HUBUNGAN PENYULUHAN PADI INPARI 28 TERHADAP PENGETAHUAN ANGGOTA KELOMPOKTANI PEPARA KAMPUNG GUNUNG BAHGIE KECAMATAN KEBAYAKAN KABUPATEN ACEH TENGAH
ABSTRAK
Padi
Inpari 28 adalah benih baru yang di kembangkan di Kabupaten Aceh Tengah yang
harapanya bisa menggatikan bibit padi local, penyuluh diharapkan dapat
menyampaikan ke petani melalui kelompok tani sehingga pengetahuan petani
meningkat kan tingkat kegagalan padi inpari 28 dapat manimalisir. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui peranan penyuluhan padi inpari 28 terhadap
pengetahuan petani Anggota Kelompok Tani Pepara. Metode pengumpulan data dengan
wawancara dengan menggunakan quissioner dan observasi, waktu penelitian pada
bulan April 2017 dengan metode analisis dengan korelasi Reank Spearman.
Hasil analisis dengan korelasi reank Spearman nilai Sig
lebih kecil dari α 5 % yaitu 0.05 Tau
(0,027), Memahami (0,003), Aplikasi (0,017) dan Evaluasi (0,000) artinya
penyuluhan padi inpari
28 berhubungan dengan dengan pengetahuan petani Hasil analisis dengan korelasi reank Spearman
nilai Sig
lebih besar dari α 5 % yaitu 0.05
analisis (0,177) dan sintesis (0,369) artinya
penyuluhan padi inpari
28 tidak berhubungan dengan dengan pengetahuan petani. Disarankan kepada
petani agar mendengarkan arahan petani dan kepada penyuluh agar menggali
kemampuan petani untuk meningkatkan pengetahuan petani.
Kata kunci : padi Inpari 28, Penyuluhan, Pengetahuan Kelompok
Tani Pepara
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ........................................................................ 1
1.2
Identifikasi
Masalah ................................................................ 4
1.3
Tujuan
Penelitian…….............................................................. 4
1.4
Kegunaan
Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Swasembada
Pangan ................................................................ 6
2.2
Penelitian
Terdahulu................................................................ 7
2.3
Landasan
Teori ....................................................................... 8
2.3.1
Padi…………...……..…..……………...................... 8
2.3.2. Padi Varietas Inpari 28………….…………………… 8
2.3.3. Pengertian Peranan………………………………. 9
2.3.4. Pengertian Pengetahuan…………………………… 10
2.3.4.1. Tingkat
Pengetahuan …………………………… 11
2.3.4.2. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan..
12
2.3.4.3. Cara
Memperoleh Pengetahuan…………………… .13
2.3.5. Kelompok
Tani ………………………………………..14
2.3.5.1. Ciri
Kelompok Tani …………………………………14
2.3.5.2. Unsur
Pengikat Kelompok Tani……………………...15
2.3.5.3. Fungsi
Kelompok Tani ………………………………15
2.3.6. Penyuluh
Pertanian …………………………………… 16
2.3.6.1. Tujuan Penyuluh Pertanian ………………………… 17
2.3.6.2. Filosofis
Penyuluh Pertanian ……………………… 19
2.3.6.3. Ruang
Lingkup Penyuluh Pertanian …………………20
2.3.6.4. Sasaran
Penyuluh Pertanian………………………… 23
2.3.7. Rank
Spearman ………………………………………….25
2.4.
Kerangka Pemikiran …………………………………………………....26
2.5.
Hipotesa ………………………………………………………………..27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi
dan Waktu Penelitian................................................... 28
3.2
Ruang Lingkup…………………………….………………... 28
3.3
Metode
Penentuan Sampel ..................................................... 29
3.4
Metode
Pengumpulan Data .................................................... 29
3.5
Metode
Analisis Data ............................................................. 30
3.6
Definisi
dan Batasan Operasional........................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan umum daerah
Penelitian…………………………………….35
4.2 Keadaan Iklim ………………………………………………………...35
4.3 Keadaan Penduduk ……………………………………………………36
4.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan
Usia …………………………36
4.3.2.Berdasarkan Jenis Kelamin
…………………………………… ..37
4.3.3. Berdasarkan Tingkat
Pendidikan …..………………………… .38
4.3.4. Berdasarkan Mata Pencaharian
…………………………………39
4.4
karakteristik Petani Padi ……………………………………………….40
4.4.1 Tingkat Usia……………………………………………………..40
4.4.2. Tingkat Pendidikan
……………………………………………..41
4.4.3. Pengalaman Berusahatani
………………………………….…..42
4.4.4. Jumlah Tanggungan
…………………………………………….43
4.4.5. Luas Lahan
………………………………………………….….43
4.5.
Pengetahuan Petani ……………………………………………………44
4.5.1.
Tau……………………………………………………………….44
4.5.2 Memahami
……………………………………………………….46
4.5.3. Aplikasi
………………………………………………………….48
4.5.4
Analisis……………………………………………………………50
4.5.5. Sintesis
……………………………………………………..……53
4.5.6. Evaluasi
………………………………………………………….55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ……………………………………………………………57
5.2.
Saran…………………………………………………………………..57
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 58
LAMPIRAN………………………………………………………………. 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan sumber daya alam baik sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam
mineral yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia
juga merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya masih bermata pencaharian
sebagai petani. Sektor pertanian sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi
perekonomian nasional dan merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap
masyarakat di Indonesia. (dalam Erikson Manurung, 2012).
Beras yang merupakan salah satu
produk dari pertanian belakangan ini mengalami banyak masalah dalam hal
penyediaan stok untuk kebutuhan nasional. Oleh sebab itu pemerintah harus
memberi perhatian penuh agar
tidak menyebabkan krisis pangan di Indonesia. Konsumsi beras Indonesia yang
semakin besar juga harus diimbangi oleh produksi beras yang akan dapat
mencukupi kebutuhan nasional. (dalam Erikson Manurung, 2012).
Indonesia
dalam menyediakan stok beras nasional juga melakukan impor beras agar kebutuhan nasional
terpenuhi. Menjadi sebuah ironi ketika Indonesia mengimpor beras pada saat ini padahal di
masa lalu pernah mencapai swasembada pangan oleh karena nya produksi beras dalam negeri
harus ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri (dalam Erikson
Manurung, 2012) . Jumlah produksi,
impor, dan konsumsi beras Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Produksi, Impor dan
Konsumsi beras di Indonesia Tahun 2007-2011.
No
|
Tahun
|
Produksi beras/tahun (ton)
|
Konsumsi beras/tahun (ton)
|
Impor beras/tahun (ton)
|
1
|
2007
|
36.970
|
24.012
|
1.406,84
|
2
|
2008
|
38.078
|
25.173,6
|
289,68
|
3
|
2009
|
40.656
|
24.530,4
|
250,47
|
4
|
2010
|
42.430
|
24.177,6
|
687,58
|
5
|
2011
|
41.320
|
24.686,4
|
2.750,47
|
Sumber : Badan Pusat
Statistik Tahun 2007-2011(dalam
Erikson Manurung, 2012)
Dari tabel 1 dapat dilihat
bahwa setiap tahunnya impor beras di Indonesia semakin bertambah sedagkan
jumlah produksi padi di indonesia masih
dibawah jumlah rata-rata. Upaya untuk meningkatkan produksi pemerintah meluncurkan
beberapa program dalam mendukung peningkatan produksi tersebut. Seperti program
GPTT (padi,jagung, dan kedele) optimasi khusus pada lahan sawah Program pola
SRI (System Of Rice Intensification), program
irigasi, dan perbaikan saluran irigasi.
Untuk mengurangi impor beras pemerintah
memberikan beberapa bantuan program untuk meningkatkan produksi beras. Aceh Tengah merupakan salah satu Kabupaten penerima
manfaat dari program ini dengan harapan Aceh
Tengah dapat meningkatkan produksi.
Program penerima manfaat dari dana APBN terdapat di setiap Kecamatan di
Kabupaten Aceh Tengah tersebar berdasarkan luas lahan. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 2.
Table 2. Luas panen, Produksi dan Produktivitas
padi di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2015
No
|
Kecamata
|
Luas panen
|
Produtivitas
|
Produksi
|
|
|
(Ha)
|
(Ton/Ha)
|
(Ton)
|
1
|
Linge
|
987
|
5,00
|
4.890,00
|
2
|
Atu Lintang
|
|||
3
|
Jagong Jegel
|
|||
4
|
Bintang
|
1063
|
3,90
|
4.147,70
|
5
|
Lut Tawar
|
643
|
3,80
|
2.445,30
|
6
|
Kebayakan
|
315
|
3,50
|
1.102,50
|
7
|
Pegasing
|
958
|
4,10
|
3,927,80
|
8
|
Bies
|
86
|
3,90
|
335,40
|
9
|
Bebesen
|
149
|
3,80
|
566,20
|
10
|
Kute Panang
|
33
|
3,90
|
128,70
|
11
|
Silihnara
|
910
|
4,20
|
3.882,20
|
12
|
Ketol
|
714
|
5,00
|
3.570,00
|
13
|
Celala
|
511
|
5,80
|
2.963,80
|
14
|
Rusip
|
201
|
4,80
|
964,80
|
|
Jumlah
|
6.591
|
4,31
|
28.860,30
|
Sumber: Dinas
Pertanian Pangan Kabupaten Aceh Tengah 2016
Tabel
2 dapat dilihat bahwa luas lahan di setiap kecamatan berbeda dan menyebar, untuk
kecamatan kebayakan relative lahan
sawahnya berkumpul dalam satu hamparan. Daerah Kecamatan KebayakanTakengon lahan sawahnya berada di pinggiran Kota
Takengon, sehingga sangat muda untuk di lihat oleh masyarakat.
Kecamatan
Kebayakan adalah salah satu kecamatan melakukan percobaan penanaman padi
varietas dataran tinggi yaitu padi varietas inpari 28, padi ini merupakan salah
satu varietas yang diharapkan dapat menggantikan padi lokal yang selama ini
biasa ditanam oleh masyarakat yang umur panennya hampir 7 bulan sehingga dalam
satu tahun hanya bisa di Tanami satu kali.
Sebagai
perobah perilaku petani, sehingga bersedia dan mau menanam dan kedepanya mau
menanam padi inpari 28, diharapkan peran penyuluh sebagai perobah perilaku petani melalui pendekatan,
pengarahan, pembinaan serta pembuatan contoh petani akan mengikuti arahan
tersebut sehingga kedepanya petani bisa lebih baik.
Kabupaten
Aceh Tengah dalam rangka mengembangkan padi inpari 28 pemerintatah melalui penyuluh pertanian yang di arahkan ke
kelompok tani. Penyuluh pertanian yang berhadapan lagsung dengan petani diharapkan
dapat meningkatan pengetahuan petani dalam budidaya padi sehingga melalui
pembinaan penyuluh petani termotivasi untuk melalukan penanaman padi inpari 28
hal ini karena sesuai harapan pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi padi.
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah
yang timbul dari latar belakang adalah:
Apakah terdapat peranan Penyuluh pertanian terhadap pengetahuan petani padi di Kelompok
Tani Pepara Kampung Gunung Bahgie Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
identifikasi masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan penyuluh
pertanian terhadap pengetahuan petani padi di Kelompok Tani Pepara Kampung Gunung
Bahgie Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah.
1.4.
Kegunaan Penelitian
1.
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam memperdalam ilmu
pengetahuan dibidang pertanian (agribisnis), khususnya bidang peningkatan
pengetahuan petani.
2. Bagi
perusahaan atau para pelaku kegiatan agribisnis dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Sebagai
referensi penelitian lebih lanjut mengenai kajian pengetauhan petani padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Swasembada Pangan
Indonesia
telah mampu mencapai swasembada pangan pada tahun 1984 melalui gerakan
“Revolusi Hijau” yaitu gerakan untuk meningkatkan produksi pangan melalui usaha
pengembangan teknologi pertanian. Penerapan pogram Revolusi Hijau di Indonesia
sejak tahun enam puluhan melalui Program Panca Usaha Pertanian (PUP) yang
meliputi pendirian beberapa pabrik pupuk kimia, memproduksi alat pengolah
pertanian, serta pendirian industri pestisida. Keberhasilan Gerakan Revolusi
Hijau merupakan bukti upaya pemerintah dalam
meningkatkan
kesejahteraan petani. Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah
memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan
rakyat Indonesia, namun demikian tanpa disadari bahwa dibalik keberhasilan
tersebut terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Produksi yang
tinggi yang telah dicapai banyak didukung oleh teknologi yang memerlukan input
(masukan) bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian
seperti pupuk urea, TSP/SP-36, KCl, pestisida, herbisida, dan produk-produk
kimia lainnya yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis yang tinggi secara
terus-menerus tersebut, terbukti menimbulkan banyak pencemaran yang dapat
menyumbang kerusakan fungsi lingkungan dan sumberdaya alam, serta penurunan
daya dukung lingkungan (dalam Amalya ,2015).
Gerakan
Revolusi Hijau sebagai paket teknologi pertanian modern dengan jalan penggunaan
varietas unggul berproduksi tinggi, penggunaan pestisida kimia, penggunaan
pupuk kimia atau sintetis, dan penggunaan mesin–mesin pertanian untuk mengolah
tanah dan memanen hasil sebagai upaya untuk peningkatan produksi pertanian tidak dapat berlangsung
lama karena pendekatan teknologi dalam Revolusi Hijau tidak diimbangi dengan
faktor kelestarian sumber daya dan lingkungan (Aeni, 2006). Menurut Soekartawi
(2010) ada 4 hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penggunaan
sumber daya alam dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan, yaitu: 1)
meningkatkan produktivitas pertanian (productivity); 2) meningkatkan
kestabilan produktivitas (stability); 3) mempertahankan aspek
kesinambungan (sustainability); serta 4) mempertahankan dan meningkatkan
pemerataan (equitability). (dalam Amalya ,2015).
Penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan untuk memacu hasil pertanian dapat menyebabkan
terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada hampir semua
jenis tanaman yang diusahakan tersebut. Hasil tanaman tidak menunjukkan
kecenderungan meningkat walaupun telah digunakan varietas unggul dengan
pengolahan yang intensif. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia disamping
menyebabkan kelelahan pada tanah juga dapat mencemari lingkungan dan
menyebabkan keracunan pada manusia. Residu pestisida yang terdapat dalam bahan
makanan mengendap dalam tubuh manusia serta akan menimbulkan berbagai macam
penyakit terutama kanker. Memasuki abad ke-21 masyarakat dunia mulai sadar
bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian,
banyak penyakit yang dikaitkan dengan residu pestisida di dalam tubuh manusia,
antara lain penyakit kanker, kerusakan sistem saraf, dan gangguan kesadaran.
Unsur kimia dan pestisida yang terkandung dalam makanan dapat menyebabkan gangguan
kesadaran seperti sulit mengeja, membaca, menulis, membedakan warna, dan kanker
payudara pada wanita. Kasus keracunan pestisida di Indonesia mulai muncul tahun
1995, yaitu di Brebes, Jawa Tengah, dilaporkan bahwa beberapa buruh tani
penyemprot hama bawang menderita kebutaan dan stroke sebagai akibat
keterlibatan mereka setiap hari dengan pestisida kimia, sedangkan di Tanah
Karo, Sumatera Utara, sekitar tahun 1985 banyak buruh tani yang menderita
paru-paru sebagai akibat dari semprotan pestisida . (dalam Amalya ,2015).
2.2. Penelitian
Terdahulu
Penelitian yang
di lakukan oleh Sundari (2005) dengan judul “Peranan Penyuluh Terhadap
Peningkatan Produksi Usaha Tani Padi Di Kabupaten Pontianak”.
Metode analisis yang digunakan Metode
Analisi Korelasi Kendala Tau untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis
antara dua variabel atau lebih iatu menjelaskan secara jelas hubungan antara
petani dengan penyuluh dan adopsi dengan peningkatan produksi .dengan
kesimpulan teknologi dan penyuluh berperan aktip dalam peningkatn produksi
padi.
Penelitian
yang dilakukan oleh Siregar (2003)
dengan judul“Hubungan Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi Teknologi Aoleh Petani
Terhadap Peningkatan Produksi Padi Di Kabupaten Tasikmalaya”metodeyang
di gunakan adalah Metode Uji Product Moment.sebagai kesimpulan secara silmatan
peran penyuluh dam adapsi teknologi hanya memberikan kontribusi sebesar 16,6%
terhadap peningkatan produksi padi.
Penelitian
yang dilakukan oleh Shawwal (2010)
dengan judul “Peran Kontribusi Penyuluh Terhadap Peningkatan Dan Pendapatan
Petani (Kasuspetani Padi) Di Kabupaten Luwu Utara” data yang digunakan data primer yang di kumpulkan dari hasil
wawancara (quessioner).metode analisis
yang digunakan adalah analisis linear berganda ,dengan kesimpulan peran
kontribusi penyuluh berpenggaruh nyata terhadap peningkatan dan pendapatan
petani padi.
2.3. Landasan Teori
2.3
Landasan Teori
2.3.1. Padi
Padi
atau Oryza sativa termasuk suku rumput-rumputan
dan berakar serabut, seperti tanaman rumput-rumputan lainnya, padi beranak
melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Setiap
batang padi pada umumnya dapat beranak lebih dari satu batang. Tetapi tidak
semua anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas, (yadianto, 2003).
Tanaman padi
memerlukan matahari, hal ini sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa
panas. Angin juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan
pembuaha. musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyedian air
dan hujan berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa
penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi daripada
penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan baik (AAK,
1990).
2.3.2. Padi Varietas Inpari 28
Padi varietas Inpari 28 merupakan
salah satu vareiatas yang relatip baru untuk dataran tinggi dimana padi ini
merupakan anjuran pemerintah untuk ditanami pada ketinggian 1100 dpl , diskripsi padi varietas inpari 28 dapat
dilihat di bawah ini: (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Balitbang Kementrian
Pertanian Tahun 2012)
Komoditas : Padi sawah
Tahun : 2012
Asal sekesi : IR 63872-14-2-2-1/CEA-1
Bentuk gabah : Ramping
Bentuk Tanaman : Tegak
Berat 1000 Butir : 27,4 Gram
Daun bendera : Tegak
Kadar Amilosa : + 23,7 %
Kerebahan : Tahan
Kerontokan : Sedang
Nomor Seleksi : RUTTST85B-5-2-2-2-0-3
Potensi hasil : 9,5 Ton/ha
Rasa nasi : Pulen
Rata-Rata hasil : 6,6 Ton/Ha gabah kering giling
(GKG)
Tekstur nasi : Pulen
Tinggi tanaman : + 97 Cm
Umur Tanam : + 120 hari
Warna gabah : kuning bersih
Keterangan : Ketahanan
terhadap hama dan penyakit: agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe
1, 2 dan 3. Tahan hawar daun bakteri strain III, agak rentan strain IV dan
VIII, agak tahan penyakit blas ras 033 dan 073, rentan terhadap ras dan 173,
rentan virus tungro. Cocok ditanam di ekosistem lahan sawah sampai ketinggian 1.100
mdpl
2.3.3. Pengertian Peranan
Pengertian Peranan Adalah Peranan berasal dari kata peran,
yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemain. Peran
adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau “perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”.
Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, seperti
himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah
mayarakat”. Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status)
seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses ( Moelyono 1949: 23).
Peranan
bersinonim dengan ‘pengaruh’. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ‘pengaruh’ berarti “daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang. Jika dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat kolektif di dalam
masyarakat, maka pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari organisasi
yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan masyarakat (Susanto
1979:94).
2.3.4 Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obejek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2010) dalam (Kamdani 2012).
Menurut Sunaryo (2004) dalam (Kamdani 2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi malalui proses
sensorik
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Azwar (2008), dalam (Kamdani 2012), mengatakan pengetahuan
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yangdimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu pengindraan sehingga mengahasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalu indra pendengaran
(telinga) dan indra penglihatan (mata). Penegtahuan seseoramg terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda
2.3.4.1 Tingkat Pengetahuan
Menurut
Bloom dalam Notoadmodjo (2010) dalam (Kamdani 2012),
Pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni:
1.Tahu
(know)
Tahu diartikan
sebagai mengingat suatua materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah
diterima.Oleh sebab itu, (tahu) ini adalah merupakan tingkat pengethuan yang
paling rendah.
2.Memahami
(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secarabenar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3.Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan apliokasi atau menggunakan
hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis dapat diartikan
suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.Dan pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau
memisahkan dan mengelompokan terhadap pengetahuan suatu obejek.
5 .Sintesis (Synthesis)
Sintesis ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasiatau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formasi-formasi yang ada. Misalnya
dapat membuat atau meringkat dengan dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat
kesimpulannya.
6.Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan
dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
2.3.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007) dalam (Kamdani 2012), faktor
yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
a.
Tingkat
Pendidikan
Pendidikan adalah
upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif
yang meningkat.
b.
Informasi
Seseorang yang
mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang
jelas.
c.
Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang
memiliki sikapdan kepercayaan.
d.
Pengalaman
Sesuatu yang dialami seseorangakan menambah pengetahuantentang
sesuatu yang bersifatnon formal. Mubarak (2006) dalam (Kamdani 2012), mengemukakan bahwa umursangat mempengaruhi ibu
dalammemperoleh informasi yang lebihbanyak dan secara langsungataupun tidak
langsung akanmeningkatkan pengetahuan.Umur individu yang terhitungmulai saat
dilahirkan sampaiberulang tahun.
e.
Sosial
Ekonomi
Tingkat kemampuan
seseoranguntuk memenuhi kebutuhan hidup.
2.3.4.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam (Kamdani
2012), dari berbagai
macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni :
a.
Cara
tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai
orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukan metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematis dan logis adalah cara non ilmiah, tanpa
melalui penelitian.
b.
Cara
ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh
pengetahuan pada dewasa inilebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi
penelitian (research methodology).
2.3.5.
Kelompok
Tani
Kelompoktani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan,
kesamaan kondis lingkungan (sosial,
ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007).
Kelompok
tani pada dasarnya
adalah organisasi non
formal di perdesaan
yang ditumbuhkembangkan “dari,
oleh dan untuk
petani”, memiliki karakteristik
sebagai berikut: (Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007).
2.3.5.1. Ciri
Kelompoktani
a.
saling mengenal, akrab
dan saling percaya
diantara sesama anggota,
b.
Mempunyai pandangan dan
kepentingan yang sama
dalam berusaha tani,
c.
Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha,
jenis usaha, status
ekonomi maupun sosial,
bahasa, pendidikan dan ekologi.
d.
Ada pembagian tugas
dan tanggung jawab
sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
2.3.5.2. Unsur Pengikat Kelompoktani
a.
Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya,
b.
Adanya kawasan usaha
tani yang menjadi
tanggung jawab bersama diantara para anggotanya,
c.
Adanya kader tani
yang berdedikasi untuk
menggerakkan para petani
dan kepemimpinnannya diterima
oleh sesama petani lainnya,
d.
Adanya kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya
oleh sekurangnya sebagian besar
anggotanya,
e.
Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
2.3.5.3.
Fungsi Kelompoktani
a.
Kelas belajar ; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap (PKS) serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera (Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007).
b.
Wahana kerjasama; Kelompok
tani merupakan tempat
untuk memperkuat kerjasama
diantara sesama petani
dalam kelompoktani dan
antar kelompoktani serta
dengan pihak lain. Melalui
kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta
lebih mampu menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan,
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007).
c.
Unit Produksi ; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota
kelompoktani, secara keseluruhan
harus dipandang sebagai
satu kesatuan usaha
yang dapat dikembangkan
untuk mencapai skala
ekonomi, baik dipandang
dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007).
2.3.6. Penyuluhan Pertanian
Istilah penyuluhan
pada dasarnya diturunkan
dari kata ”Extension” yang
dipakai secara meluas
dibanyak kalangan. Dalam
Bahasa Indonesia istilah penyuluhan berasal dari kata dasar
”Suluh” yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan. Menurut Mardikanto
(1993) dalam Kusnadi (2011). penyuluhan dapat diartikan sebagai
proses penyebarluasan informasi
yang berkaitan dengan
upaya perbaikan cara-cara
berusahatani demi tercapainya peningkatan pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarganya. Pengertian penyuluhan
dalam arti umum
adalah ilmu sosial
yang mempelajari system
dan proses perubahan
pada individu serta
masyarakat agar dapat
terwujud perubahan yang
lebih baik sesuai
dengan yang diharapkan
(Setiana. L. 2005).
Penyuluhan dapat dipandang
sebagai suatu bentuk
pendidikan untuk orang
dewasa. Dalam bukunya
A.W. van den
Ban dkk. (1999) Kusnadi (2011). menulis
bahwa penyuluhan merupakan
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara
sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan
pendapat sehingga bisa
membuat keputusan yang benar.
Menurut Vanden Ban dan Hawkins (2003),
Penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk
pengaruh sosial yang
dilakukan secara sadar. Mengkomunikasikan informasi
dengan sadar untuk
membantu masyarakat membentuk
pendapatan yang wajar
dan mengambil keputusan
yang tepat Menurut
Salmon Padmanagara (1972) Kusnadi (2011). , Penyuluhan
pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) untuk
para petani dan keluarganya (ibu Menurut
Zakaria (2006) , Penyuluhan
pertanian adalah upaya pemberdayaan petani
dan nelayan beserta
keluarganya malalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan
kemandirian agar mereka
mau dan mampu,
sanggup dan berswadaya
memperbaiki/meningkatkan daya saing usahanya,
kesejahtaraan sendiri serta masyarakatnya (Zakaria, 2006) dalam Kusnadi (2011 ;
Departemen
Pertanian (2002) dalam Kusnadi (2011) menyatakan bahwa Penyuluhan pertanian adalah
pemberdayaan petani dan
keluarganya beserta masyarakat
pelaku agribisnis melalui
kegiatan pendidikan non
formal di bidang
pertanian agar mereka
mampu menolong dirinya
sendiri, baik di
bidang ekonomi, sosial maupun
politik sehingga peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan
mereka dapat dicapai Dalam
UU RI No.
16, tentang SP3K,
Tahun 2006 disebutkan
bahwa sistem penyuluhan
pertanian merupakan seluruh
rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan serta
sikap pelaku utama
(pelaku kegiatan pertanian)
dan pelaku usaha
melalui penyuluhan. Penyuluhan pertanian
adalah suatu proses
pembelajaran bagi pelaku
utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan,
dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam
proses pembelajaran inheren adanya
proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
a. Proses
komunikasi persuasif, yang
dilakukan oleh penyuluh
dalam memfasilitasi sasaran
(pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah
berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan
usahan mereka, komunikasi
ini sifatnya mengajak dengan
menyajikan
alternatif-alternatif
pemecahan masalah, namun keputusan
tetap pada sasaran.
b.
Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada
pelaku utama dan
pelaku usaha serta
mendudukkannya sebagai “subyek”
dalam proses pembangunan
pertanian, bukan sebagai
“obyek”, sehingga setiap
orang pelaku utama
dan pelaku usaha
(laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama
untuk 1). Berpartisipasi; 2). Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;
3). Melakukan control terhadap setiap
pengambilan keputusan; dan
4). Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasil
pembangunan pertanian.
c.
Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku usaha). Proses pertukaran
informasi timbal-balik ini mengenai berbagai
alternatif yang dilakukan
dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan
pengembangan usahanya. Pendidikan
dalam penyuluhan pertanian
adalah usaha untuk
menghasilkan perubahan-perubahan
pada perilaku manusia, yang mencakup:
a. Perubahan dalam pengetahuan atau hal yang
diakui
b. Perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan
dalam melakukan sesuatu
c. Perubahan dalam sikap mental
Penyuluhan pertanian harus memiliki:
a. Pengertian
yang jelas tentang
perubahan perilaku yang
harus dihasilkan atau perilaku baru apa (pengetahuan,
pengertian, keterampilan, kebiasaan, sikap, perasaan, ) dan tentang apa yang harus
dihasilkan;
b. Pengertian
tentang bagaimana caranya
orang belajar, yaitu
bagaimana orang dapat dipengaruhi
agar berubah cara berpikir dan bertindaknya
c. Pengertian
yang jelas tentang
bagaimana caranya mengajar
yaitu cara mempengaruhi
orang lain. Ini
mencakup pengetahuan dan
keterampilan menggunakan berbagai
metoda penyuluhan paling efektif untuk mengubah perilaku orang-orang tertentu. ( Margono,
1987) dalam Kusnadi (2011).
2.3.6.1. Tujuan Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan
pertanian mempunyai dua tujuan yang akan dicapai yaitu :
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih
terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan
pengetahuan, kecakapan, sikap
dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan berubahnya
perilaku petani dan
keluarganya, diharapkan dapat
mengelola usahataninya dengan
produktif, efektif dan efisien (Zakaria, 2006) dalam Kusnadi (2011). Tujuan jangka
panjang yaitu meningkatkan
taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan
petani yang diarahkan
pada terwujudnya perbaikan teknis bertani (better
farming), perbaikan usahatani (better
business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living). Dari
pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia
.Prinsip penyuluhan pertanian sesungguhnya
adalah suatu upaya yang harus dilakukan
untuk mewujutkan paling tidak 13 azas yang telah dirumuskan dalam Undang- Undang no 16 tahun 2006, sebagai
berikut dalam Kusnadi (2011) :
1. Penyuluhan
berazaskan demokrasi adalah
penyuluhan yang diselenggarakan dengan
saling menghormati pendapat
antara pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku utama serta
pelaku usaha lainnya.
2. Penyuluhan
berazasakan manfaat adalah
penyuluhan yang harus memberikan
nilai manfaat bagi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan
perilaku untuk meningkatkan
produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan
pelaku utama dan pelaku usaha.
3. Penyuluhan
berazaskan kesetaraan adalah
hubungan antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang harus
merupakan mitra sejajar.
4. Penyuluhan
berazaskan keterpaduan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang
dilaksanakan secara terpadu
antar kepentingan pemerintah,
dunia usaha, dan masyarakat
5. Penyuluhan
berazaskan keseimbangan adalah
setiap penyelenggaraan penyuluhan
harus memperhatikan
keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan kearifan masyarakat setempat,
pengarusutamaan gender, keseimbangan pemanfaatan
sumber daya dan kelestarian lingkungan, dan keseimbangan
antar kawasan yang
maju dengan kawasan
yang relatif masih tertinggal.
6. Penyuluhan
yang berazaskan keterbukaan
adalah penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan secara terbuka
antara penyuluh dan
pelaku utama dan usaha.
7. Penyuluhan
berazaskan kerjasama adalah
penyelenggaraan penyuluhan harus
diselenggarakan secara sinergis
dalam kegiatan pembangunan pertanian,
perikanan, dan kehutanan
serta sektor lain
yang merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat
8. Penyuluhan
berazaskan partisipatif adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang melibatkan secara aktif pelaku utama dan
pelaku usaha dan penyuluh sejak
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
9. Penyuluhan
berazaskan kemitraan adalah
penyelenggaraan penyuluhan yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip
saling menghargai, saling menguntungkan,
saling memperkuat, dan
saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang
difasilitasi oleh penyuluh
10.
Penyuluhan berazaskan keberlanjutan adalah penyelenggaraan penyuluhan dengan
upaya secara terus
menerus dan berkesinambungan agar pengetahuan, ketrempilan,
serta perilaku pelaku
utama dan pelaku
usaha semakin baik
dan sesuai dengan
perkembangan sehingga dapat
terwujud kemandirian
11.
Penyuluhan berazaskan berkeadilan
adalah penyelenggaraan yang memposisikan pelaku
utama dan pelaku
usaha berhak mendapatkan pelayanan
secara proporsional sesuai
dengan kemampuan, kondisi,
serta kebutuhan pelaku utama dan
pelaku usaha.
12.
Penyuluhan berazaskan pemerataan
adalah penyelenggaraan penyuluhan harus
dapat dilaksanakan secara
merata bagi seluruh
wilayah RI dan segenap
lapisan pelaku utama dan pelaku usaha
13.
Penyuluhan berazaskan bertanggung
gugat adalah evaluasi
kinerja penyuluhan
dikerjakan dengan membandingkan
pelaksanaan yang telah dilakukan dengan
perencanaan yang telah
dibuat dengan sederhana, terukur, dapat dicapai, rasional, dan
kegiatannya dapat jadualkan.
2.3.6.2. Filosofis Penyuluhan Pertanian
Makna secara
filosofis, ”penyuluhan pertanian ” yang terkandung dalam Undang-
Undang no 16
tahun 2006 dalam Kusnadi (2011) adalah “
bekerja bersama masyarakat dalam
melakukan usahanya untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kesadarannya
dalam pelestarian lingkungan hidup “. Kegiatan penyuluhan harus berpijak
pada pentingnya pengembangan
individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Penyuluhan sebagai
implikasi pendidikan non
formal dimaksudkan bukan
hanya suatu proses
pembelajaran untuk menyesuaikan
diri terhadap situasi
kehidupan nyata, namun
lebih jauh dari
itu adalah suatu
proses pembelajaran yang dilakukan
untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dengan mempertinggi
pengalaman- pengalamanPenyuluhan
sebagai proses kerjasama,
maka dapat dikemukakan filosofis sebagai
karakter orang timur
yaitu saling “asah,
asih dan asuh”
yang intinya bahwa kegiatan
penyuluhan merupakan proses
pembelajaran yang dijiwai oleh
sifat- sifat seseorang
yang amat mulia
yaitu saling memberi
dan menerima suatu inovasi
serta mampu menghargai
pendapat orang lain
dalam rangka untuk memperbaiki usahataniya yang lebih mengungtungkan. Ada empat
hal penting yang
harus diperhatikan sehubungan
dengan filosofi penyuluhan
pertanian, yaitu :
1. Penyuluh harus bekerjasama dengan masyarakat,
dan bukan bekerja untuk masyarakat
2. Penyuluh
tidak boleh menciptakan
ketergantungan, tetapi justru
harus mampu mendorong kemandirian
3. Penyuluhan
harus selalu mengacu
pada terwujudnya kesejahteraan
hidup masyarakat
4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan
harkat dan martabat manusia sebagai
individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.
Tujuan penyuluhan
adalah mengubah perilaku
( pengetahuan, ketrampilan,
sikap) petani agar
dapat bertani lebih
baik (better farming), berusahatani
lebih menguntungkan (better
business), hidup lebih
sejahtera (better living) dan
bermasyarakat lebih baik ( better community). Seorang penyuluh
dalam melaksanakan kegiatannya
harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah
disepakati. Seorang penyuluh (apalagi administrator
penyuluhan) tidak mungkin
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik tanpa memahaminya secara mendalam
prinsip tersebut. Ada empat hal
penting yang harus
diperhatikan sehubungan dengan filosofi penyuluhan pertanian, yaitu :
1.
Penyuluh harus bekerjasama
dengan masyarakat, dan
bukan bekerja untuk masyarakat
2.
Penyuluh tidak boleh
menciptakan ketergantungan, tetapi
justru harus mampu mendorong kemandirian
3.
Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat
4.
Penyuluhan harus mengacu
pada peningkatan harkat
dan martabat manusia sebagai individu, kelompok, dan
masyarakat umumnya
2.3.6.3. Ruang Lingkup Penyuluhan Pertanian
Dalam proses
penyuluhan terdapat beberapa unsur antara lain: penyuluh, materi
penyuluhan, media penyuluhan,
metode penyuluhan, sasaran
penyuluhan dan tujuan penyuluhan.
Dalam
undang-undang no. 16
tahun 2006 dalam Kusnadi (2011) tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan,
disebutkan bahwa penyuluh
adalah perorangan warga
Indonesia yang melakukan
kegiatan penyuluhan dibidang pertanian, baik merupakan penyuluh PNS, swasta
maupun swadaya. Adapun yang menjadi tugas
pokok penyuluh adalah
menyiapkan, melaksanakan, mengembangan,
mengevaluasi dan melaporkan
kegiatan penyuluhan pertanian, sehingga
penyuluh dituntut mampu
melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai penyuluh
dilapangan dengan menjadi
mitra kerja petani
yang berperan sebagai fasilitator.
a.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyuluhan pertanian
mencakup :
1.
Penyuluhan Pertanian sebagai Kegiatan Agribisnis.
Memenuhi
kebutuhan pangan merupakan
tugas yang terus
menerus dihadapi oleh
suatu negara dan
penduduknya. Apabila kebutuhan
pangan tersebut terpenuhi, maka
baru dapat dihasilkan kehidupan. Dengan demikian kegiatan pertanian yang efisien memainkan
peranan yang penting. Penyuluh pertanian
harus mempersiapkan diri
dengan programprogram
pembelajaran yang bertujuan untuk :
a.
mengurangi biaya pemasaran produksi pertanian,
b.
memperluas jangkauan pemasaran produksi pertanian, dan
c.
membantu masyarakat memahami sistem pemasaran.
Menurut Mustajab
dalam konsep pembangunan
ekonomi, agribisnis meliputi empat sub-sektor, antara lain (1)
sub-sektor agribisnis hulu (up stream agribusiness) yaitu
kegiatan industri dan
perdagangan yang menghasilkan sarana produksi pertanian primer seperti
bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat
pertanian, (2)
sub-sektor usahatani (on-farm
agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi
yang menggunakan sarana
produksi pertanian primer
untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer, (3) sub-sektor agribisnis hilir (down stream
agribusiness) yaitu kegiatan
ekonomi mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk
olahan beserta perdagangan dan distribusinya, (4) subsektor jasa penunjang kegiatan
pertanian (agro supporting
institutions) yaitu kegiatan
yang menyediakan jasa
bagi agribusiness seperti
perbankan, penelitian dan
pengembangan, transportasi, penyuluhan
pertanian dan sebagainya. Penyediaan dan penyaluran sarana
produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengolahan, pengadaan
dan penyaluran sarana produksi
untuk memperlancar penerapan
teknologi dalam usahatani
dan memanfaatkan sumberdaya
pertanian secara optimal.
Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis
diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti
jasa transportasi, keuangan,
jasa penyaluran dan perdagangan serta
jasa penyuluhan pertanian.
Sektor jasa akan menghubungkan
aktivitas sub sistem yang terkait dalam agribisnis. Menurut Mosher
beberapa faktor esensial
untuk menuju pertanian modern
adalah (1) pasar
untuk hasil usahatani,
(2) teknologi yang
selalu berubah, (3)
tersedianya sarana produksi
secara lokal, (4)
perangsang produksi bagi
petani dan (5)
fasilitas pengangkutan. Untuk
mempercepat menuju pertanian
modern. Beberapa faktor pelancar tersebut adalah (1) kredit produksi,
(2) memperbaiki mutu
lahan usahatani, (3)
perencanaan nasional untuk
pembangunan pertanian dan
(4) penyediaan fasilitas
penyuluhan pertanian. Beberapa
ciri pertanian modern
menurut Mosher adalah
(a) teknologi dan efisiensi usahatani selalu meningkat, (b)
macam produksi usahatani selalu berubah menyesuaikan
dengan permintaan pasar
dan biaya produksi,
(c) kualitas tanah dan tenaga
kerja usahatani selalu mengalami peningkatan. Untuk membuat
pertanian modern diperlukan
berbagai usaha antara lain melalui kegiatan pendidikan baik formal
maupun non formal (penyuluhan pertanian).
Karena tingkatan pendidikan formal yang
dicapai petani Indonesia relatif rendah,
maka harus diimbangi dengan kegiatan pendidikan non-formal (penyuluhan pertanian). Agar
mendidikan penyuluhan pertanian
lebih efektif programa penyuluhan pertanian haruslah memenuhi
persyaratan antara lain :
a. Penyuluhan pertanian diberikan ditempat
petani berada.
b. Materi penyuluhan pertanian bersifat khusus
sesuai dengan perhatian dan kebutuhan
petani
c. Mempertimbangkan kenyataan
petani itu orang
dewasa, sehingga kegiatan
penyuluhan pertanian menggunakan
metode-metode khusus untuk orang dewasa
d. Kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan
pada waktu para petani tidak terlalu
sibuk
e. Kegiatan penyuluhan pertanian antara lain
menyampaikan teknologi baru dibidang
pertanian yang memberikan nilai tambah
f. Memberi kesempatan kepada petani untuk segera
mencoba metode-metode baru yang
dianjurkan
g. Setiap teknologi baru yang dianjurkan secara
teknis memungkinkan, secara ekonomi
layak dan secara sosial dapat diterima
h. Kegiatan
penyuluhan pertanian kepada
para petani hendaknya
dapat menyampaikan pesan-pesan
yang dapat mengubah
perilaku petani kearah/
mendekati ciri-ciri manusia modern seperti
sikap positif terhadap perubahan, bersifat rasional, mempunyai
wawasan yang luas, optimis dan berani
mengambil resiko.
2.
Penyuluhan Pertanian sebagai Kegiatan Keluarga Tani.
Bagi kebanyakan
orang, kebutuhan selalu
melebihi apa yang
dapat diraihnya. Ini memaksa
orang untuk membuat berbagai keputusan mengenai sumberdaya apa yang harus diraihnya dan
bagaimana melaksanakannya. Ini memerlukan
kemampuan manajerial yang baik dalam kemampuan membuat keputusan untuk meraih tujuan. Keluarga tani
selalu menghadapi perubahan yang menyangkut produksi, harga barang dan jasa , perubahan pekerjaan
dan kependudukan. Keadaan ini mempengaruhi
usahanya, kehidupannya dan
jenis pekerjaannya yang terbuka
baginya. Tuntutan akan program
kesejahteraan keluargapun perlu
mendapat perhatian. Penyuluhan
pertanian perlu juga
memperbaiki dan memperkuat program
pengembangan pemuda tani.
Disamping program magang
juga diupayakan agar
kontak tani menjadi
lebih peka terhadap
masalah yang dihadapi pemuda tani dan berupaya mencari
pemecahannya.
3. Penyuluhan Pertanian sebagai Bagian dari
Pembangunan Masyarakat Pembangunan masyarakat
yang demokratis bukan
hanya berkaitan dengan
rencana dan statistik,
target dan anggaran,
teknologi dan metode, perlengkapan
dan staf profesional,
atau instansi dan
organisasi untuk mengelola kesemuanya, tetapi berkaitan
dengan penggunaan efektif dari halhal
tersebut sebagai usaha pendidikan untuk mengubah pikiran dan tindakan, sehingga
mereka mampu membantu
diri mereka sendiri,
meraih perbaikan ekonomi dan sosial. Masyarakat dapat diperbaiki dan dikembangkan. sumberdayanya .Untuk mengembangkan sumberdaya mereka dengan baik.,
penyuluh pertanian akan berhadapan
dengan tiga jenis sumberdaya :
a.
Alam : tanah, air, iklim, mineral, dll
b.
Manusia : masyarakat dengan sikapnya, keterampilan
dan bakatnya
c.
Kelembagaan
:sekolah, tempat beribadah,
pasar, instansi pemerintah dan
organisasi masyarakat lainnya
yang memenuhi kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan
tugasnya, penyuluh pertanian
akan melayani beragam masyarakat dengan beragam kegiatan.
Tetapi tujuan dasarnya akan selalu sama,
yaitu mengembangkan masyarakat
sendiri, membantu mereka menggali potensinya berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap dan harapan.
4. Penyuluhan Pertanian sebagai Upaya Berkelanjutan.
Terdapat lima aspek yang saling mempengaruhi pembangunan pertanian yang berkelanjutan, yakni :
a. Praktek usahatani yang berkelanjutan
b. Proses belajar praktek usahatani tersebut
c. Kegiatan fasilitas proses belajar tersebut
d. Kelembagaan
yang mendukung kegiatan
fasilitas meliputi pasar,
ilmu pengetahuan, penyuluhan
pertanian, jaringan inovasi dan lain-lain
e. Kerangka kebijaksanaan yang menunjang berupa
peraturan, subsidi, dll. Kelima
aspek tersebut membentuk
kesatuan yang saling
berkaitan dan selaras.
Praktek usahatani yang
berkelanjutan memerlukan adanya proses
belajar, yang selanjutnya
memerlukan kegiatan fasilitas,
dukungan kelembagaan dan kerangka
kebijaksanaan yang menunjang.
5.
Penyuluhan Pertanian sebagai Upaya Pengembangan SDM Upaya pembangunan
pertanian erat kaitannya
dengan upaya pengembangan
sumberdaya manusia, khususnya
para petani, karena
para petani yang
mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan
hewan ternak dalam usahataninya. Dalam
menjalankan usahataninya, para petani menjalankan peranannya sebagai
juru tani, manajer
dan juga manusia.
Sebagai juru tani
para petani memelihara
tanaman dan hewan
ternak untuk mendapatkan
hasilnya yang berfaedah. Sejalan dengan berkembangnya
pertanian, tugas sebagai juru tani juga berkembang
misalnya memupuk, mengatur
irigasi dengan lebih
baik, melakukan pengendalian
hama terpadu dan
menerapkan cara-cara baru lainnya
Kusnadi (2011) .
Apabila keterampilan
sebagai juru tani
pada umumnya adalah keterampilan
tangan, otot dan
mata, maka keterampilan
sebagai manajer mencakup kegiatan otak yang didorong oleh
kemauan,dan kemampuan dalam pengambilan keputusan
atau penetapan pilihan
dari alternatif yang
ada. Sejalan dengan
majunya pertanian, para
petani harus lebih
banyak mengembangkan keahliannya
dalam memasarkan produknya . Sebagai manusia biasa para petani menjadi anggota
dari dua kelompok manusia yang penting
baginya. Sebagai anggota suatu keluarga dan sebagai anggota suatu masyarakat setempat atau rukun
tetangga. Sebagai perorangan, para petani memiliki empat kapasitas penting
untuk pembangunan pertanian,
yaitu bekerja, belajar,
berfikir dengan daya
khayal dan kreatif, dan
bercita-cita. Kapasitas seperti itulah yang memungkinkan para petani
menemukan cara-cara yang
baru dan lebih
produktif untuk mengusahakan usahatani mereka. dalam Kusnadi
(2011)
Ruang
lingkup penyuluhan pertanian
mencakup : (1)
Penyuluhan Pertanian sebagai
Kegiatan Agribisnis, (2)
Penyuluhan Pertanian sebagai
Kegiatan Keluarga Tani,
(3) Penyuluhan Pertanian
sebagai Bagian dari
Pembangunan
Masyarakat , (4) Penyuluhan Pertanian
sebagai Upaya Berkelanjutan,
2.3.6.4. Sasaran Penyuluhan Pertanian
a.
Sasaran Penyuluhan dalam Kusnadi (2011)
1. Pihak
yang paling berhak
memperoleh manfaat penyuluhan
meliputi sasaran
utama dan sasaran antara.
2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama
dan pelaku usaha.
3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku
kepentingan lainnya yang meliputi
kelompok
atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan,, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat. Soejitno(1968) dalam Kusnadi (2011)
menyatakan selaras dengan
pengertiannya, yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian adalah petani dan
keluarganya, yaitu: Bapak tani, Ibu tani, dan
pemuda/I atau anak-anak
tani. Pertanyataan seperti
ini tidak dapat disangkal,
sebab, pelaksana utama pembangunan pertanian adalah para petani dan kelurganya. Jadi, yang harus di ubah
perilakunya dalam praktek-praktek bertani dan berusahatani
guna meningkatkan produksi
dan pendapatan masyarakat,
adalah petani itu sendiri
Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa
sasaran penyuluhan pertanian sebenarnya
tidak boleh hanya
petani saja, melainkan
seluruh warga masyarakat yang
secara langsung maupun
tidak langsung memiliki
peran dalam kegiatan pembangunan
pertanian. Mereka itu,
dapat dikelompokkan dalam
(Totok Mardikanto dan sri Sutami,
1982) dalam Kusnadi (2011):
1. Sasaran Utama Penyuluhan Pertanian
Sasaran
utama adalah sasaran penyuluhan pertanian yang secara langsung terlibat
dalam kegiatan bertani dan pengelolaan
usahatani. Termasuk dalam kelompok
ini adalah petani dan keluarganya.
2. Sasaran penentu dalam penyuluhan pertanian, Sasaran penentu
adalah bukan pelaksana
kegiatan bertani dan
berusahatani, tetapi secara
langsung atau tidak langsung terlibat
dalam penentuan kebijakan pembangunan pertanian
dan/atau menyediakan segala
kemudahan yang diperlukan petani untuk pelaksanaan dan
pengelolaan usahataninya. Termasuk dalam
kelompok ini adalah:
a. Pengusaha
atau pimpinan wilayah
yang memiliki kekuasaan
mengambil keputusan kebijakan
pembangunan pertanian dan
sekaligus bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan di wilayah
kerjanya masing-masing.
b. Tokoh-tokoh
informal yang memiliki
kekuasaan atau wibawa
untuk menumbuhkan opini
publik dan/atau yang
dijadikan panutan oleh masyarakat
setempat (tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus, guru).
c. Para peneliti atau para ilmuwan sebagai
pemasok informasi/teknologi yang diperlukan oleh petani, berupa inovasi tentang
: teknik bertani, pengelolaan usahatani,
dan pengorganisasian petani.
d. Lembaga
perkreditan yang berkewajiban
menyediakan kemudahan kredit bagi
petani (kecil) yang
memerlukan ; pembelian
sarana produksi dan peralatan
bertani, pengelolaan usahatani, termasuk upah tenaga dan biaya hidup keluarganya selama musim pertanaman
sampai panen.
e.
Produsen dan penyalur saran produksi/peralatan bertani
f.
Pedagang dan lembaga pemasaran yang lainnya
g.
Pengusaha/industri pengolahan hasil-hasil pertanian
3. Sasaran pendukung penyuluhan
pertanian
Sasaran pendukung
adalah pihak-pihak yang
secara langsung maupun
tidak langsung tidak
memiliki hubungan kegiatan
dengan pembangunan pertanian, tetapi dapat diminta bantuannya guna
melancarkan penyuluhan pertanian. Termasuk
dalam kelompok ini adalah:
a.
Para pekerja sosial
b.
Seniman
c.
Konsumen hasil-hasil pertanian
d.
Biro iklan dalam Kusnadi (2011).
2.3.7. Rank Spearman
Metode analisis Rank Sperman di
gunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua
variabel itu tidak mempunyai distribusi normal dan variansnya tidak sama.
Korelasi Rank spearman digunakan jika data yang di peroleh bukan interval atau
rasio melainkan ordinal atau nominal.minsalnya mengukur tingkat moral,tingkat
kesenangan,tingkat motivasi dan lain-lain (Supriana,2013) .
Uji korelasi Rank Spearman sering
juga disebut dengan ranking. Untuk menghitung koefisien korelasi Rank Spearman
(rs) ,Dilakukan langkah-langkag sebagai berikut ( Supriana,2013).
a)
Meranking
nilai pengamatan dari dua variabel yang akan kita ukur hubungnanya. Bila ada
nilai pengamatan yang sama, dihitung
rangking rata-ratanya
b)
Menghitung
perbedaan setiap pasangan ranking.
c)
Menghitung
jumlah kuadrat perbedaan setiap pasang ranking
d)
Menghitung
nilai rs dihitung dengan mengunakan rumus (Supriana):
Dimana :
rs
= nilai koefisien korelasi spearman
di
= perbedaan setiap pasangan ranking
n =
jumlah pengamatan
untuk
melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan rumus:
Hipotesis hipotes yang di
ajukan adalah :
H0 :ps
= ( ada hubungan antara rangking variabel yang
satu dengan rangking
dari variabel lainnya )
H1
: ps
0 ( tidak ada hubungan antara rangking
variabel yang satu
Dengan rangking dengan variabel lainnya (Supriana,2013)
.
2.4.
Kerangka Pemikiran
Pemerintah mengupayakan Indonesia
dapat swasembada beras, untuk mencapai tersebut diupayakan adanya perobahan
dari usahatani yang di lakukan oleh petani baik dari benih, teknologi penanaman
serta mekanisasi dalam usahatani.
Aceh Tengah khususnya Kecamatan Kebayakan memalui
penyuluh pertanian menguapayakan adanya pergantian atau perubahan penggunaan
benih, dari benih loka ke benih hibrida yatu yang direkomendasikan adalah benih
padi varietas Inpari 28 sehingga dapat meningkatkan produksi. Dalam hal ini
benih yang di berikan bantuan ke petani di serahkan ke kelompok tani yaitu
Kelompok Tani Pepera Kampung Gunung Bahgie Kecamatan Kebayakan. Kelompok tani
pepara yang diberikan benih bantuan oleh pemerintah selanjutnya di bina dan
diarahkan olehkelompok tani sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dari petani. Dengan adanya pembinaan dari penyuluh para petani dapat merobah
cara berusahatani padi kedepanya Lebih lanjut untuk memperjelas uraian ini
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Kerangka
Pemikiran Penelitian
BPP
Kecamatan Kebayakan
|
Peran Penyuluh
Dalam Budidaya padi Meliputi:
1. Seleksi
Benih
2. Penanaman
3. Pemupukan
4. Pengairan
5. Pengendalian
hama dan penyakit.
|
Pengetahuam petani
:
1.Tau
2.Memahami
3
Aplikasi
4.Analisis
5.Sintesis
6.Evaluasi
|
Pengetahuan
Petani
|
2.5 Hipotesis
Berdasarkan
uraian-uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Diduga dengan
adanya Peranan penyuluh yang sangat erat terhadap pengetahuan petani padi
Anggota Kelompok Tani Pepara Kampung Gunung Bahgie Kecamatan Kebayakan
Kabupaten Aceh Tengah.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Wilayah Kecamatan Kebayakan berada di
Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari 20 kampung, dan berada pada ketinggian
rata-rata sekitar 1.000 s/d 1.350 meter dari permukaan laut (dpl).
Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh
Tengah Memiliki batas-batas sebagai
berikut:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Lut Tawar.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Bintang.
-
Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Kute Panang
4.2 Keadaan Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor alam
yang memegang peranan penting yang langsung mempengaruhi kehidupan
tumbuh-tumbahan baik secara biologis maupun secara fisik. Hal- hal yang penting
dari iklim dan banyak faktor yang mempengaruhi tanaman antara lain curah hujan,
temperature, kelembaban dan angin.
Iklim di Kecamatan kebayakan pada
dasarnya hampir sama dengan kecamatan lain yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dengan curah hujan
164 mm/Thn dengan kelembaban udara 75%, suhu udara rata-rata 16ºC s/d 25ºC.
4.3 Keadaan Penduduk
4.3.1 Keadaan Penduduk
Berdasarkan Usia
Sebaran Usia penduduk di kecamatan
Kebayakan mempunyai beberapa tingkatan. Adapun keadaan tingkat usia penduduk
Kecamatan Kebayakan dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Keadaan tingkat usia
penduduk di Kecamatan Kebayakan
Tahun 2016
No
|
Golongan
umur
|
laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
1
|
0-4
|
864
|
858
|
1.722
|
2
|
5-9
|
798
|
795
|
1.593
|
3
|
10-14
|
728
|
736
|
1.464
|
4
|
15-19
|
646
|
640
|
1.286
|
5
|
20-24
|
621
|
629
|
1.250
|
6
|
25-29
|
654
|
688
|
1.342
|
7
|
30-34
|
671
|
686
|
1.357
|
8
|
35-39
|
608
|
582
|
1.190
|
9
|
40-44
|
506
|
469
|
975
|
10
|
45-49
|
387
|
380
|
767
|
11
|
50-54
|
292
|
283
|
575
|
12
|
55-59
|
212
|
210
|
422
|
13
|
60-64
|
140
|
153
|
293
|
14
|
65-69
|
110
|
114
|
224
|
15
|
70-74
|
55
|
72
|
127
|
16
|
75+
|
61
|
94
|
155
|
Jumlah Total
|
7.353
|
7.389
|
14.742
|
Sumber:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017
Berdasarkan data pada tabel 5 dapat
dilihat bahwa penduduk yang berusia 0-4 tahun 1.722 jiwa, penduduk yang berusia
5-9 tahun sebanyak 1.593 jiwa, penduduk berusia 10-14 berjumlah 1.464 jiwa.
15-19 tahun sebanyak 1.286. pendudk berusia 20-24 sebanyak 1.250. penduduk
berusia 25-29 tahun sebanyak 1.342 jiwa, pendudukyang berusia 30-34 sebanyak
1.357 jiwa, penduduk berusia 35-39 sebanyak 1.190 jiwa, penduduk yang berusia
40-44 tahun 975 jiwa, penduduk 45-49 tahun sebanyak 765 jiwa.penduduk berusia
50-54 tahun sebanyak 575 jiwa. Penduduk berusia 55-59 tahun sebanyak 422.
Penduduk dengan usia 60-64 tahun sebanyak 293 jiwa. Penduduk dengan usia 65-69
tahun sebanyak 224 jiwa. Penduduk dengan usia 70-74 tahun sebanyak 127 jiwa.
Penduduk dengan usia diatas 75 tahun 155 jiwa.
4.3.2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 6 :
Keadaan jumlah penduduk di Kecamatan Kebayakan
berdasarkan jenis kelamin Tahun
2016
No
|
Kampung
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Sex Rasio
|
1
|
Lut Kala
|
703
|
787
|
1.490
|
89,33
|
2
|
Jongok Batin
|
393
|
414
|
807
|
94,93
|
3
|
Gunung Bukit
|
478
|
522
|
1.000
|
91,57
|
4
|
Pinangan
|
997
|
968
|
1.965
|
103,00
|
5
|
Paya Tumpi
|
349
|
340
|
689
|
102,65
|
6
|
Bukit Sama
|
244
|
200
|
444
|
122,00
|
7
|
Paya Reje
Tamedelem
|
153
|
180
|
333
|
85,00
|
8
|
Mendale
|
305
|
303
|
608
|
100,66
|
9
|
Kelupak Mata
|
358
|
315
|
673
|
113,65
|
10
|
Gunung Balohen
|
368
|
380
|
784
|
96,84
|
11
|
Kute lot
|
593
|
586
|
1.179
|
101,19
|
12
|
Kala Lengkio
|
216
|
190
|
406
|
113,68
|
13
|
Jongok Batin
|
187
|
179
|
366
|
104,47
|
14
|
Paya Tumpi Satu
|
290
|
321
|
611
|
96,68
|
15
|
Paya Tumpi Baru
|
366
|
353
|
719
|
101,19
|
16
|
Timanagn Gading
|
512
|
478
|
990
|
103,68
|
17
|
Gunung Bahgie
|
230
|
226
|
456
|
101,11
|
18
|
Bukit Eweh
Tamedelem
|
293
|
296
|
589
|
98,99
|
19
|
Bukit
|
224
|
261
|
485
|
85,82
|
20
|
Telege Atu
|
94
|
90
|
184
|
104,44
|
Jumlah
|
7.353
|
7.389
|
14.742
|
2.011,13
|
sumber:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017
Berdasarkan pada tabel 6 diatas dapat
dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kebayakandengan kelamin laki-laki
sebanyak 7.353. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak
7.389 jiwa. Jumlah total kesuluruhan pendudukKecamatan Kebayakan adalah sebanyak
14.742 jiwa, dengan nilai sek rasio 2.011,13.
4.3.3 Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tabel 7 :
keadaan tingkat penddidikan penduduk di Kecamatan
Kebayakan tahun 2016
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
SD
|
550
|
2
|
SMP
|
489
|
3
|
SMA
|
870
|
4
|
PT
|
450
|
Jumlah
|
2.359
|
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Aceh Tengah Tahun 2017
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa
penduduk di Kecamatan Kebayakan yang menempuh pendidikan pada tahap sekolah
dasar ada sebanyak 550 jiwa, dan yang menempuh pendidikan SMP ada sebanyak
870jiwa. Sedangkan pada tingkat pendidikan SMA ada sebanyak 870 jiwa dan
tingkat perguruan tinggi terdapat 450 jiwa.
4.3.4 Berdasarkan Mata
Pencaharian
Tabel
8 : Keadaan penduduk Kecamatan Kebayakan Berdasarkan mata pencaharian Tahun
2016
No
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah
jiwa
|
1
|
Pertanian
|
2.375
|
2
|
Pertambangan
|
-
|
3
|
Industri Pengolahan
|
27
|
4
|
Listrik, Gas, dan air
|
19
|
5
|
Bangunan
|
66
|
6
|
Perdagangan
|
166
|
7
|
Angkutan
|
48
|
8
|
Jasa Kemasyarakatan
|
1.104
|
9
|
Lainnya
|
-
|
Jumlah
|
3805
|
Sumber:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2017
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa mata pencaharian
yang berasal dari pertanian sebanyak 2.375, mata pencaharian dari pertambangan
0, penduduk dengan mata pencaharian industry pengolahan sebanyak 27 jiwa. Di
bidang listrik, Gas, dan Air dengan jumlah penduduk senyak 19 jiwa. Mata
pencaharian dibidang bangunan ada sebanyak 166 jiwa. Dibidang ankutan sebanyak
48 jiwa. Dibidang jasa kemasyarakan sebanyak 1.104 jiwa. Dengan jumlah 3.805
jiwa.
4.4. Karakteristik Petani Padi
Inpari 28 Anggota Kelompok Tani Pepara
Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan
responden yang diteliti, maka perlu dikemukakan karakteristik petani sampel
yang meliputi tingkat usia, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman, dan luas
lahan.
4.4.1 Tingkat Usia
Tingkat
usia merupakan perbandingan umur seseorang khususnya pengelola usahatani
tersebut, perbandingan usia petani sangat
berperan pada luas lahan garapannya, semakin tua umur petani atau usia
petani maka semakin sedikit pula luas lahan yang mampu digarapnya. Untuk
mengetahui usia petani sampel dapat dilihat pada gambar 2
Gambar
2. Tingkat usia Anggota Kelompok Tani Pepara.
Sumber:
Data Primer diolah Tahun 2017
Gambar 2 dapat dilihat bahwa tingkat
usia petani berada pada usia produktif dimana dengan jumlah 87.5 petani
merupakan berada pada usia produktif . dengan usia yang produktif maka penyuluh
akan lebih mudah mengarahkan petani dalam menerima inovasi mengenai teknologi
budidaya padi impair 28 pada anggota kelompok tani pepara tersebut.
4.4.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sampel yang dimaksud
dalam penelitan ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah
diikuti. Katagori tingkat pendidikan dibagi atas tiga yaitu SMP, SMA dan S1, selengkapnya data tentang tingkat pendidikan
petani Sampel disajikan pada gambar 3.
Gambar 3. Tingkat Pendidikan Anggota
Kelompok Tani Pepara.
Sumber:
Data Primer Diolah Tahun 2017.
Gambar 3 dapat dilihat bahwa petani
anggota kelompoktani pepara tidak lagi berada di tingkat rendah hal ini bila
kita lihat pada gambit pada grafik 3 83.33 % adalah petani yang sudah
berpendidikan SMA hal ini berarti penyuluh tidak sulit lagi dalam mengarahkan
anggota kelompok tani karena pendidikan petani sudah di tingkat menengah atas.
4.4.3. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman bertani akan berperan pada tingkat
keterampilan petani dalam mengelola usahataninya, pada prinsipnya usahatani
padi tidak memerlukan pengalaman khusus dalam usahatani tersebut, dengan
melihat petani lain secara otomatis langsung bisa hal ini karena proses
pengerjaan usahatani padi tidak sulit. selengkapnya dapat dilihat pada gambar
4.
Gambar 4. Pengalaman Berusahatani
Anggota Kelompok Tani Pepara.
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017.
Gambar 3 dapat
dilihat bahwa pengalaman petani relative baru hal ini akan memudahkan penyuluh
dalam memberikan teknologi baru dalam usahatani padi karena kebiasaan petani
belum melekat.
4.4.4 Jumlah Tanggungan
Dalam
usahatani padi sawah anggota kelompok tani pepara keterlibatan anggota keluraga
dalam usahatani padi sawah tidak ada hal ini karena, tanggungan petani masih
dalam masa pendidikan sehingga ntidak ikut dalam membantu petani. Jumlah tanggungan
petani dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Jumlah Tanggungan
Anggota Kelompok Tani Pepara.
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Gambar 5 dapat
dilihat bahwa jumlah tanggungan anggota kelompok tani berjumlah 1-3 orang hal
ini relative jumlah sedikit dan tanggungan tersebut tidak berperan dalam
anggota keluarga apalagi pada daerah penelitian masih berlaku system arisan
tenaga kerja.
4.4.5. Luas Lahan
Luas lahan
merupakan ukuran bagi petani dalam mendapatkan hasil panen nantinya sehingga
semakin luas lahan dengan system usahatani yang benar maka produksi akan lebih
tinggi. Luas lahan petani padi sawah pada daerah penelitian dapat dilihat pada
gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Luas lahan padi
sawah Anggota Kelompok Tani Pepara.
Sumber: data Primer Diolah Tahun 2017
Gambar 6 dapat
dilihat bahwa petani memiliki lahan sempit yaitu berkisae antara 1 kaleng bibit
atau 0.16 Ha dan 3 kaleng bibit atau 0,5 Ha. Kondisi lahan sawah yang ada di
kampung tersebut sudah mulai beralih fungsi di samping itu lahan petani sudah
mulai terpecah akibat harta warisan sehingga jumlahnya semakin sempit.
4.5. Pengetahuan Petani
4.5.1. Tau
Tau dalam pengetahuan petani padi anggota
Kelompok Tani Pepara Kampung Gunung Bahgie Kecamatan Kebayakan yaitu mengukur kemampuan
petani anggota dalam mengingat kembali materi yang telah di sampaikan oleh
penyuluh baik secara spesifik ataupun secara keseluruhan. Materi yang di
sampaikan meliputi seleksi benih, penanaman, system pengairan, pemupukan,
pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca panen. Pengetahuan petani yang
diukur dari kajian tau dapat dilihat pada gambar 7
Gambar 7. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian Tau
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
Gambar 7 dapat
dilihat bahwa petani mampu mengingat kembali apa yang telah di sampaikan oleh
penyuluh, dari beberapa materi yang di sampaikan oleh penyuluh 96.58 persen
mampu di ingat oleh petani. Hasil analisis dengan korelasi Rank Spearman dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari
kajian
Tau
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Tau
|
0.399
|
0.027
|
24
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data Primer
Diolah Tahun 2017
|
Tabel 9 dapat
dilihat bahwa koefisen korelasi Rank Spearman pada poin tau adalah 0.399, nilai
Signifikansi yang diperoleh yaitu 0,027, nilai yang diperoleh lebih kecil dari
α 5 % yaitu 0.05 dengan kretia ini dapat di sumpulkan bahwa Ha di terima dan Ho
di tolak artinya terdapat hubungan penyuluhan padi inpari 28 terhadap tingkat
pengetahuan petani Anggota Kelompok Tani Pepara untuk kajian Tau.
Kajian tau pada
anggota kelompok tani berhubungan di sebabkan karena setelah di jelaskan oleh
penyuluh selanjutnya langsung di lakukan kelapangan sesuai dengan teori yang di
sampaikan oleh penyuluh, sehingga petani sangat mudah dalam mengingat materi
yang sudah di sampaikan ke petani, hal ini karena langsung di lakukan ke
lapangan.
4.5.2 Memahami
Memahami dalam kajian
pengetahuan, diharapkan apa yang di sampaikan ke petani, petani kembali dapat
menerangkan secara benar tentang materi yang di ketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Kajian memahami pada
penelitian ini yaitu Materi yang di sampaikan meliputi seleksi benih,
penanaman, system pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen
dan pasca panen. Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian Memahami
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
Gambar 8 dapat
dilihat bahwa kajian memahami poin tertinggi yaitu petani mampu (96.58 %) dalam
menjelaskan secara benar serta dapat menginterprestasikan materi tersebut
dengan benar tentang materi seleksi
benih, penanaman, system pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan
panen dan pasca panen. Hasil analisis dengan rank spearman dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari kajian
Memahami
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Memahami
|
0.548
|
0.003
|
24
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data Primer
Diolah Tahun 2017
|
Tabel 10 dapat dilihat bahwa koefisen korelasi Rank
Spearman pada poin memahmi adalah 0.548, nilai Signifikansi yang diperoleh
yaitu 0,003, nilai yang diperoleh lebih kecil dari α 5 % yaitu 0.05 dengan
kretia ini dapat di sumpulkan bahwa Ha di terima dan Ho di tolak artinya
terdapat hubungan penyuluhan padi inpari 28 terhadap tingkat pengetahuan petani
Anggota Kelompok Tani Pepara untuk kajian
Memahami.
Kemampuan petani dalam kajian memehami yaitu etelah
penyuluh memerikan materi seleksi benih, penanaman, system pengairan,
pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca panen, penyuluh
memberikan materi sesuai kondisi lapangan sehingga setelah selesai materi penyuluh
langsung ke lapangan bersama dengan petani untuk memperaktekkan mengenai teori
tersebut sehingga petani mampu memahami dalam kajian pengetahuan petani
tersebut.
4.5.3 Aplikasi
Aplikasi dalam penelitian pengetahuan ini yaitu mengukur
kemampuan petani dalam mengaplikasikan di lapangan tentang materi yang di
sampaikan oleh penyuluh yang meliputi seleksi benih, penanaman, system
pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca panen.
Dalam pengukuran poin aplikasi ini disamping di sebar membagikan quissioner
peneliti juga melihat kelapangan sejauh mana petani mengaplikasikan materi
penyuluhan pada lahan sawahnya masing- masing hasil penelitian kajian aplikasi
dalam pengetahuan ini dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian aplikasi
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017.
Gambar 9 dapat
dlihat bahwa kajian aplikasi yaitu hampir seluruh petani mengaplikasikan (
99,31) materi yang di sampaikan oleh penyuluh hal ini di ukur berdasarkan hasil
quissioner dan keadaan di lahan sawah petani mengenai di lakukanya penanaman
padi sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh penyuluh. Hasil analisis dengan
korelasi Reank Spearman dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari kajian
Aplikasi
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Aplikasi
|
0.-435
|
0.017
|
24
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data Primer
Diolah Tahun 2017
|
Tabel 11 dapat dilihat bahwa koefisen korelasi Rank
Spearman pada poin aplikasi adalah 0.-435, nilai Signifikansi yang diperoleh
yaitu 0,017, nilai yang diperoleh lebih kecil dari α 5 % yaitu 0.05 dengan
kretia ini dapat di sumpulkan bahwa Ha di terima dan Ho di tolak artinya
terdapat hubungan penyuluhan padi inpari 28 terhadap tingkat pengetahuan petani
Anggota Kelompok Tani Pepara untuk kajian
aplikasi.
Setiap petani yang di bina diharuskan mengaplikasikan
materi yang di sampaikan oleh penyuluh sehingga penyuluh sesudah menyempaikan
materi dalam pertemuan kelompok pada pertemuan
kelompok, penyuluh meninjau kembali ke sawah petani mengenai budiaya
padi petani sudah sesuai dengan rekomendasi yang di arahkan petani. Pada
Kelompok Tani Pepara Kampung Bahgie telah mengaplikasikan materi penyuluhan
yang di sampaikan oleh penyuluh di lapangan.
4.5.4 Analisis
Analisis dalam kajian
pengetahuan petani dalam penelitian ini yaitu petani di harapkan mampu dalam
menjabarkan materi menjelaskan keterkaitan materi dengan komponen yang masih
ada kaitanya yang meliputi materi seleksi benih, penanaman, system pengairan,
pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca panen. Hasil
penelitian untuk kajian analisis dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian Analisis
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017
Gambar 10 dapat dilihat bahwa petani anggota kelompok
tani pepara kampung gunung bahgie tidak mampu
(65%) menganalisis materi
penyuluhan artinya, artinya petani kesulitan dalam menjabarkan materi serta
mengkaitkan keterkaitan dengan komponen lainya yang memiliki hubungan. Hasil
analisis dengan Korelasi Rank Spearman dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari kajian
Analisis
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Analisis
|
0.198
|
0.177
|
24
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
Tabel 12 dapat dilihat bahwa koefisen korelasi Rank
Spearman pada poin analisis adalah 0.198, nilai Signifikansi yang diperoleh
yaitu 0,177, nilai yang diperoleh lebih besar dari α 5 % yaitu 0.05 dengan
kretia ini dapat di sumpulkan bahwa Ho di terima dan Ha di tolak artinya tidak
terdapat hubungan penyuluhan padi inpari
28 terhadap tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok Tani Pepara untuk
kajian analisis.
Petani anggota Kelompok Tani Pepara belum mampu mengkaitkan
materi yang memiliki hubungan dengan materi tersebut. Petani pada saat
penelitian masih bersifat monoton pada pengarahan penyuluh dan hanya pada
kajian yang di sampaikan penyuluh sementara untuk mengkait kaitkan dengan
materi yang lainya masih kesulitan seperti keuntungan system pengaturan pengairan
dengan optimalisasi pemupukan dan pengurangan serangan hama dan penyakit yang
saling terkait, petani masih sulit dalam mengkaitkkan hal tersebut, sehingga
perlu dirahkan keterkaitan manfaat yang memiliki hubungan sehingga pengetahuan
petani bisa lebih meningkat, pada saat penelitian petani belum bisa menggali
informasi dan teknologi baru dan hanya terpaku dengan materi penyuluh hal
inilah yang menyebabkan kemampuan petani dalam menganalisis rendah.
4.5.5. Sintesis
Pengetahuan petani dari kajian sintesis petani padi
diharapkan mampu menghubungkan bagian- bagian dalam materi penyuluhan menjadi
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Petani diharapkan dapat memcari inovasi
bari dalam suatu usahatani sehingga dapat menghasilkan teknologi baru. Penelitian
mengenai sintesis dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian Sintesis
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2017.
Gambar 11 dapat dilihat bahwa petani anggota kelompok tani
pepara tidak mampu memahami kajian sintesis, dalam hal ini petani tidak mampu
menghubungkan bagian bagian dari materi meliputi seleksi benih, penanaman,
system pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca
panen menjadi suatu bentuk keseluruhan yang baru. Petani masih melihat dan
mencontoh keberhasilan petani lain baru mengikuti pola yang sama dari anggota
petani tersebut. Hasil analisis dengan korelasi reank spearman dapat dilihat
pada tabel 13.
Tabel 13. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari kajian
Sintesis
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Sintesis
|
0.072
|
0.369
|
24
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data Primer
Diolah Tahun 2017
|
Tabel 13 dapat
dilihat bahwa hasil analisis koefisen korelasi Rank Spearman pada poin sintesis
adalah 0.072, nilai Signifikansi yang diperoleh yaitu 0,369 nilai yang
diperoleh lebih besar dari α 5 % yaitu 0.05 dengan kreteria ini dapat di
sumpulkan bahwa Ho di terima dan Ha di tolak artinya tidak terdapat hubungan penyuluhan padi inpari 28 terhadap
tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok Tani Pepara untuk kajian sintesis.
Petani anggota
kelompok Tani Pepara masih memerlukaan binaan dalam melakukan usahatani padi,
pada saat ini petani untuk melakukan penanaman dengan metode yang diarahkan
harus di pandu dengan memberikan materi dan praktek langsung di lapangan baru
petani mengikuti, dan masih memerlukan pelatihan –pelatihan yang bersipat
teknis. Untuk mengharapkan petani memikirkan sebuah hasil kajian baru yang
berasal dari petani dengan menafaatkan sumberdaya yang ada masih sulit karena
petani belum meikirkan hal tersebut hanya masih sebagai petani pengikut.
Kemudian petani masih melihat keberhasilan dari anggota kelompok tani yang lain
baru mau mengikut.
4.5.6. Evaluasi
Evaluasi dalam penyuluhan padi pada kelompok tani pepara
yaitu setelah penyuluhan di lakukan dan praktek ke lapangan telah selesai
petani memberikan penilaian terhadap materi yang criteria sendiri mengenai
penyuluhan tersebut. Dalam usahatani padi inpari 28 petani diharapkan dapat
memberikan evaluasi mengenai materi seleksi benih, penanaman, system pengairan,
pemupukan, pengendalian hama penyakit dan panen dan pasca panen yang di berikan
penyuluh, sehingga penyuluhpun nantinya mampu meningkatkan kemampuanya pada
kajian yang nilainya rendah sehingga secara materi petani akan memahami materi
secara keseluruhan pada waktu yang akan dating. Hasil penilaian evaluasi dapat
dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok
Tani Pepara
dari kajian Evaluasi
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2017
Gambar 12 dapat
dilihat bahwa petani mampu mengevaluasi materi penyuluhan (60) kemampuan petani
mengevaluasi karena setelah materi di sampaikan penyuluh langsung
memperaktekkan ke lapangan sehingga petani mampu melakukan evaluasi terhadap
materi- penyuluhan yang menyangkut penanaman padi pada Kelompok Tani Pepera
Kampung Gunung Bahgie. Hasil analisis dengan korelasi reank spearman dapat
dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Analisis dengan Rank Spearman Pengetahuan
petani dari kajian
Evaluasi.
No
|
Variabel
|
Pearson Corelatioan
|
Sig (1 Tailed
|
N
|
|
1
|
Evaluasi
|
1,00
|
0.000
|
24
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data
Primer Diolah Tahun 2017
Tabel 14 dapat
dilihat bahwa hasil hasil analisis koefisen korelasi Rank Spearman pada poin
evaluasi adalah 1.00, nilai Signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000 nilai yang
diperoleh lebih kecil dari α 5 % yaitu 0.05 dengan kreteria ini dapat di
sumpulkan bahwa Ha di terima dan Ho di tolak artinya terdapat hubungan penyuluhan padi inpari 28 terhadap
tingkat pengetahuan petani Anggota Kelompok Tani Pepara untuk kajian evaluasi.
Kemampuan petani
mengevaluasi dalam pengetahuan petani, hal ini karena petani setelah
mendengarkan penyuluhan di lanjutkan dengan praktek ke lahan petani sehingga
materi yang di sampaikan langsung di ingat oleh petani. Disaat ada yang tidak
jelas petani langsung mendiskusikan saat di lapangan sehingga materi penyuluhan
yang di sampaikan tersebut langsung di pahami oleh petani.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Hasil analisis dengan korelasi reank
Spearman nilai Sig lebih kecil dari α 5 % yaitu 0.05 Tau (0,027), Memahami (0,003),
Aplikasi (0,017) dan Evaluasi (0,000) artinya penyuluhan padi inpari 28
berhubungan dengan dengan pengetahuan petani
2.
Hasil analisis dengan korelasi reank Spearman nilai Sig
lebih besar dari α 5 % yaitu 0.05
analisis (0,177) dan sintesis (0,369) artinya penyuluhan
padi inpari 28 tidak berhubungan dengan dengan pengetahuan
petani
5.2
Saran
1. Disarankan
kepada petani
agar mengikuti arahan petani penyuluh sehingga teknologi dalam penanaman padi
dapat di aplikasikan.
2. Disarankan
kepada penyuluh
agar menggali potensi petani sehingga penyampaian teknologi dalam budidaya padi
dapat terserap oleh dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan petani.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK,
1990.BudidayaTanaman Padi, Penerbit Kanasius Yogyakarta.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Balitbang Kementrian Pertanian, Tahun
2012, Jakarta
Amalya.2015.
Analisa Pendapatan Sistem Tanam SRI.Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Diponogoro,
Semarang
Anonim,
2011. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kansius. Yogyakarta.
Kusnadi D, Dasar- dasar Penyuluh
Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluh
Pertanian , 2011. Bogor.
Kartasapoetra A.G, 1994, Teknologi
Penyuluh Pertanian, Penerbit, Bumi Aksara,
Jakarta
Khamdani, 2009, Hubungan antara Pengetahuan dan
Sikap dengan Pemakaian Alat Pelindung
Diri Pestisida Semprot pada Petani di Desa
Angkatan Kidul Pati Tahun 2009, Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Manurung E, 2011, Ilmu Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl.
Babarsari 43-44, Yogyakarta.
Mc Jhon, 1989. The Extension workers campioan and reading book, Penerbit Erlangga
Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian, Pedoman Penumbuhan dan
Pengembanagan Kelompoktani Dan Gabungan Kelompok Tani Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007
Tanggal 13 April 2007.
Syahyuti,
bedah Konsep Kelembangaan ( Strategi Pengembanagan Dan Penerapannya Dalam
Penelitian Pertanian) Pusat Penelitian Dan Pengembanagan Social Ekonomi
Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembanagn Pertanian Kementrian Pertanian
2003.
Supriana
T dan Barus R, 2013. Statistik
Nonparametrik: Aplikasi Dalam Bidang Social Ekonomi Pertanian, Penerbit USU
Press Medan.
Siegel,
Sidney, 1990. Statistik Nonparametrik untuk ilmu ilmu social, Jakarta Gramedia
Sulaiman
W 2005. Statistik Nonparametrik contoh kasus dan pemecahannya dengan SPSS, Penerbit
Andi, Jogjakarta.
Yandianto.
2003. Bercocok Tanam Padi. Percetakan M2S. Bandung.
Comments
Post a Comment