HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI KANGKUNG DENGAN PRODUKSI DI KAMPUNG BOOM KECAMATAN LUT TAWAR KABUPATEN ACEH TENGAH
ABSTRAK
Kangkung adalah salah satu tanaman yang banyak di
gunakan oleh rumah tangga dan rumah makan sehingga petani selalu menanaman
kangkung tersebut. Petani di kecamatan
Lut Tawar selalu mengupayan supaya dapat memenuhi permintaan konsumen akan kangkung.
Karakteristik petani beragam antar masing-masing petani baik dari umur, luas
lahan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
karakteristik petani kangkung dengan produksi di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Data yang di gunakan data primer
dengan wawancara langsung dengan petani dan observasi dengan menggunakan
kuisioner di Kecamatan Lut Tawar penentuan sampel dengan metode sensus dimana semua populasi dijadikan sampel dan menggunakan metode analisis chi-square.
Berdasarkan hasil analisis di peroleh hasil penelitian bahwa kecenderungan karakteristik
petani yang berhasil yaitu, umur petani
relatif berumur muda (25-30 tahun), pendidikan
katagori rendah dan sedang (SD-SMP) Jumlah tanggungan katagori sedang (3-4 jiwa), lama
berusahatani katagori baru (1-4 tahun) luas lahan dengan katagori terluas (0,158-0,88 Ha). Hasil
analisis dengan chi square yaitu, umur (0,00) dan luas lahan (0,000) berhubungan dengan produksi, sementara,
pendidikan (0,262) lama berusahatani (0,016) dan jumlah tanggungan (0,665) tidak berhubungan dengan produksi Disarankan kepada petani petani dalam meningkatkan produksi supaya lebih
melihat dan mempelajari pengalaman dari petani yang produksi lebih tinggi dan
kepada pemerintah daerah khususnya kepada penyuluhan
untuk memberi arahan serta bimbingan kepada petani mengenai agribisnis
kangkung.
Kata Kunci: Kangkung, Karakteristik petani dan Lut Tawar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kangkung
merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani. Usahatani kangkung
berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah
tangga satuan luas lahan yang dimiliki kecil. Dalam kenyataannya di
pasar, petani tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang
dapat dilakukan oleh petani kangkung adalah bagaimana mengefisienkan
usahataninya semaksimal mungkin. Untuk itulah pengalaman dalam
berusahatani kangkung yang dilakukan petani dapatkah meningkatkan hasil usahatani kangkung.
Dilihat
dari segi berusahatani masyarakat Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah
dapat dikatakan sebagai petani maju walaupun pada umumnya rata – rata skala usahataninya masih tergolong kecil yang
disebabkan karena terbatasnya modal dan fluktuasi harga yang cukup tinggi. Pada
umumnya petani di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar
bergerak di bidang perikanan, perkebunan dan sebagian lainnnya mengusahakan tanaman hortikultura
dan palawija.
Usahatani
kangkung khususnya merupakan salah satu penghasil bahan makanan berupa sayur
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan penting dalam kehidupan
masyarakat. Keadaan produksi yang baik sangat ditentukan
oleh petani itu sendiri dalam mengelola usahataninya. Misalnya dengan mempunyai
lahan yang luas ataupun sempit diharapkan petani harus mampu mengatur atau memanajemen
usahataninya dari pengalaman-pengalaman yang didapatnya selama ini. Kendala yang sering dihadapi petani dalam
meningkatkan produksi kangkung adalah terlalu banyaknya biaya yang
dikeluarkan dalam memproduksi tanaman kangkung sedangkan harga kangkung
berfluktuasi dan tidak menentu, di sinilah dibutuhkan karakteristik petani
seperti umur, tingkat pendidikan dan lamanya bertani apakah dapat mempengaruhi
produksi tanaman kangkung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah untuk meningkatkan produksi
tanaman kangkung demi
keberlangsungan hidupnya.
Kampung
Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu penghasil
tanaman kangkung yang tergolong lahan yang cukup luas, walaupun kepemilikan
lahannya sempit dan banyak petani yang berdekatan memanfaatkan lahan tersebut
untuk berusahatani. Lahan yang tersedia merupakan daerah pinggiran Danau Laut
Tawar yang banyak mengandung unsure hara sehingga tanaman kangkung yang di
Tanami pada umumnya sangat subur, sehingga dalam waktu yang lama diperlukan
penggunaan factor produksi yang optimal, berimbang dan berkesinambungan
sehingga produksi dapat di tingkatkan dan mempertahankan produksi yang sudah
ada. Kecamatan yang ada menanam kangkung di Kabupaten Aceh Tengah ada beberapa
kecamatan, Untuk melihat perkembangan luas taman, luas panen
produksi dan produktivitas tanaman kangkung di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun
2013 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Tanaman Kangkung di Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2013
No
|
Kecamatan
|
Luas Tanam (Ha)
|
Luas Panen (H)
|
Produksi (Ton)
|
|
1
|
Linge
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Bintang
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Lut Tawar
|
12
|
12
|
65
|
|
4
|
Kebayakan
|
11
|
8
|
34
|
|
5
|
Pegasing
|
12
|
5
|
21
|
|
6
|
Bebesen
|
1
|
1
|
7
|
|
7
|
Kute Panag
|
-
|
-
|
-
|
|
8
|
Silih Nara
|
8
|
6
|
18
|
|
9
|
Jagong Jeget
|
18
|
20
|
110
|
|
10
|
Atu Lintang
|
-
|
-
|
-
|
|
11
|
Ketol
|
-
|
-
|
-
|
|
12
|
Celala
|
3
|
1
|
10
|
|
13
|
Bies
|
-
|
-
|
-
|
|
14
|
Rusip Antara
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
65
|
65
|
265
|
Sumber: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Aceh Tengah 2013.
Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa daerah yang terluas kedua setelah
kecamatan Jagung Jeget yang luas lahannya sama dengan kecamatan pegasing
sementara dilihat dari luas panen kecamatan merupakan luas panennya terluas
kedua setelah Kecamatan Jagung Jeget.
Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah merupakan kampung
penghasil kangkung di Kecamatan Lut Tawar yang merupakan hasil survey hasil
peneliti dimana lokasi
penanaman yang sangat dekat dengan pasar baik pasar pemasaran hasil pertanian
dan pasar untuk membeli sarana produksi sehingga untuk pasar sangat medukung
dan dapat mengurangi biaya dalam proses usahatani. Pada saat ini petani kangkung
yang menanam kangkung hanya menilai dari pendapatan yang di peroleh tanpa
memikirkan apakah produksi dan produktivitasnya yang di hasilkan sudah optimal.
1.2. Identifikasi
Masalah.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka Identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah
hubungan karakteristik petani kangkung dengan produksi di Kampung Boom Kecamatan
Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
1.3.
Tujuan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka Tujuan
masalah dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan karakteristik petani dengan produksi Kangkung di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar Kabupaten
Aceh Tengah.
1.4. Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat/kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Sebagai
referesi dan bacaan bagi penelitian berikutnya tentang Karakteristik Petani dengan tingkat keberhasilan
usahatani kangkung.
2.
Sebagai
kajian evaluasi petani dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan usahatani kangkung.
3.
Sebagai
pertimbangan pemerintah dalam meningkatkan kemampuan petani dalam usahatani kangkung
di Kampung Boom Kecamatan
Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
1.5.
Hipotesis
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah penelitian maka hipotesis yang dapat di
angkat yaitu: Diduga ada hubungan karakteristik umur, tingkat
pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan petani dengan produksi kangkung di Kampung Boom Kecamatan Lut Tawar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Kangkung ( Ipomoea reptans
)
Kangkung
merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea
reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut
Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau
parit-parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
a.
Warna
bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat
bunga putih bersih.
b.
Bentuk daun
dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung
darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung
darat putih kehijau-hijauan.
c.
Kebiasaan
berbiji. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu
sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan
stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung
yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan
sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup
tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral
terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.
Disamping itu hewan
juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci
dan babi.
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa
khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten
Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam
Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk
konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae
(keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
a) Divisio : Spermatophyta
b) Sub-divisio : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Convolvulaceae
e) Genus : Ipomoea
f) Species : Ipomoea reptans
Kangkung tergolong sayur yang sangat
populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water
convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke
Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Seorang pakar kesehatan
Filipina: Herminia de Guzman Ladion memasukkan kangkung dalam kelompok
"Tanaman Penyembuh Ajaib", sebab berkhasiat untuk penyembuh penyakit
"sembelit" juga sebagai obat yang sedang "diet". Selain
itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit "wasir"
2.1.1. Syarat Pertumbuhan
a. Iklim
1)
Tanaman ini
dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada
daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin
2)
Jumlah
curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000
mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan
subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian,
kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat
tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
3)
Tanaman
kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang
cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh
memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung,
maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara
dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka
temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang
terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak
disukai konsumen.
b.
Media Tanam
1)
Kangkung
darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan
tidak dipengaruhi keasaman tanah.
2)
Tanaman
kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah
membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
3)
Tanaman
kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki
kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik.
c. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat
maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan
dicampur aduk.
2.1.2. Pedoman Teknis Budidaya
a. Pembibitan
1.
Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau
darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air
produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk.
Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20
-30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang
besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang,
kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari
tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.
2.
Penyiapan Benih
Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30
cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm. b) Untuk benih dari biji kangkung diambil
dari tanaman yang tua. c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2
bedengan ± 300 gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji.
3.
Teknik Penyemaian Benih
Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris
berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar
yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam musim hujan.
4.
Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan
pembenihan kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering.
b. Pengolahan Media Tanam
1.
Persiapan
Air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air. Bertanam
kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian dibuatkan
petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang bedengan,
tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan di atas bedengan
dengan jarak 20 x 20 cm.
2.
Pembukaan Lahan
Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah
diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk
kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5 cm,
dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar
3.
Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan
ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak antar bedeng
50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung
keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan
pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan kegiatan
lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 2x1 m
dengan kedalaman drainase 30x30 cm.
4.
Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu
pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan
bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam, kemudian
2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air kemudian
disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram. Pada waktu melakukan
pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian
diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha
rabuk organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan
cara disiramkan.
5.
Lain-lain
Agar tanaman kangkung dapat berproduksi secara memuaskan, perlu
dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang
buncis, kecipir atau ketimun.
c. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan
ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka bila jarak tanamnya
ditentukan 20x20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50 lubang atau
50 rumpun kangkung.
2.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang
berjarak 20 x20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah
lubangnya (tergantung ukuran bedengan).
3.
Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00
sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung
mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
d. Pemeliharaan Tanaman
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu
rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka
segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah
disiapkan).
2.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman
pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
3.
Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman
kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya.
Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu.
4.
Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang,
perempalan tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan
pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat
pertumbuhan tanaman.
5.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea
diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada
tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk jangan
sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan
menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapu lidi setiap selesai menabur pupuk.
6.
Pengairan dan Penyiraman
Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman
gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00).
Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan
banyak air dalam pertumbuhannya.
7.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang
berada pada helai daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun menjadi
kuning. Untuk penanggulangannya disemrotkan Baysudin dengan dosis 2 c per liter
air, yang disemprotkan sore hari.
Untuk memberantas ulat daun yang sering menyerang tanaman kangkung,
digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air
dan disemprotkan pada tanaman.
Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis
senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
8.
Pemeliharaan Lain
Agar pertumbuhan subur, sebaiknya seminggu setelah atau sebelum
panen, tanaman dipupuk urea kembali.
e.
Hama dan
Penyakit
1.
Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif tidak
ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk mencegah
terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk memberantas ulat
daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per
liter air dan disemprotkan pada tanaman.
ada waktu membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih
dahulu selama 4-5 hari. Kemudian diairi kembali.
2.
Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan
sedikit perlindungan. Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman kangkung
adalah karat putih (Albugo Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap
Dithane M-45 atau Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan
higiene umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun
dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum
pemanenan.
f.
Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini
kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. Ada pula yang
mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman.
2.
Cara Panen
Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat.
Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas
permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari.
Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri
batang besar dan berdaun lebar.
Dengan menggunakan alat pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat
dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam
air. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari. Selama panen, lahan
penanaman harus tetap basah tapi tidak berair (lembab).
3.
Periode Panen
Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen,
biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11
kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga, sisakan ± 2 m2 untuk dikembangkan
terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat
dikeringkan.
4.
Prakiraan Produksi
Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15
ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10
m2.
g.
Pascapanen
1.
Pengumpulan
Kangkung yang baru dipanen dikumpulkan dan kemudian disatukan
sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan.
2.
Penyimpanan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu,
kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan
menggunakan anjang-anjang.
2.2.
Karakteristik
Kamisa,
(1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain tabiat, watak. Berkarekter
artinya mempunyai watak dan mempunyai keperibadian (http//pustaka. Pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html).
Menurut
(Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat (http//pustaka. Pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html).
Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin, dijelaskan bahwa
karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang
memiliki pengertian di antaranya:
1.
Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal
yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi, suatu
objek, suatu kejadian.
2.
Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam
bentuk suatu untas atau kesatuan.
3.
Kepribadian seseorang, dipertimbangkan dari titik pandangan
etis atau moral.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah suatu
sifat yang khas, yang melekat pada diri seseorang atau suatu objek (
hhtp://tugasski.blogspot.com/2013/04/pengertian-karakteristik.html)
Karakteristik petani adalah
ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan
melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya.
Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor
atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai
karakteristik petani (Mislini,2006 dalam Herman Sabagio)
Petani
sebagai usahatani (baik sebagai juru tani maupun sebagai pengelola) adalah
manusia yang disetiap pengambilan keputusan untuk usahataninyatidak selalu dapat dengan bebas dilakukan karena
adanya batasan-batasan yang ada pada petani. Karakteristik petani mencakup
dalam hal umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, luas lahan, (http. blog.
diamas. com/2013.html).
Karakteristik
petani Karakteristik individu dalah
bagian dari pribadi dan melekat pada diri seseorang. Karakteristik ini
mendasari tingkah laku seseorang dalam situasi kerja maupun situasi yang
lainnya (Rogers dan Shoemaker, 1971: 26) dalam Rini Sri
2.2.1.
Umur
Hal ini juga didukung oleh Bakir (2000) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2
(2006), bahwa sampai tingkat umur tertentu kemampuan fisik manusia akan
semakin tinggi sehingga produktivitas juga tinggi, tetapi semakin bertambahnya
umur, maka kemampuan fisik akan semakin menurun, demikian juga produktivitas
kerja.
Slamet (1994) dalam Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto
menambahkan bahwa faktor umur sangat penting dalam partisipasi, biasanya mereka
yang masuk golongan umur (40 – 60) dimana akan semakin aktif keterlibatannya
dalam partisipasi tahap pelaksanaan.
Umur seseorang
menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan
secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya
(Ken Suratiyah, 2009).
Umur petani akan mempengaruhi
kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan
usahataninya. Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut akan
sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir,
cara kerja, dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan
respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya. (Ir. Sutarto,
M.Si : 2008).
Petani yang makin tua,
pertimbangan dan pengambilan kepusannya relatif lama dibandingkan petani muda (
Fadholi Hermanto:1996).
2.2.2.
Tingkat
Pendidikan
Menurut Padmowihardjo (2002) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2
(2006), bahwa rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor
penghambat pengembangan sektor pertanian di pedesaan, karena pendidikan yang
rendah akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menerapkan inovasi baru, dan
semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka pola pikir juga semakin luas dan
tentunya akan lebih cepat dalam menerima suatu inovasi yang disampaikan.
Damihartini
dan Amri Jahi (2005) dalam Rini Sri Damihartini
dan Amri Jahi (2005). Pendidikan Formal
Mardikanto (1990: 213), menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi
cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif
tinggi menyebabkan petani lebih dinamis
Mardikanto (1993) menerangkan
pendidikan merupakan proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam
penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan alam semesta.
Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat
pendidikan petani baik formal maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir
yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan
memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. (Ir. Sutarto, M.Si : 2008).
Pendidikan itu mengambil mampaat
lain sejauh pengalaman itu akan membantu masyarakat bergerak maju perkembangan
yang dikehendaki (Hassan Su’ud : 2004).
2.2.3.
Pengalaman
Petani
Sesuai dengan pendapat Makmur (2001) dalam Hermaya Rukka1, Buhaerah1 dan Sunaryo2
(2006) yang menyatakan bahwa pengalaman seseorang akan memberikan
kontribusi terhadap minat dan harapannya untuk belajar lebih banyak.
Admowihardjo (1994: 22) dalam Rini Sri Damihartini dan
Amri Jahi (2005), mengemukakan bahwa
pengalaman baik yang menyenangkan maupun mengecewakan berpengaruh pada proses
belajar seseorang.
Soekartawi (1988) dalam Paramesti Maris, Sapja Anantanyu, Suprapto
mengemukakan bahwa petani yang baru belajar (pemula) dibandingkan dengan petani
yang sudah berpengalaman akan berbeda dalam hal kecepatannya untuk melakukan
proses adopsi inovasi. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh petani dalam jangka
waktu yang lama yang sudah dilakukan secara turun temurun.
Sebagaimana dikatakan Havelock (1969), Murtiyeni, D. Priyanto dan D. Yulistiani (2005) bahwa pengalaman masa
lalu yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kecenderungannya untuk merasa
memerlukan dan siap menerima pengetahuan baru.
2.3. Usahatani
Ilmu usahatani biasanya di artikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
(yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efesien bila pemanpaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yan melebihi masukan (input).
soekartawi 1995.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin. Ada banyak
defenisi ilmu usahatani yang diberikan. Berikut ini beberapa pakar. (Ken
Suratiyah, 2008).
1.
Menurut
Daniel
Ilmu usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani mengkombinasikan dan
mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan, tenaga, dan modal
sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani
berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil maksimal dan kontinyu.
2.
Menurut
Efferson
Ilmu usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara mengoordinasikan unit usahatani
dipandang dari sudut efesiensi dan pendapatan yang kontinyu.
3.
Menurut
Vink (1984)
Ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari
norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan
yang setingi-tingginya.
4.
Menurut
Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani
merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau
menggunakan sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian, peternakan,
atau perikanan. (Ken Suratiyah, 2008).
Pembangunan usahatani menuju usahatani yang tangguh
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani masa depan yang tegar dalam
posisinya (Hernanto F, 1991:12).
Usahatani adalah himpunan
dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu ya”ng diperlukan
untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang
didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto, 1995 : 59).
Usahatani menurut Hernanto F (1991:28), diartikan sebagai
kesatuan organisasi antara modal, kerja dan pengelolaan yang ditujukan untuk
memperoleh produksi di lapangan pertanian. Sejalan dengan pengertian tersebut.
Usahatani merupakan organisasi dari
alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi ini sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang,
segolongan sosial, baik yang terikat geologis, politis maupun teritorial sebagai
pengelolanya (Hernanto, 1993:34).
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya. Sebagai ilmu
pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif mungkin dan seefesien mungkin sehingga usaha tersebut
memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ken Suratiyah, (2009:8).
Usahatani dikatakan produktif atau efisien apabila
usahatani tersebut mempunyai produktivitas tinggi. Produktivitas merupakan
penggabungan dari konsep efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah.
Efesiensi fisik adalah mengukur banyaknya hasil (output) yang dapat diperoleh
dari kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah adalah menggambarkan penyerapan
tenaga kerja dan modal sehingga memberikan produk yang sebesar-besarnya
(Mubyarto, 1983:45).
2.4.
Chi_Squere
Chi-square adalah tehnik analisis statistika untuk
mengetahui signifikan perbedaan antara proporsi ( dan atau probolitas) subjek
atau objek penelitian yang datanya terkatagorikan.
Chi-square digunakan sebagai alat pengetesan hipotesis penelitian untuk menguji
sampel yang berhubungan, sampel berhubungan disini adalah satu sampel
penelitian yang dikenai dengan dua macam perlakuan, yang selanjutnya dilihat
perubahannya(Soepeno, 2002).
Karakteristik Chi-Square:
-
Nilai
Chi-square selalu positif
-
Terdapat
beberapa distribusi Chi-Square, yaitu distribusi Chi-Square dengan DK= 1,2,3,
dst
-
Bentuk
distribusi Chi-Square adalah menjulur positip
Untuk mengetahui hubungan
karakteristik petani kangkung terhadap produksi di Kecamatan Lut Tawar
Kabupaten Aceh Tengah maka digunakan rumus Chi- square:
Dimana:
X2 = Nilai
Chi-kuadrat
fe = Frekuensi yang diharapkan
fo = Frekuensi yang
diharapkan / diamati, (Mason & Lind 1999).
Kriteria
hipotesis dalam penggunaan chi-square yaitu:
Ho:
bi = 0 dimanaVariable bebas X1 …Xn
tidak berhubungan dengan variable terikat (Y)
H1:
bi ≠ 0 dimana Variable bebas X1 …Xn berhubungan
dengan variable terikat (Y)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Keadaan
Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Lut Tawar merupakan salah
satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Tengah yang memiliki luas wilayah
berkisar 99.56 km2, dengan ketinggian tempat rata-rata 200 s/d 2600
meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Lut Tawar mempunyai
batas-batas wilayah adalah sebagai berikut. :
§ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bebesen
§ Sebelah Timur berbatasan dengan Bintang
§ Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Linge
§ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bebesen
dan Pegasing
4.1.1.
Keadaan Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor alam
yang langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah curah hujan, suhu, angin dan
kelembaban udara. Iklim di Kecamatan Lut Tawar pada dasarnya hampir sama dengan
Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tengah dengan curah hujan 1.750 mm/
tahun dengan kelembaban udara 75 %, suhu udara rata-rata 160C s/d 250C.
4.1.2.
Keadaan Penduduk
a. Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2014,
sebaran usia penduduk di Kecamatan Lut Tawar mempunyai beberapa tingkatan.
Adapun keadaan tingkat usia penduduk Kecamatan Lut Tawar dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Tingkat Usia dan Jenis
Kelamin Penduduk di Kecamatan Lut Tawar
Tahun 2014
No
|
Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
0–9
10–19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-74
75 +
|
2.129
1.759
1.632
1.637
1.143
645
321
70
77
|
2.111
1.760
1.683
1.622
1.086
629
339
93
122
|
4.240
3.519
3.315
3.259
2.229
1.274
660
163
199
|
Jumlah
|
9.413
|
9.445
|
18.858
|
Sumber : Badan
Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel 4 dapat
dilihat bahwa penduduk yang berusia 0–9 tahun sebanyak 4.240 jiwa, penduduk
yang berusia 10-19 tahun sebanyak 3.519 jiwa, penduduk yang berusia 20-29 tahun
sebanyak 3.315 jiwa, penduduk yang berusia 30-39 tahun sebanyak 3.259 jiwa,
penduduk yang berusia 40-49 tahun sebanyak 2.229 jiwa, penduduk yang berusia
50-59 tahun sebanyak 1.274 jiwa, penduduk yang berusia 60-69 tahun sebanyak 660
jiwa, penduduk yang berusia 70-74 tahun sebanyak 163 jiwa dan penduduk yang berusia 75 +
sebanyak 199 jiwa.
b. Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2014,
jumlah penduduk di Kecamatan Lut Tawar berdasarkan jenis kelamin laki-laki
berjumlah 9.413 jiwa sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 9.445 jiwa.
Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Lut Tawar pada tahun 2013 adalah sebesar 18.858
dengan sebaran penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Keadaan Jumlah Penduduk Kecamatan
Lut Tawar Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
No
|
Uraian
|
Jumlah(Jiwa)
|
1
2
|
Laki-laki
Perempuan
|
9.413
9.445
|
Jumlah
|
18.858
|
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah
Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel 5 maka
bila ditinjau dari rasio pertambahan jumlah penduduk antara laki-laki dan
perempuan maka lebih besar penduduk yang bejenis kelamin perempuan dibandingkan
dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki.
c. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat
berperan dalam suatu daerah, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
cepat daerah tersebut berkembang. Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2013, tingkat pendidikan
penduduk Kecamatan Lut Tawar dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Tingkat Pendidikan
Penduduk di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
1
2
3
4
|
SD
SLTP
SLTA
PT
|
8
32
292
438
|
Jumlah
|
770
|
Sumber : Badan
Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013
Dari
tabel 4 dapat
dilihat bahwa penduduk di daerah penelitian yang berpendidikan pada, penduduk
yang masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 8 orang, penduduk yang
masih duduk di bangku SLTP sebanyak 32 orang, penduduk yang masih duduk di
tingkat SLTA sebanyak 292 orang, penduduk yang sudah di perguruan tinggi
sebanyak 438 orang.
d. Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lut Tawar
Tahun 2014
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah Jiwa
|
1
2
3
4
5
|
Pertanian
Industri
Bangunan/ Kontruksi
Perdagangan
Angkutan
|
2.366
2
9
1.105
48
|
Jumlah
|
3.530
|
Sumber : Badan
Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5 bahwa mata pencaharian
yang berasal dari pertanian sebanyak 2.366 jiwa, mata pencaharian dari industri
sebanyak 2 jiwa, mata pencaharian dari Bangunan/ Kontruksi sebanyak 9 jiwa,
mata pencaharian perdagangan sebanyak 1.105 jiwa dan mata pencaharian dari
angkutan sebanyak 48 jiwa.
4.2.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani merupakan hal
utama yang perlu di perhatikan dalam usahatani sehingga keberhasilan dan target
yang di harapkan dapat tercapai. Karakteristik petani yang datang dari dalam diri
petani sangat berhubungan dengan tingkat kemampuan untuk menghasilkan produksi.
Karakteristik yang di amati dalam penelitian ini yang meliputi, umur, tingakat pendidikan, luas lahan, jumlah
tanggungan, lama berusahatani dengan melihat bagaimana hubungan karakteristik
tersebut dengan produksi kangkung di daerah penelitian.
4.2.1.
Hubungan Umur Petani dengan Produksi
Umur merupakan hal utama dalam usahatani, semakin muda umur petani maka kemampuan dalam
mengkoordinasikan dan pengelolaan usahatani akan semakin baik dan kemampuan
dalam berusaha lebih giat akan tercapai sehingga petani- petani muda lebih
dominan untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Di dalam penelitian ini akan
di lihat bagaimanakan hubungan antara umur petani dengan tingkat produksi
kangkung yang di hasilkan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hubungan
Antara Usia Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut
Tawar, Tahun 2014.
No
|
Stratum produksi (Kg)
|
25-30 Thn (%)
|
35-40 Thn (%)
|
45-50 Thn (%)
|
Jumlah
|
1
|
200-300
|
0
|
6.2
|
93.8
|
100
|
2
|
400-500
|
55.6
|
44.4
|
0
|
100
|
3
|
600-700
|
80
|
6.7
|
13.3
|
100
|
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 6 di atas dapat
dilihat bahwa tingkat produksi paling tinggi 600-700 Kg kangkung dengan startum tertinggi yang dominan
umur petani yang relatif muda yaitu 80,0 % yang berumur 25-30 tahun. Sedangkan untuk produksi rendah atau
startum 1 umur petani berusia tua yaitu pada umur 45-50 tahun dengan jumlah 93,8%.
Secara umum untuk meningkatkan
produksi kangkung di daerah penelitian maka usahatani kangkung ini dilakukan
oleh petani yang relatif muda sehingga kemampuan dalam mengelola usahatani
tersebut dapat lebih maksimal baik dari pengggunaan tenaga dan pikiran petani.
Hubungan umur dengan produksi dapat dilihat pada gambar grafik 1.
Gambar 1. Hubungan umur petani
dengan produksi kangkung di daerah
Penelitian Tahun 2014
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
Gambar 1 dapat di lihat untuk
produksi tertinggi kecenderungan petani yang berumur muda, sedangkan yang
produksi rendah kecenderungan petani yang berumur sedang.
4.2.2.
Hubungan Pendidikan dengan Produksi
Pendidikan yang petani didaearh
penelitian dengan melihat tingkat pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh
petani dengan melihat sampai mana pendidikan yang sudah diselesaikan. Katagori tingkat pendidikan dibagi atas tiga yaitu SD, SMP, SMA Tingkat pendidikan
yang di miliki petani akan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan
dengan daya fikir seseorang. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan
produksi kangkung di lihat pada Tabel 4.
Tabel 7. Hubungan
Antara Pendidikan Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014.
No
|
Stratum produksi (Kg)
|
SD (%)
|
SMP (%)
|
SMA (%)
|
Jumlah
|
1
|
200-300
|
25
|
37.5
|
37.5
|
100
|
2
|
400-500
|
22.2
|
66.7
|
11.1
|
100
|
3
|
600-700
|
46.7
|
26.7
|
26.7
|
100
|
Sumber : Analisis Data Primer
Dari tabel 7 di atas
dapat kita lihat bahwa untuk
produksi tertinggi dengan stratum 600-700 Kg para petani sampel merupakan dominan
perpendidikan rendah (SD) dengan jumlah persentase 46,7 %. Sementara untuk stratum terendah
yaitu dengan produksi 200-300 petani sampel dominan berpendidikan tinggi yaitu pendidikan
SMA dengan persentase sama-sama 35,7 %.
Untuk meningkatkan produksi petani
maka perlu membina petani dengan memberikan arahan dan bimbingan teknis
mengenai usahatani kangkung sehingga produksi dapat di tingkatkan. Walaupun
pendidikan yang di peroleh bukan pendidikan formal dan tidak memperoleh Ijazah,
tapi petani diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan baik sehingga produksi
di tingkat petani dapat terus meningkat. Hubungan tingkat pendidikan dengan produksi
kangkung dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Tingkat
Pendidikan dengan produksi di daerah
penelitian Tahun 2014
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
Gambar 2 dapat dilihat bahwa untuk
produksi rendah pada umumnya petani yang pendidikanya tamatan SMP dan SMA,
sedangkan produksi tinggi adalah petani yang pendidikanya SD.
4.2.3.
Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Produksi
Jumlah tanggungan merupakan salah satu karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari dalam
diri petani baik petani selaku manajer atau petani selaku kepala keluarga.
Jumlah tanggungan ini akan mempengaruhi bagaimana pola usahatani yang di lakukan petani.
Jumlah tanggungan yang banyak akan menunjukkan adanya peningkatan produksi di
tingkat petani karna anggota keluarga akan ikut membantu petani dalam melakukan
usahatani. Sementara disisi lain jumlah anggota keluarga yang banyak akan
membuat petani semakin harus bekerja keras dan tidak bisa fokus ke satu
kegiatan usahatani karna adanya desakan usahatani yang lebih di lakukan karna
banyaknya kebutuhan yang harus di penuhi,
dan peranan anggota keluarga yang kurang berperan dalam usahatani., Untuk mengetahui hubungan jumlah tanggungan dengan peoduksi kangkung di lihat pada Tabel 8.
Tabel 8.
Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Dengan Produksi Kangkung di Kecamatan Lut
Tawar Tahun 2014.
No
|
Stratum produksi Kg
|
1-2 jiwa
|
3-4 jiwa
|
5-6 Jiwa
|
Jumlah
|
(%)
|
(%)
|
(%)
|
|||
1
|
200-300
|
31.2
|
37.5
|
31.2
|
100
|
2
|
400-500
|
44.4
|
22.2
|
33.3
|
100
|
3
|
600-700
|
46.7
|
40
|
13.3
|
100
|
Sumber : Analisis Data
Primer.
Dari Tabel 8 di atas dapat kita lihat bahwa pada produksi startum
tertinggi dengan jumlah produksi 600-700 Kg dengan jumlah tanggungan terendah yaitu 1-2 jiwa. Sementara untuk produksi terendah dengan
produksi dengan startum 200-300 Kg dengan
jumlah tanggungan sedang yaitu dengan jumlah 3-4 jiwa.
Jumlah tanggungan di daerah penelitian
dapat dilihat bahwa anggota keluarga tidak berperan dalam usahatani kangkung
karna proses pengerjaanya yang mana usahatani kangkung tergolong rumit. Dalam
usahatani kangkung perlu hati- hati dalam pengerjaanya karna banyak menggunakan
pestisida dan bahan kimia sehingga di perlukan kejelian dari petani dalam
mencampur bahan kimia tersebut. Hubungan jumlah tanggungan dengan produksi
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Hubungan jumlah
tanggungan dengan produksi di daerah penelitian
Tahun 2014
Sumber:
Data Primer diolah Tahun 2014
Gambar 3 dapat dilihat bahwa
produksi tinggi dominan yang mempunyai tanggungan banyak
yaitu 5-6 jiwa. Sedangkan produksi rendah dominan yang mempunyai
tanggungan sedang dan rendah yaitu 1-2 jiwa.
4.2.4.
Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan
Produksi
Pengalaman bertani akan mempengaruhi tingkat
keterampilan petani dalam mengelola usahataninya, semakin lama petani melakukan usahataninya maka
semakin banyak pengalaman yang di dapat petani dalam berusahatani sehingga
petani akan semakin mampu mengelola usahataninya dan permasalahan- permasalahan
yang terjadi akan semakin mampu diatasi oleh petani, pengalaman petani dalam
melakukan usahatani kangkung dapat di lihat selengkapnya
pada Tabel 9
Tabel 9.
Hubungan Produksi Kangkung Dengan Pengalaman/Lama Berusahatani di Kecamatan Lut
Tawar, Tahun 2014.
No
|
Stratum produksi (Kg)
|
1-4 Tahun (%)
|
5-8 Tahun (%)
|
9 Tahun Ketatas (%)
|
Jumlah
|
1
|
200-300
|
0
|
75
|
25
|
100
|
2
|
400-500
|
56.6
|
33.3
|
11.1
|
100
|
3
|
600-700
|
46.7
|
46.7
|
6.7
|
100
|
Sumber : Analisis Data
Primer
Dari tabel 9 di atas dapat kita lihat bahwa pada
produksi paling tinggi dengan startum
600-700 Kg
pengalaman petani yang relatif lama yaitu 46,7. Sedangkan untuk produksi rendah dengan startum 200-300 Kg dengan
pengalaman petani relatif sedang yaitu berkisar 5-8 tahun.
Pengalaman berusahatani di usahatani
kangkung tidak menjadi patokan dalam meningkatkan produksi karna produksi yang
tinggi aja pengalaman petaninya yang relatif muda atau baru melakukan usahatani
tersebut. Sementara untuk petani yang produksi rendah pengalaman petani yang
melakukan usahatni tersebut dalam katagori sedang yaitu dengan kisaran 9-16
tahun. Hubungan lamanya berusahatani dengan
produksi dapat dililat pada gambar 4.
Gambar 4. Hubungan lama berusahatani dengan
produksi di daerah penelitian
Tahun 2014
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
Gambar 4
menunjukkan bahwa untuk produksi tinggi petani dominan yang mempunyai
pengalaman baru yaitu 1-4 tahun
sedangkan untuk yang produksi rendah dominan petani yang mempunyai pengalaman
sedang yaitu 5-8 tahun
4.2.5.
Hubungan Luas Lahan Dengan Produksi
Luas lahan di Kecamatan
Lut Tawar pada masing-masing petani berbeda-beda. Petani kangkung di Kecamatan Lut Tawar menghitung luas lahan tergantung
pada banyaknya jumlah lahan yang dalam satu hamparan yang di gunakan, Luas lahan yang di miliki petani akan menunjukkan
tingkat produksi petani ters
ebut, Untuk mengetahui hubungan lama berusahatani dengan
peroduksi kangkung di lihat pada Tabel 10.
Tabel 10.
Hubungan Produksi Dengan Luas Lahan di Kecamatan Lut Tawar Tahun 2014.
No
|
Stratum produksi (Kg)
|
0.0313-0.0625 Ha (%)
|
0.0938-0125 Ha (%)
|
0.158-0.88 Ha (%)
|
Jumlah
|
1
|
200-300
|
75
|
25
|
0
|
100
|
2
|
400-500
|
0
|
66.7
|
33.3
|
100
|
3
|
600-700
|
0
|
6.7
|
93.3
|
100
|
Sumber : Analis Data Primer
Dari tabel 10 di atas dapat kita lihat bahwa produksi
yang paling tinggi yaitu dengan
startum 600-700 Kg para petani menggunakan katagori terluas pada luas lahan 0,158-0,88 Ha sedangakan produksi terendah yaitu dengan
startum 200-300 Kg adalah petani yang dominan menggunakan lahan lahan sempit atau startum
terendah untuk luas lahan yaitu dengan startum 0,0313-0,0625
Ha.
Untuk meningkatkan produksi maka para
petani harus mengusakan usahatani kangkung dalam sekala yang cukup luas
sehingga produksinya juga akan tinggi, hal ini dalam usahatani kangkung yang
proses pengerjaanya dalam usahatani lebih banyak di lakukan di awal usahatani
sementara setelah tumbuh hanya dibiarkan besar dan sekidit perawatan. Hubungan
luas lahan dengan produksi dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hubungan luas lahan dengan
produksi di darah penelitian tahun 2014
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014
Gambar 5 memunjukkan bahwa untuk
produksi tinggi adalah petani yang menggunakan lahan luas yaitu 0,156-0,188 Hasedangkan petani yang
produksi rendah adalah petani yang mengusakan lahannya sempi yaitu dengan luas 0,0313-0,0625 Ha.
4.2.6.
Analisis Hubungan Karakteristik Petani Dengan Produksi Kangkung
Analisis hubungan karakteristik petani kangkung
dengan produksi yang mencakup umur, pendidikan, jumlah tanggungan,
pengalaman, dan luas lahan menggunakan rumus chi square yaitu di analisis
menggnuakan SPSS versi 16 dengan hasil analisis dapat dilihat pada tabel 11
Tabel 11. Hasil Analisis
Menggunakan Spss Antara Karakteristik Petani
Kangkung Dengan Produksi.
No
|
Uraian
|
Asymp sig (2-sided)
|
1.
|
Umur
|
0.000
|
2.
|
Pendidikan
|
0.262
|
3.
|
Jumlah Tanggungan
|
0.016
|
4.
|
Lama Berusahatani
|
0.006
|
5.
|
Luas lahan
|
0.000
|
Sumber :
Analisis Data Primer
4.2.6.1.
Umur
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. nilai signifikan lebih kecil
dari nilai kesalahan yang di tolerir yaitu α 5 % atau 0,005, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima, aratinya ada
hubungan antara umur petani dengan produksi kangkung.
Petani yang
melakukan usahatani kangkung di daerah penelitian merupakan petani yang relatif
muda dengan memanfaatkan lahan sawah yang sudah di
Tanami lagi dan sudah mulai di alihkan untuk menanam tanamn hortikultura
khususnya tanaman sayuran, hal tersebut
sama dengan teori (Ken Suratiyah) bahwa semakin tinggi umur petani
tersebut maka semakin sedikit pula lahan yang mampu di garapnya.
Di Kecamatan Lut Tawar petani yang
menanam kangkung merupakan usahatani keluarga yang mana orang tua (bapak)
sebagai pemilik lahan usahatani tersebut, tetapi tetap di bantu oleh anggota keluarga
2.4.2.6.2. Pendidikan
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.246 nilai signifikan lebih besar dari
nilai kesalahan yang di
tolerir yaitu α 5 % atau 0,005, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 di tolak, aratinya tidak hubungan antara pendidikan petani dengan produksi kangkung.
Dalam usahatani
kangkung petani hanya melihat cara penanaman dan melihat teknik budidaya dari
petani yang lain sehingga dijadikan acuan bagi petani lain. Pengetahuan petani
terus meningkat sesuai dengan cara-cara dan pola yang di lakukan oleh petani
yang lain sehingga dalam usahatani tidak ada lagi kendala yang di hadapi oleh
petani.
4.2.6.2.
Jumlah Tanggungan
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.249 nilai signifikan lebih besar dari
nilai kesalahan yang di
tolerir yaitu α 5 % atau 0,005, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di terima dan H1 di tolak, aratinya tidak ada hubungan antara jumlah tanggungan petani dengan produksi kangkung.
Usahatani kangkung
yang dilakukan petani pada umumnya sudah terencana dan
sudah diatur pola produksi sehingga kebutuhan tenaga kerja juga sudah diatur
oleh petani sehingga memudahkan petani dalam melakukan usahatani sehingga
jumlah tanggungan petani tidak begitu di perlukan dalam kegiatan usahatani. Dalam teori (Damsar: 2007)
menyatakan jumlah tanggungan yang berada pada umur produktip merupakan salah
satu sumberdaya manusia yang penting dalam kegiatan usahatani. Teori ini bersrbrangan dengan hasil penelitian yang mana didaearh
penelitian anggota keluarga tidak mempunyai peran dalam proses usahatani.
4.2.6.3.
Lama Berusahatani
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.006 nilai signifikan lebih kecil dari
nilai kesalahan yang di
tolerir yaitu α 5 % atau 0,005, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima, aratinya ada
hubungan antara lama berusahatani petani dengan produksi kangkung.
Usahatani kangkung
yang di lakukan oleh petani tidak terlalu sulit untuk di pahami sehingga dengan
melihat sekilas dari petani yang melakkukan usahatani maka petani lain langsung
dapat melakukan usahatani tersebut. Usahatani kangkung tidak memerlukan bimbingan
dan arahan khusus dalam proses bididayanya. Petani hanya di harapkan dapat
mempelajari dari petani lainya kacawali masalah kalender tanam yang menyangkut
dengan pasar dan harga disaat panen nantinya. Dalam
teori (Hermanto :1996) menyatakan petani yang memiliki banyak pengalaman
biasanya sangat berhati-hati dalam mengadopsi suatu inovasi baru di bandingkan
dengan petani yang masih memiliki sedikit pengalaman.
4.2.6.4.
Luas Lahan
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa hasil analisis dengan menggunakan chi-square. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. nilai signifikan lebih kecil
dari nilai kesalahan yang di tolerir yaitu α 5 % atau 0,005, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 di terima, aratinya ada
hubungan antara jumlah luas lahan
yang di garap petani dengan produksi kangkung.
Produksi kangkung
sangat di tentukan berapa luas lahan yang garap oleh petani. Petani biasanya
menggunakan lahan kopi yang baru di buka dengan kondisi kopi yang berumur
relatif muda sehingga ada lahan yang tersedia yang dapat di gunakan untuk
penanaman kangkung. Jadi jelas bahwa terdapat hubungan
antara luas lahan dengan produksi, karena semakin luas lahan yang di gunakan
maka semakin tinggi produksi yang di hasilkan.dalam teori (Hermanto, 1993) juga
menyatakan bahwa semakin luas lahan yang diusahakan pada usahatani maka semakin
tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya,
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan Hasil
penelitian dapat disimpulkan
1. Umur (0,000) dan Luas
lahan (0,000) memiliki hubungan dengan produksi
kangkung di Kecamatan Lut Tawar kabupaten Aceh Tengah.
2. Pendidikan (0,246) lama berusahatani (0,016) dan jumlah tanggungan (0,665) tidak berhubungan
dengan produksi kangkung di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.
B. SARAN
1. Petani dalam meningkatkan produksi supaya lebih melihat dan mempelajari
pengalaman dari petani yang produksi lebih tinggi, serta meingkatkan luas
lahan.
2. Diharapkan kepada pemerintah daerah
khususnya kepada penyuluhan untuk memberi arahan serta bimbingan kepada petani
mengenai agribisnis kangkung sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
berusahatani kangkung untuk meningkatkan produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jugenheimer, R.W.1985. Corn Improvement, Seed
production, and Uses. John Wiley, New York.
Ir. A. G. Kartasapoetra 1988. Pengantar Ekonomi
Produksi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta
Mubyarto. 1995. Pengantar
Ekonomi Produksi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Prof. Dr. Mubyarto, 1989.
Pengantar Ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta.
Prasetyo, Bambang
dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Edisi I. Jakarta. Rajawali Pers
Soekartawi, et al. 1986. Teori Ekonomi Produksi. PT.
Raja Grafindo Persada Jakarta.
, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
_________. 1995.
Analisis Usahatani. Cet I. Jakarta. UI-Press.
_________. 1990, Agribisnis,
Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rajawali Pers.
_________ dkk. 2005. Ilmu Usahatani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.
Cet III. Jakarta. UI-Press
Suprapto. 1992.
Usahatani dan Budidaya Tanaman Jagung. Edisi ke Empat. Jakarta. Penerbit.
Penebar Swadaya.
Sudjana. 2002. Metode
Statiska. Tarsito. Bandung. Indonesia.
Suharno, Syamsiar. 2009.
Teknologi Budidaya Jagung Hibrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Tenggara.
Soeharjo, A. dan Patong,
D.1973. Sendi-Sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
Bogor. Bogor.
Indah
Susantun, 2000. Fungsi Keuntungan Cobb
Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi Relatif. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.5 No. 2, hal 149 – 161.
Suratiah Ken (2008). Ilmu
Usahatani, Penebar Swadaya, Cet 2, Jakarta.
Comments
Post a Comment