ditinjau dari rasio pertambahan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan maka lebih besar penduduk yang bejenis kelamin perempuan dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.

c.    Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam suatu daerah, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin cepat daerah tersebut berkembang. Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2013, tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Lut Tawar dapat dilihat pada Tabel 4.


Tabel 4. Keadaan Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014

No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
2
3
4
SD
SLTP
SLTA
PT
                                   8
32
292
438
Jumlah
770

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

     Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk di daerah penelitian yang berpendidikan pada, penduduk yang masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 8 orang, penduduk yang masih duduk di bangku SLTP sebanyak 32 orang, penduduk yang masih duduk di tingkat SLTA sebanyak 292 orang, penduduk yang sudah di perguruan tinggi sebanyak 438 orang.

d.   Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel  5. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014

No
Mata Pencaharian
Jumlah Jiwa
1
2
3
4
5
Pertanian
Industri
Bangunan/ Kontruksi
Perdagangan
Angkutan
2.366
2
9
1.105
48
Jumlah
3.530
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013

Berdasarkan tabel 5 bahwa mata pencaharian yang berasal dari pertanian sebanyak 2.366 jiwa, mata pencaharian dari industri sebanyak 2 jiwa, mata pencaharian dari Bangunan/ Kontruksi sebanyak 9 jiwa, mata pencaharian perdagangan sebanyak 1.105 jiwa dan mata pencaharian dari angkutan sebanyak 48 jiwa.

4.2.       Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani merupakan hal utama yang perlu di perhatikan dalam usahatani sehingga keberhasilan dan target yang di harapkan dapat tercapai. Karakteristik petani yang datang dari dalam diri petani sangat berhubungan dengan tingkat kemampuan untuk menghasilkan produksi. Karakteristik yang di amati dalam penelitian ini yang meliputi,  umur, tingakat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan, lama berusahatani dengan melihat bagaimana hubungan karakteristik tersebut dengan produksi kangkung di daerah penelitian.

4.2.1.      Hubungan Umur Petani dengan Produksi
Umur merupakan hal utama dalam usahatani, semakin muda umur petani maka kemampuan dalam mengkoordinasikan dan pengelolaan usahatani akan semakin baik dan kemampuan dalam berusaha lebih giat akan tercapai sehingga petani- petani muda lebih dominan untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Di dalam penelitian ini akan di lihat bagaimanakan hubungan antara umur petani dengan tingkat produksi kangkung yang di hasilkan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.



Tabel 6. Hubungan Antara Usia Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut Tawar, Tahun 2014.

No
Stratum produksi (Kg) 
25-30 Thn (%)
35-40 Thn (%)
   45-50 Thn (%)
Jumlah
1
200-300
0
6.2
93.8
100
2
400-500
55.6
44.4
0
100
3
600-700
80
6.7
13.3
100
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel  6 di atas dapat dilihat bahwa tingkat produksi paling tinggi 600-700 Kg kangkung dengan startum tertinggi yang dominan umur petani yang relatif muda yaitu 80,0 % yang berumur 25-30 tahun. Sedangkan untuk produksi rendah atau startum 1 umur petani berusia tua yaitu pada umur 45-50  tahun dengan jumlah 93,8%.
Secara umum untuk meningkatkan produksi kangkung di daerah penelitian maka usahatani kangkung ini dilakukan oleh petani yang relatif muda sehingga kemampuan dalam mengelola usahatani tersebut dapat lebih maksimal baik dari pengggunaan tenaga dan pikiran petani. Hubungan umur dengan produksi dapat dilihat pada gambar grafik 1.
Gambar 1. Hubungan umur petani dengan produksi kangkung di daerah
                  Penelitian Tahun 2014
             Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
            Gambar 1 dapat di lihat untuk produksi tertinggi kecenderungan petani yang berumur muda, sedangkan yang produksi rendah kecenderungan petani yang berumur sedang.

4.2.2.      Hubungan Pendidikan dengan Produksi
Pendidikan yang petani didaearh penelitian dengan melihat tingkat pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh petani dengan melihat sampai mana pendidikan yang sudah diselesaikan. Katagori tingkat pendidikan dibagi atas  tiga yaitu SD, SMP, SMA Tingkat pendidikan yang di miliki petani akan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya fikir seseorang. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan produksi  kangkung di lihat pada Tabel 4.
Tabel 7. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014.

No
Stratum produksi (Kg)
SD (%)
SMP (%)
SMA (%)
Jumlah
1
200-300
25
37.5
37.5
100
2
400-500
22.2
66.7
11.1
100
3
    600-700
46.7
26.7
26.7
100
Sumber : Analisis Data Primer
Dari tabel 7 di atas  dapat kita lihat bahwa untuk produksi tertinggi dengan stratum 600-700 Kg para petani sampel merupakan dominan perpendidikan rendah (SD) dengan jumlah persentase 46,7 %. Sementara untuk stratum  terendah yaitu dengan produksi 200-300 petani sampel dominan berpendidikan tinggi yaitu pendidikan SMA  dengan persentase sama-sama 35,7 %.
Untuk meningkatkan produksi petani maka perlu membina petani dengan memberikan arahan dan bimbingan teknis mengenai usahatani kangkung sehingga produksi dapat di tingkatkan. Walaupun pendidikan yang di peroleh bukan pendidikan formal dan tidak memperoleh Ijazah, tapi petani diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan baik sehingga produksi di tingkat petani dapat terus meningkat. Hubungan tingkat pendidikan dengan produksi kangkung dapat dilihat pada gambar 2.
   Gambar 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan produksi di daerah
        penelitian Tahun 2014

             Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

            Gambar 2 dapat dilihat bahwa untuk produksi rendah pada umumnya petani yang pendidikanya tamatan SMP dan SMA, sedangkan produksi tinggi adalah petani yang pendidikanya SD.

4.2.3.      Hubungan  Jumlah Tanggungan dengan Produksi
Jumlah tanggungan merupakan salah satu karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari dalam diri petani baik petani selaku manajer atau petani selaku kepala keluarga. Jumlah tanggungan ini akan mempengaruhi bagaimana pola usahatani yang di lakukan petani. Jumlah tanggungan yang banyak akan menunjukkan adanya peningkatan produksi di tingkat petani karna anggota keluarga akan ikut membantu petani dalam melakukan usahatani. Sementara disisi lain jumlah anggota keluarga yang banyak akan membuat petani semakin harus bekerja keras dan tidak bisa fokus ke satu kegiatan usahatani karna adanya desakan usahatani yang lebih di lakukan karna banyaknya kebutuhan yang harus di penuhi,  dan peranan anggota keluarga yang kurang berperan dalam usahatani., Untuk mengetahui hubungan jumlah tanggungan dengan peoduksi  kangkung di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014.

No
Stratum produksi Kg
1-2 jiwa
3-4 jiwa
5-6 Jiwa
Jumlah
(%)
(%)
(%)
1
200-300
31.2
37.5
31.2
100
2
400-500
44.4
22.2
33.3
100
3
600-700
46.7
40
13.3
100
Sumber : Analisis Data Primer.

Dari Tabel 8 di atas dapat kita lihat bahwa  pada produksi startum tertinggi dengan jumlah produksi 600-700 Kg dengan jumlah tanggungan terendah yaitu 1-2  jiwa. Sementara untuk produksi terendah dengan produksi dengan startum 200-300  Kg dengan jumlah tanggungan sedang yaitu dengan jumlah 3-4 jiwa.
Jumlah tanggungan di daerah penelitian dapat dilihat bahwa anggota keluarga tidak berperan dalam usahatani kangkung karna proses pengerjaanya yang mana usahatani kangkung tergolong rumit. Dalam usahatani kangkung perlu hati- hati dalam pengerjaanya karna banyak menggunakan pestisida dan bahan kimia sehingga di perlukan kejelian dari petani dalam mencampur bahan kimia tersebut. Hubungan jumlah tanggungan dengan produksi dapat dilihat pada gambar 3.
  Gambar 3. Hubungan jumlah tanggungan dengan produksi di daerah penelitian
                   Tahun 2014

            Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

            Gambar 3 dapat dilihat bahwa produksi tinggi dominan yang mempunyai tanggungan banyak  yaitu 5-6 jiwa. Sedangkan produksi rendah dominan yang mempunyai tanggungan sedang dan rendah yaitu 1-2  jiwa.

4.2.4.      Hubungan  Lamanya Berusahatani Dengan Produksi
Pengalaman bertani akan mempengaruhi tingkat keterampilan petani dalam mengelola usahataninya, semakin lama petani melakukan usahataninya maka semakin banyak pengalaman yang di dapat petani dalam berusahatani sehingga petani akan semakin mampu mengelola usahataninya dan permasalahan- permasalahan yang terjadi akan semakin mampu diatasi oleh petani, pengalaman petani dalam melakukan usahatani kangkung dapat di lihat selengkapnya pada Tabel 9
Tabel 9. Hubungan Produksi Kangkung Dengan Pengalaman/Lama Berusahatani di Kecamatan Lut Tawar, Tahun 2014.

No
Stratum produksi (Kg)
1-4 Tahun (%)
5-8 Tahun (%)
9 Tahun Ketatas (%)
Jumlah
1
200-300
0
75
25
100
2
400-500
56.6
33.3
11.1
100
3
600-700
46.7
46.7
6.7
100
Sumber : Analisis Data Primer
Dari tabel 9 di atas dapat kita lihat bahwa pada produksi paling tinggi dengan startum 600-700 Kg pengalaman petani yang relatif lama yaitu 46,7. Sedangkan untuk produksi rendah dengan startum 200-300 Kg dengan pengalaman petani relatif sedang yaitu berkisar 5-8 tahun.
Pengalaman berusahatani di usahatani kangkung tidak menjadi patokan dalam meningkatkan produksi karna produksi yang tinggi aja pengalaman petaninya yang relatif muda atau baru melakukan usahatani tersebut. Sementara untuk petani yang produksi rendah pengalaman petani yang melakukan usahatni tersebut dalam katagori sedang yaitu dengan kisaran 9-16 tahun. Hubungan lamanya berusahatani dengan produksi dapat dililat pada gambar 4.



Gambar 4. Hubungan lama berusahatani dengan produksi di daerah penelitian 
                Tahun 2014

               Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk produksi tinggi petani dominan yang mempunyai pengalaman baru yaitu 1-4 tahun sedangkan untuk yang produksi rendah dominan petani yang mempunyai pengalaman sedang  yaitu 5-8  tahun

4.2.5.      Hubungan  Luas Lahan  Dengan Produksi
Luas lahan di Kecamatan  Lut Tawar pada masing-masing petani berbeda-beda. Petani  kangkung di Kecamatan  Lut Tawar menghitung luas lahan tergantung pada  banyaknya jumlah lahan yang dalam satu hamparan yang di gunakan, Luas lahan yang di miliki petani akan menunjukkan tingkat produksi petani ters
ebut, Untuk mengetahui hubungan lama berusahatani dengan peroduksi  kangkung di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hubungan Produksi Dengan Luas Lahan di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014.

No
Stratum produksi (Kg)
0.0313-0.0625 Ha (%)
0.0938-0125 Ha (%)
0.158-0.88 Ha (%)
Jumlah
1
200-300
75
25
0
100
2
400-500
0
66.7
33.3
100
3
600-700
0
6.7
93.3
100
Sumber : Analis Data Primer
Dari tabel 10 di atas dapat kita lihat bahwa produksi yang paling tinggi yaitu dengan startum 600-700 Kg para petani menggunakan katagori terluas  pada luas lahan 0,158-0,88 Ha sedangakan produksi terendah yaitu dengan startum 200-300 Kg adalah petani yang dominan menggunakan lahan lahan sempit atau startum terendah untuk luas lahan yaitu dengan startum 0,0313-0,0625 Ha.
Untuk meningkatkan produksi maka para petani harus mengusakan usahatani kangkung dalam sekala yang cukup luas sehingga produksinya juga akan tinggi, hal ini dalam usahatani kangkung yang proses pengerjaanya dalam usahatani lebih banyak di lakukan di awal usahatani sementara setelah tumbuh hanya dibiarkan besar dan sekidit perawatan. Hubungan luas lahan dengan produksi dapat dilihat pada gambar 5.







Gambar 5. Hubungan luas lahan dengan produksi di darah penelitian tahun 2014
             Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014

Gambar 5 memunjukkan bahwa untuk produksi tinggi adalah petani yang menggunakan lahan luas yaitu 0,156-0,188 Hasedangkan petani yang produksi rendah adalah petani yang mengusakan lahannya sempi yaitu dengan luas 0,0313-0,0625 Ha.

4.2.6.      Analisis Hubungan Karakteristik Petani Dengan Produksi  Kangkung

Analisis hubungan karakteristik petani  kangkung  dengan produksi yang mencakup umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman, dan luas lahan menggunakan rumus chi square yaitu di analisis menggnuakan SPSS  versi 16 dengan hasil analisis dapat dilihat pada tabel 11


Tabel  11.   Hasil Analisis Menggunakan Spss Antara Karakteristik Petani  Kangkung  Dengan Produksi.

No
Uraian
Asymp sig (2-sided)
1.
Umur
0.000
2.
Pendidikan
0.262
3.
Jumlah Tanggungan
0.016
4.
Lama Berusahatani
0.006
5.
Luas lahan
0.000
    Sumber : Analisis Data Primer

4.2.6.1.     Umur
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. nilai signifikan lebih kecil  dari  nilai kesalahan yang di tolerir yaitu  Î± 5 % atau 0,005, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima, aratinya ada hubungan antara umur petani dengan produksi  kangkung.
Petani yang melakukan usahatani kangkung di daerah penelitian merupakan petani yang relatif muda dengan memanfaatkan lahan sawah yang sudah di Tanami lagi dan sudah mulai di alihkan untuk menanam tanamn hortikultura khususnya tanaman sayuran, hal tersebut  sama dengan teori (Ken Suratiyah) bahwa semakin tinggi umur petani tersebut maka semakin sedikit pula lahan yang mampu di garapnya.
Di Kecamatan Lut Tawar petani yang menanam kangkung merupakan usahatani keluarga yang mana orang tua (bapak) sebagai pemilik lahan usahatani tersebut, tetapi tetap di bantu oleh anggota keluarga


2.4.2.6.2. Pendidikan
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.246 nilai signifikan lebih besar  dari  nilai kesalahan yang di tolerir yaitu  Î± 5 % atau 0,005, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan  H1 di tolak, aratinya tidak hubungan antara pendidikan petani dengan produksi  kangkung.
Dalam usahatani kangkung petani hanya melihat cara penanaman dan melihat teknik budidaya dari petani yang lain sehingga dijadikan acuan bagi petani lain. Pengetahuan petani terus meningkat sesuai dengan cara-cara dan pola yang di lakukan oleh petani yang lain sehingga dalam usahatani tidak ada lagi kendala yang di hadapi oleh petani.

4.2.6.2.         Jumlah Tanggungan
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.249 nilai signifikan lebih besar  dari  nilai kesalahan yang di tolerir yaitu  Î± 5 % atau 0,005, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di terima dan H1 di tolak, aratinya tidak ada hubungan antara jumlah tanggungan petani dengan produksi  kangkung.
Usahatani kangkung yang dilakukan petani pada umumnya sudah terencana dan sudah diatur pola produksi sehingga kebutuhan tenaga kerja juga sudah diatur oleh petani sehingga memudahkan petani dalam melakukan usahatani sehingga jumlah tanggungan petani tidak begitu di perlukan dalam kegiatan usahatani. Dalam teori (Damsar: 2007) menyatakan jumlah tanggungan yang berada pada umur produktip merupakan salah satu sumberdaya manusia yang penting dalam kegiatan usahatani. Teori ini bersrbrangan dengan hasil penelitian yang mana didaearh penelitian anggota keluarga tidak mempunyai peran dalam proses usahatani.

4.2.6.3.         Lama Berusahatani
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.006 nilai signifikan lebih kecil  dari  nilai kesalahan yang di tolerir yaitu  Î± 5 % atau 0,005, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak  dan H1 di terima, aratinya ada hubungan antara lama berusahatani  petani dengan produksi  kangkung.
Usahatani kangkung yang di lakukan oleh petani tidak terlalu sulit untuk di pahami sehingga dengan melihat sekilas dari petani yang melakkukan usahatani maka petani lain langsung dapat melakukan usahatani tersebut. Usahatani kangkung tidak memerlukan bimbingan dan arahan khusus dalam proses bididayanya. Petani hanya di harapkan dapat mempelajari dari petani lainya kacawali masalah kalender tanam yang menyangkut dengan pasar dan harga disaat panen nantinya. Dalam teori (Hermanto :1996) menyatakan petani yang memiliki banyak pengalaman biasanya sangat berhati-hati dalam mengadopsi suatu inovasi baru di bandingkan dengan petani yang masih memiliki sedikit pengalaman.
4.2.6.4.         Luas Lahan
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. nilai signifikan lebih kecil  dari  nilai kesalahan yang di tolerir yaitu  Î± 5 % atau 0,005, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima, aratinya ada hubungan antara jumlah luas lahan yang di garap petani dengan produksi  kangkung.
Produksi kangkung sangat di tentukan berapa luas lahan yang garap oleh petani. Petani biasanya menggunakan lahan kopi yang baru di buka dengan kondisi kopi yang berumur relatif muda sehingga ada lahan yang tersedia yang dapat di gunakan untuk penanaman kangkung. Jadi jelas bahwa terdapat hubungan antara luas lahan dengan produksi, karena semakin luas lahan yang di gunakan maka semakin tinggi produksi yang di hasilkan.dalam teori (Hermanto, 1993) juga menyatakan bahwa semakin luas lahan yang diusahakan pada usahatani maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya,


 KESIMPULAN DAN SARAN

A.           Kesimpulan
Berdasarkan Hasil penelitian dapat disimpulkan
1. Umur (0,000) dan Luas lahan (0,000) memiliki hubungan dengan produksi kangkung di Kecamatan Lut Tawar kabupaten Aceh Tengah.
  2. Pendidikan (0,246) lama berusahatani (0,016) dan jumlah tanggungan (0,665) tidak berhubungan dengan produksi kangkung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.

B.      SARAN
1. Petani dalam meningkatkan produksi supaya lebih melihat dan mempelajari pengalaman dari petani yang produksi lebih tinggi, serta meingkatkan luas lahan.
 2. Diharapkan kepada pemerintah daerah khususnya kepada penyuluhan untuk memberi arahan serta bimbingan kepada petani mengenai agribisnis kangkung sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman berusahatani kangkung untuk meningkatkan produksi.


 

DAFTAR PUSTAKA



Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Jugenheimer, R.W.1985. Corn Improvement, Seed production, and Uses. John Wiley, New York.

Ir. A. G. Kartasapoetra 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Prof. Dr. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi I. Jakarta. Rajawali Pers

Soekartawi, et al. 1986. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

                     , 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta

_________. 1995. Analisis Usahatani. Cet I. Jakarta. UI-Press.

_________. 1990, Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajawali Pers.

_________ dkk. 2005. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cet III. Jakarta. UI-Press

Suprapto. 1992. Usahatani dan Budidaya Tanaman Jagung. Edisi ke Empat. Jakarta. Penerbit. Penebar Swadaya.

Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung. Indonesia.

Suharno, Syamsiar. 2009. Teknologi Budidaya Jagung Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.

Soeharjo, A. dan Patong, D.1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Bogor.

Indah Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.5  No. 2, hal 149 – 161.

Suratiah Ken (2008). Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Cet 2, Jakarta.  

Comments

Popular posts from this blog

pemanenan hijauan pakan ternak

Lirik Lagu Nasrul Arifin (UWES)

ANALISA BREAK EVEN POINT (BEP) USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KECAMATAN BUKIT KABUPATEN BENER MERIAH